Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali memastikan hewan babi yang tinggi permintaan menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan terjamin kesehatan untuk dikonsumsi.
“Kita tidak menemukan ada wabah zoonosis, itu tidak ada, artinya sangat aman babi di Bali aman,” kata Ketua GUPBI Bali I Ketut Hari Suyasa di Denpasar, Senin.
Ia menyampaikan bahwa peternak babi sudah menerapkan upaya biosecurity sehingga dipastikan tidak ada penyebaran wabah yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
Daging babi, katanya, memang rutin dikonsumsi masyarakat Hindu Bali, terutama menjelang Hari Raya Galungan, karena sehari sebelum puncaknya pada Selasa (27/2) merupakan Hari Penampahan Galungan yang identik dengan pemotongan daging.
GUPBI Bali mencatat peningkatan permintaan babi hidup menjelang hari raya sudah terjadi sepekan terakhir, namun untuk daging babi potong baru terlihat lonjakan pada pagi ini.
Baca juga: GUPBI Bali minta peternak babi mitigasi ASF saat peralihan musim
Sepekan terakhir ini, harga babi justru turun menjadi Rp36.000 per kilogram untuk babi hidup dan Rp80.000 untuk daging babi potong, namun harga pokok produksi peternak Rp40.000 per kilogram.
Kondisi ini yang masih disayangkan organisasi peternak karena meski permintaan meningkat, hal itu belum bisa menutupi modal mereka.
Sebelumnya harga babi sempat merosot jauh hingga Rp25.000 per kilogram, dan belum lama berhasil naik menjadi Rp36.000, sedangkan puncaknya Rp42.000 per kilogram, menjelang Pemilu 2024. Namun, harga ini kembali turun hingga hari ini.
Salah satu desa di Kabupaten Tabanan disoroti oleh GUPBI Bali, lantaran memberi contoh positif yaitu dengan mematok harga melalui kesepakatan, dengan harga jual Rp37.000-Rp42.000, sehingga diharapkan daerah lain dan pemerintah provinsi sebagai tatanan yang lebih tinggi bisa menerapkan hal yang sama.
Selain itu, menurut Hari, solusi agar pengusaha dan pembeli mendapat titik tengah dengan menggelar tradisi Mepatung atau patungan dalam membeli babi hidup untuk kalangan pemerintah kemudian dipotong dijual kepada ASN/pegawai beragama Hindu yang merayakan Hari Raya Galungan
“Mepatungan mempertemukan dua kepentingan pedagang dan pembeli. Harga babi Rp40.000 ditambah ongkos potong Rp3.000 ditambah hitung susut 20 persen maka ketemu harga babi Rp53.000, nah ini seandainya kita jual Rp55.000 kan murah dibanding beli ke pasar Rp80.000. Orang Bali pasti merayakan Galungan dan pasti butuh daging, kenapa ini tidak kita satukan,” ujarnya.
Baca juga: GUPBI Bali usul ke pemda terkait penetapan harga terendah babi
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
“Kita tidak menemukan ada wabah zoonosis, itu tidak ada, artinya sangat aman babi di Bali aman,” kata Ketua GUPBI Bali I Ketut Hari Suyasa di Denpasar, Senin.
Ia menyampaikan bahwa peternak babi sudah menerapkan upaya biosecurity sehingga dipastikan tidak ada penyebaran wabah yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
Daging babi, katanya, memang rutin dikonsumsi masyarakat Hindu Bali, terutama menjelang Hari Raya Galungan, karena sehari sebelum puncaknya pada Selasa (27/2) merupakan Hari Penampahan Galungan yang identik dengan pemotongan daging.
GUPBI Bali mencatat peningkatan permintaan babi hidup menjelang hari raya sudah terjadi sepekan terakhir, namun untuk daging babi potong baru terlihat lonjakan pada pagi ini.
Baca juga: GUPBI Bali minta peternak babi mitigasi ASF saat peralihan musim
Sepekan terakhir ini, harga babi justru turun menjadi Rp36.000 per kilogram untuk babi hidup dan Rp80.000 untuk daging babi potong, namun harga pokok produksi peternak Rp40.000 per kilogram.
Kondisi ini yang masih disayangkan organisasi peternak karena meski permintaan meningkat, hal itu belum bisa menutupi modal mereka.
Sebelumnya harga babi sempat merosot jauh hingga Rp25.000 per kilogram, dan belum lama berhasil naik menjadi Rp36.000, sedangkan puncaknya Rp42.000 per kilogram, menjelang Pemilu 2024. Namun, harga ini kembali turun hingga hari ini.
Salah satu desa di Kabupaten Tabanan disoroti oleh GUPBI Bali, lantaran memberi contoh positif yaitu dengan mematok harga melalui kesepakatan, dengan harga jual Rp37.000-Rp42.000, sehingga diharapkan daerah lain dan pemerintah provinsi sebagai tatanan yang lebih tinggi bisa menerapkan hal yang sama.
Selain itu, menurut Hari, solusi agar pengusaha dan pembeli mendapat titik tengah dengan menggelar tradisi Mepatung atau patungan dalam membeli babi hidup untuk kalangan pemerintah kemudian dipotong dijual kepada ASN/pegawai beragama Hindu yang merayakan Hari Raya Galungan
“Mepatungan mempertemukan dua kepentingan pedagang dan pembeli. Harga babi Rp40.000 ditambah ongkos potong Rp3.000 ditambah hitung susut 20 persen maka ketemu harga babi Rp53.000, nah ini seandainya kita jual Rp55.000 kan murah dibanding beli ke pasar Rp80.000. Orang Bali pasti merayakan Galungan dan pasti butuh daging, kenapa ini tidak kita satukan,” ujarnya.
Baca juga: GUPBI Bali usul ke pemda terkait penetapan harga terendah babi
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024