Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mengungkapkan komoditas bawang merah memberi andil deflasi tertinggi bagi indikator inflasi gabungan Kota Denpasar dan Singaraja bulan September 2023.
“Kita melihat komoditas yang memberikan andil terhadap deflasi yang terjadi di dua kota yaitu komoditas bawang merah yang memberi andil deflasi tertinggi, jadi terjadi penurunan harga di komoditas itu baik Denpasar maupun Singaraja dengan andil gabungan sebesar 0,084 persen,” kata Statistisi Ahli Madya BPS Bali I Made Agus Adnyana seperti dikutip dalam keterangan yang diterima di Denpasar, Selasa.
Dalam keterangan tersebut dikatakan bahwa bawang merah tidak hanya menyumbang deflasi secara gabungan, nyatanya sepanjang September 2023, di masing-masing kabupaten tadi bawang merah juga menjadi penekan inflasi tertinggi yaitu Denpasar 0,1963 persen dan Singaraja 0,0668 persen.
Agus menyebut pada bulan September perlu diingat bahwa beberapa peristiwa terjadi, seperti kenaikan harga bbm nonsubsidi, kenaikan harga beras, dan mulainya panen bawang merah di beberapa sentra di Bali seperti Kintamani, sehingga ini menjadi pertimbangan.
Selain bawang merah, BPS Bali juga menemukan empat komoditas lain yang menyumbangkan deflasi di dua kota tadi, yaitu cabai rawit, daging ayam ras, mangga, dan bawang putih.
Berangkat dari sana, lembaga statistik ini mendapati bahwa Kota Denpasar dan Singaraja sepanjang September 2023 mengalami deflasi, baik secara gabungan maupun per masing-masing kota.
“Indikator inflasi gabungan Kota Denpasar dan Singaraja di bulan September secara bulan ke bulan inflasi gabungan mengalami deflasi sebesar 0,03 persen,” ucapnya.
Dari 11 kelompok pengeluaran yang dicatat BPS Bali, tercatat bahwa tiga diantaranya membuat inflasi menjadi minus atau menjadi deflasi, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar -0,25 persen; disusul kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga dengan inflasi -0,16 persen; dan kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya yang memberikan inflasi -0,16 persen.
Meski mengalami deflasi pada September secara bulan ke bulan, Made Agus tak dapat memungkiri bahwa dari tahun ke tahun dua kota gabungan yang menjadi proxy Provinsi Bali ini masih mencatat angka inflasi.
Termasuk saat ini, meski terdapat lima komoditas penyumbang deflasi, adapula lima komoditas yang memberi andil terhadap inflasi, yaitu dipimpin oleh komoditas beras.
Secara gabungan, beras memberi andil inflasi 0,2044 persen, diikuti bensin, semangka, cabai merah, dan pepaya, dan jika dibedah per kota, beras tetap memimpin.
“Sejak tahun 2022 memang komoditas beras mengalami inflasi 13 kali, dan kenaikan tertinggi terjadi di September 2023 ini dengan inflasi 6,38 persen,” tutup Agus.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
“Kita melihat komoditas yang memberikan andil terhadap deflasi yang terjadi di dua kota yaitu komoditas bawang merah yang memberi andil deflasi tertinggi, jadi terjadi penurunan harga di komoditas itu baik Denpasar maupun Singaraja dengan andil gabungan sebesar 0,084 persen,” kata Statistisi Ahli Madya BPS Bali I Made Agus Adnyana seperti dikutip dalam keterangan yang diterima di Denpasar, Selasa.
Dalam keterangan tersebut dikatakan bahwa bawang merah tidak hanya menyumbang deflasi secara gabungan, nyatanya sepanjang September 2023, di masing-masing kabupaten tadi bawang merah juga menjadi penekan inflasi tertinggi yaitu Denpasar 0,1963 persen dan Singaraja 0,0668 persen.
Agus menyebut pada bulan September perlu diingat bahwa beberapa peristiwa terjadi, seperti kenaikan harga bbm nonsubsidi, kenaikan harga beras, dan mulainya panen bawang merah di beberapa sentra di Bali seperti Kintamani, sehingga ini menjadi pertimbangan.
Selain bawang merah, BPS Bali juga menemukan empat komoditas lain yang menyumbangkan deflasi di dua kota tadi, yaitu cabai rawit, daging ayam ras, mangga, dan bawang putih.
Berangkat dari sana, lembaga statistik ini mendapati bahwa Kota Denpasar dan Singaraja sepanjang September 2023 mengalami deflasi, baik secara gabungan maupun per masing-masing kota.
“Indikator inflasi gabungan Kota Denpasar dan Singaraja di bulan September secara bulan ke bulan inflasi gabungan mengalami deflasi sebesar 0,03 persen,” ucapnya.
Dari 11 kelompok pengeluaran yang dicatat BPS Bali, tercatat bahwa tiga diantaranya membuat inflasi menjadi minus atau menjadi deflasi, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar -0,25 persen; disusul kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga dengan inflasi -0,16 persen; dan kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya yang memberikan inflasi -0,16 persen.
Meski mengalami deflasi pada September secara bulan ke bulan, Made Agus tak dapat memungkiri bahwa dari tahun ke tahun dua kota gabungan yang menjadi proxy Provinsi Bali ini masih mencatat angka inflasi.
Termasuk saat ini, meski terdapat lima komoditas penyumbang deflasi, adapula lima komoditas yang memberi andil terhadap inflasi, yaitu dipimpin oleh komoditas beras.
Secara gabungan, beras memberi andil inflasi 0,2044 persen, diikuti bensin, semangka, cabai merah, dan pepaya, dan jika dibedah per kota, beras tetap memimpin.
“Sejak tahun 2022 memang komoditas beras mengalami inflasi 13 kali, dan kenaikan tertinggi terjadi di September 2023 ini dengan inflasi 6,38 persen,” tutup Agus.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023