Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali membantu para "dharmika" atau pemeluk agama Hindu baru untuk terus menekuni ajaran agama yang dianut melalui berbagai pelatihan dan pengajaran.

"Pemahaman keagamaan bagi para 'dharmika' pasca 'sudi wadani' atau ritual masuk agama Hindu sering mengalami pasang surut. Bahkan tidak jarang, kondisi ini diperparah dengan kasus perceraian setelah melaksanakan sudi wadani," kata Ketua PHDI Kecamatan Buleleng Nyoman Suardika di Singaraja, Bali, Senin.

PHDI Kecamatan Buleleng terus melakukan pembinaan kepada dharmika pasca "sudi wadani". Tercatat sebanyak 35 dharmika mengikuti kegiatan pembinaan yang perdana dilaksanakan di Aula Kampus STAHN Mpu Kuturan Singaraja.

Nyoman Suardika menjelaskan selama ini para dharmika sangat minim untuk mendapatkan pendampingan terkait pemahaman Agama Hindu.

Tentu saja, ini akan berdampak terhadap sradha atau keyakinannya. Terlebih, para suami jarang bisa memaksimalkan perannya sebagai pemimpin keluarga khususnya dalam peningkatan pemahaman keagamaan. Bahkan, suami semestinya menjadi contoh dalam penerapan ajaran Agama dalam kehidupan sehari-hari.

“Sehingga sering muncul persoalan setelah sudi wadani setahun dilaksanakan, seperti banyak yang cerai misalnya. Tentu ini harus dicegah agar tidak kembali terjadi,” katanya.

Prihatin akan hal itu, Suardika yang juga dosen di STAHN Mpu Kuturan langsung mengumpulkan para Ketua PHDI kelurahan/Desa di Kecamatan Buleleng. Tujuannya untuk mendata para dharmika untuk diberikan pemahaman nilai agama.

“Acara ini juga dirangkaikan dengan workshop untuk membuat buku panduan pasca sudi wadanii agar bisa dijadikan panduan,” imbuhnya.

Selama ini ada sejumlah kendala yang ia alami dalam proses pendataan. Terlebih, ada beragam alasan yang membuat para dharmika tidak bisa maksimal dalam menghadiri kegiatan pembinaan dengan berbagai alasan.

“Kendalanya jelas banyak, setelah kami bersurat ke PHDI kelurahan desa, bahwa sang dharmika ada yang bekerja, acara lain, sehingga kami turun gunung dan memberikan pemahaman. Mereka menunggu kegiatan serupa. Ke depan, Kami akan buat grump dan membuat pasraman khusus para dharmika, tidak lupa juga kami mendapatkan Kerjasama dengan dosen STAHN Mpu Kuturan Singaraja,” harapnya.

Sementara itu, Ari Susanti, salah seorang dharmika yang mengikuti pembinaan ini mengaku sangat beruntung mendapat pembinaan secara langsung. Menurutnya, ia seiring haus akan berbagai makna dalam ritual Hindu dan hal-hal yang berbau dengan Agama Hindu.

Selama ini, ia hanya mengandalkan internet dalam mempelajari agama. Namun, tidak jarang juga sang anak yang sudah menginjak remaja kerap bertanya bertalian banyak hal tentang agama Hindu.

“Nah inilah yang sering bingung menjawabnya. Karena penjelasan di internet tentu kurang memuaskan. Selama 18 tahun menikah, baru kali ini saya bisa ikut pembinaan seperti ini. Ke depan agar bisa kontinyu dilaksanakan,” katanya.

Pewarta: IMBA Purnomo

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023