Institut Seni Indonesia Denpasar secara gemilang berhasil mencipta tiga karya seni pertunjukan ekologis kolosal, yaitu berjudul Batur-Ulu-Pasuwakan, Waruna-Rakta-Samasta, dan Tantri Waruna dengan masing-masing melibatkan 150-200 penyaji (penari, penabuh, musisi, koreografer, dan komposer). 

Rektor ISI Denpasar Prof Dr Wayan "Kun" Adnyana di Denpasar, Rabu (6/12)  dalam keterangan tertulisnya mengatakan ketiga karya kolosal tersebut secara terfokus menerjemahkan tema samudera, laut, pesisir, beserta seluruh ekosistem hayatinya, yang setaut kearifan lokal Segara Kerthi. 

Pergelaran Batur-Ulu-Pasuwakan diselenggarakan Selasa (17/10) di Pura Segara Danu Batur, Kintamani, Bangli; pergelaran Waruna-Rakta-Samasta pada pembukaan Festival Kesenian Indonesia (FKI)+ XII 2023, Rabu (25/10) di Panggung Terbuka Nretya Mandala, kampus setempat serta pergelaran Candet Ding Tantri Waruna Selasa (7/11) di Water Front City, Marina, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. 

Seluruh pergelaran disambut antusiasme tinggi masyarakat, termasuk kalangan tokoh dan maestro seni.

Setiap pergelaran tersaji dengan tata artistik inovatif, koreografi berbasis lingkungan, diiringi komposisi musik-vocal hibrid, didukung properti pertunjukan multidimensi, serta dipadu permainan tata cahaya dan teknologi pengeras suara (sound system). 

Pergelaran "Batur-Ulu-Pasuwakan" melibatkan koreografer Oka Surya Negara, MSn, Sutirtha, MSn, dan Diah Pramanasari MSn, dengan komposer Dr Ketut Garwa, serta desainer properti Made Suparta, MHum, dan Cok Alit Artawan MSn. 

Pergelaran yang dikoordinir Diana Putra, MSn, ini disajikan secara kolaboratif unsur dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan pelaku seni Desa Adat Batur. 

Jero Gede Batur Duuran mengapresiasi pergelaran kolosal ekologis tersebut, yang secara kontekstual menggali nilai-nilai kearifan lokal pasuwakan Batur, terlebih pergelaran ini disajikan serangkaian upacara-upakara Danu Kerthi.

Seminggu setelah pergelaran Batur, ISI Denpasar kembali memukau seluruh partisipan FKI+ XII 2023, dengan persembahan pemanggungan seni pertunjukan kolosal "Waruna-Rakta-Samasta". 

Partisipan FKI+ XII 2023 terdiri atas sembilan Perguruan Tinggi Seni di Indonesia (ISBI Aceh, ISI Padangpanjang, IKJ, ISBI Bandung, ISI Yogyakarta, ISI Surakarta, STKW Surabaya, ISI Denpasar, dan ISBI Tanah Papua) serta tujuh Perguruan Tinggi Luar Negeri (Phetchaburi Rajabhat University Thailand, Akademi Seni Budaya dan Warisan Kebangsaan (ASWARA) Malaysia, Okinawa Prefectural University of Arts Jepang, University of Western Australia, Nanyang Academy of Fine Arts, Singapore, National University of Singapore, dan Bydgoszcz University of Science and Technology, Polandia).

Pergelaran kolosal ini melibatkan koreografer Made Sidia, M.Sn., dan Gus Bang Sada, M.Sn., dengan komposer Sudirana, Ph.D., Ketut Sumerjana, M.Sn., serta Guntur E. Prasetyo, M.Sn., didukung desainer properti Nyoman Laba, M.Sn. 

Pergelaran Waruna-Rakta-Samasta secara khusus disajikan dalam imaji ruang bahari; properti utama berwujud perahu cadik Borobudur dipadu artistik tata cahaya dan video mapping. 

Wakil Rektor Bidang Akademik ASWARA Malaysia, Prof. Khairul Azril Ismail, mengagumi kesungguhan ISI Denpasar dalam membangun karya kolosal yang disajikan dalam pembukaan FKI+ XII 2023. "Sangat impresif, juga sukses menerjemahkan tema samudera secara konkret," ujarnya.

Serangkaian Bali Nata Bhuwana II tingkat Nasional, di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, dipergelarkan karya ekologis Candet Ding “Tantri Waruna”. Sebagai koreografer dipilih Dr. Kt. Suteja dan Kunti Aryani, M.Sn., komposer Dr. Gede Mawan dan Tiodore Adi Bawa, M.Sn. Candet Ding merupakan transformasi 90 tahun koregrafi Cak, yang diciptakan Wayan Limbak dan Walter Spies tahun 1930-an. 

Wakil Bupati Manggarai Barat, dr. Yulianus Weng, M.Kes, mengapresiasi pertunjukan yang ditata sangat apik, terlebih ISI Denpasar mengundang salah satu sanggar dari Manggarai Barat untuk terlibat.  "Saya meminta Dinas yang menangani urusan kebudayaan dan ekonomi kreatif untuk belajar dalam menata pergelaran dengan ISI Denpasar," ujarnya.

Ditanya tentang kiat bagaimana ISI Denpasar secara simultan berhasil mencipta dan mempergelarkan tiga karya kolosal bertema laut, Rektor ISI Denpasar, Prof. Kun Adnyana, menjelaskan bahwa dibutuhkan manajemen sumber daya yang efektif, masing-masing karya dibangun oleh satu tim yang secara terfokus bertanggung jawab atas penciptaan karya dan gelar diseminasi.

"Penyusunan konsep karya yang selaras dengan tema sentral Segara Kerthi dilakukan oleh seluruh pimpinan bersama-sama tim kreator. Berikut penyusunan skenario artistik, sinopsis, narasi, dan konsep properti, kemudian tim kreator diberi kemerdekaan untuk menerjemahkan," ujarnya. 

Hal dimaksud dibenarkan Wakil Rektor Bidang Umum, Dr. Ketut Muka, bahwa ISI Denpasar memiliki jumlah dosen yang terbatas, namun dengan pelibatan tenaga kependidikan dan mahasiswa secara kolaboratif, kerja besar mencipta tiga karya monumental berhasil dilakukan secara simultan.
 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Widodo Suyamto Jusuf


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023