Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar memetakan tiga wilayah di Bali bagian utara mengalami kekeringan dengan kategori ekstrem, karena sudah tidak turun hujan hingga 100 hari.
“Tiga wilayah itu, yakni Kubu, Kubutambahan dan Gerokgak,” kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wiryajaya di Denpasar, Rabu.
BBMKG Denpasar mendata wilayah Kubu di Kabupaten Karangasem sudah tidak turun hujan selama 100 hari, Kubutambahan dan Gerokgak yang keduanya berada di Kabupaten Buleleng sudah tidak turun hujan masing-masing selama 99 dan 94 hari.
Oleh karena itu, BBMKG mengkategorikan wilayah tidak turun hujan lebih dari 60 hari masuk kategori kekeringan ekstrem, sehingga perlu diwaspadai masyarakat.
BBMKG Denpasar juga sudah mengeluarkan peringatan dini kekeringan di 15 wilayah kecamatan, termasuk tiga wilayah kekeringan ekstrem itu.
Adapun 15 kecamatan tersebut adalah Buleleng, Gerokgak, Kubutambagan, Sawan dan Sukasada di Kabupaten Buleleng. Kemudian, di Kabupaten Jembrana ada di Kecamatan Melayan, Kabupaten Bangli di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Karangasem di Kecamatan Karangasem dan Kubu.
Di Kabupaten Badung di Kecamatan Kuta, Kuta Utara, dan Kuta Selatan, sedangkan Kabupaten Klungkung di Nusa Penida dan Kota Denpasar, baik di timur maupun selatan.
Meski memasuki musim kering, BBMKG Denpasar memprakirakan masih berpotensi terjadi hujan pada 11-20 Oktober 2023, namun dengan curah hujan minim yang secara umum mencapai hingga 49,5 milimeter per 10 hari.
Wilayah berpotensi terjadi hujan itu, yakni Kecamatan Negara, Jembrana, Mendoyo, Pekutatan, Sukasada, Tembuku, Rencang, dan Selat.
Sebelumnya, BBMKG Denpasar memprakirakan puncak musim kemarau di Bali terjadi pada Juli-Agustus 2023, yang dipengaruhi fenomena El Nino.
Namun, berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) El Nino yang memicu kekeringan terus bertahan pada level moderat hingga periode Desember 2023, Januari dan Februari 2024.
Apabila mencapai angka lebih dari 1 merupakan intensitas moderat dan akan semakin kering.
Kondisi El Nino diperkirakan mencapai 1,61 pada periode September, Oktober dan November (SON) 2023, kemudian meningkat menjadi 1,64 pada Oktober November, Desember (OND) 2023, dan berangsur menurun meski masih berada pada rentang angka 1, yakni mulai November, Desember, Januari (NDJ) mencapai 1,54.
Selanjutnya, pada Desember, Januari, Februari (DJF) mencapai 1,24, Januari, Februari, Maret (JFM) 2024 mencapai 0,94 dan Februari, Maret, April (FMA) 2024 mencapai 0,77.
Baca juga: BPBD Bali: kebakaran hutan jadi bencana dominan sepanjang September
Baca juga: BPBD Bali ingin dunia usaha bantu atasi kekeringan
Baca juga: BBMKG petakan lima wilayah di Bali dalam status awas kekeringan
Baca juga: BBMKG Denpasar minta masyarakat waspadai karhutla akibat kekeringan meluas
Baca juga: BPBD Buleleng pasok air bersih untuk desa terdampak kekeringan
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023