Denpasar (Antara Bali) - Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Udayana sedang mengembangkan diognostik yang sensitif dan spesifik dengan harga yang relatif murah untuk mendukung program surveilans flu burung.
"Hal itu dilakukan mengingat cukup mahalnya biaya kit diognostik sehingga tidak mungkin dilakukan di laboratorium dengan standar keamanan yang rendah," kata Gurubesar Universitas Udayana Prof Dr drh I Gusti Ngurah Kade Mahardika di Denpasar Senin.
Ia mengatakan, pengembangkan diognostik yang sensitif dengan harga yang terjangkau itu diharapkan mampu mendukung aktivitas kajian epidemiologi virus influenza di Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT}.
Kajian yang dilakukan di tiga provinsi itu menunjukkan berbagai virus influenza selain flu burung bersikurasi di Bali, NTB dan NTT.
Akibat keterbatasan dana dan reagensia, subyek dari virus tersebut tidak dapat ditentukan. Namun dengan adanya diognostik yang sensitif dengan biaya murah nantinya diharapkan seluruh kajian membuahkan hasil yang maksimal.
Mahardika yang juga Kepala Laboratorium Biomedik dan Biologi Molekuler Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unud menjelaskan, deteksi gemon yang kurang berbahaya sebagai alternatif memerlukan peralatan pendukung yang canggih.
"Kit yang tersedia dan direkomendasi oleh WHO ditujukan untuk deteksi virus influenza A manusia, sementara penentuan subyeknya harus dilakukan dengan teknik standar HI setelah diperbanyak pada telur bertunas atau biakan sel," ujar Mahardika.
Alumnus S-2 dan S-3 sebuah lembaga pendidikan tinggi di Jerman itu menambahkan, penggunaan kit bertujuan untuk memudahkan melakukan survei massal dan berbasis masyarakat.
Selain itu juga dilakukan kit untuk hewan dan unggas yang murah dan terjangkau. Namun adanya upaya FKH Unud mengembangkan diognostik yang sensitif diharapkan nantinya sangat mendukung survei secara massal, harap Mahardika.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
"Hal itu dilakukan mengingat cukup mahalnya biaya kit diognostik sehingga tidak mungkin dilakukan di laboratorium dengan standar keamanan yang rendah," kata Gurubesar Universitas Udayana Prof Dr drh I Gusti Ngurah Kade Mahardika di Denpasar Senin.
Ia mengatakan, pengembangkan diognostik yang sensitif dengan harga yang terjangkau itu diharapkan mampu mendukung aktivitas kajian epidemiologi virus influenza di Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT}.
Kajian yang dilakukan di tiga provinsi itu menunjukkan berbagai virus influenza selain flu burung bersikurasi di Bali, NTB dan NTT.
Akibat keterbatasan dana dan reagensia, subyek dari virus tersebut tidak dapat ditentukan. Namun dengan adanya diognostik yang sensitif dengan biaya murah nantinya diharapkan seluruh kajian membuahkan hasil yang maksimal.
Mahardika yang juga Kepala Laboratorium Biomedik dan Biologi Molekuler Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unud menjelaskan, deteksi gemon yang kurang berbahaya sebagai alternatif memerlukan peralatan pendukung yang canggih.
"Kit yang tersedia dan direkomendasi oleh WHO ditujukan untuk deteksi virus influenza A manusia, sementara penentuan subyeknya harus dilakukan dengan teknik standar HI setelah diperbanyak pada telur bertunas atau biakan sel," ujar Mahardika.
Alumnus S-2 dan S-3 sebuah lembaga pendidikan tinggi di Jerman itu menambahkan, penggunaan kit bertujuan untuk memudahkan melakukan survei massal dan berbasis masyarakat.
Selain itu juga dilakukan kit untuk hewan dan unggas yang murah dan terjangkau. Namun adanya upaya FKH Unud mengembangkan diognostik yang sensitif diharapkan nantinya sangat mendukung survei secara massal, harap Mahardika.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010