Delft, Belanda (Antara Bali) - Delapan siswa tingkat menengah atas Sekolah Indonesia Nederland (SIN), Belanda, mengikuti Simulasi Konferensi Perserikatan Bangsa-bangsa Internasional Den Haag (THIMUN) pada 27 Januari-1 Februari 2013 di Den Haag, Belanda, kata seorang pembina SIN.
THIMUN yang pertama kali diadakan pada 1968 merupakan simulasi sidang PBB yang diikuti para pelajar tingkat sekolah menengah atas dengan tujuan mendidik para peserta mengenai peristiwa kekinian, hubungan internasional, diplomasi dan agenda PBB, kata pembina tim SIN Safreni C Sari di Delft, Sabtu.
Para peserta memainkan peran sebagai diplomat yang mewakili negara tertentu atau lembaga swadaya masyarakat dalam sesi simulasi komite Perserikatan Bangsa-Bangsa, seperti sidang Dewan Keamanan atau Majelis Umum.
"Siswa Indonesia akan berperan sebagai delegasi Papua New Guinea, dan akan membahas beberapa isu seperti politik khusus dan dekolonisasi, pelucutan senjata serta keamanan internasional, ekonomi dan keuangan, masalah sosial, kemanusiaan dan budaya," jelasnya.
Safreni yang saat ini tengah melakukan penelitian bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence) di Universitas Teknologi Delft (TUD) mengatakan para siswa tidak hanya dibimbing untuk menyampaikan pendapat dalam bahasa Inggris tapi juga mempertahankan gagasan mereka di depan simulasi sidang PBB yang diikuti sekitar 3.500 siswa yang berasal dari lebih 100 negara. (*/DWA/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
THIMUN yang pertama kali diadakan pada 1968 merupakan simulasi sidang PBB yang diikuti para pelajar tingkat sekolah menengah atas dengan tujuan mendidik para peserta mengenai peristiwa kekinian, hubungan internasional, diplomasi dan agenda PBB, kata pembina tim SIN Safreni C Sari di Delft, Sabtu.
Para peserta memainkan peran sebagai diplomat yang mewakili negara tertentu atau lembaga swadaya masyarakat dalam sesi simulasi komite Perserikatan Bangsa-Bangsa, seperti sidang Dewan Keamanan atau Majelis Umum.
"Siswa Indonesia akan berperan sebagai delegasi Papua New Guinea, dan akan membahas beberapa isu seperti politik khusus dan dekolonisasi, pelucutan senjata serta keamanan internasional, ekonomi dan keuangan, masalah sosial, kemanusiaan dan budaya," jelasnya.
Safreni yang saat ini tengah melakukan penelitian bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence) di Universitas Teknologi Delft (TUD) mengatakan para siswa tidak hanya dibimbing untuk menyampaikan pendapat dalam bahasa Inggris tapi juga mempertahankan gagasan mereka di depan simulasi sidang PBB yang diikuti sekitar 3.500 siswa yang berasal dari lebih 100 negara. (*/DWA/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013