Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Bali menilai provinsi setempat potensial menjadi hub internasional untuk produk perikanan dan kelautan kawasan Indonesia timur.
"Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali sudah kami usulkan untuk menjadi hub internasional produk perikanan dan kelautan di kawasan Indonesia timur," kata Ketua ALFI Bali AA Bagus Bayu Joni Saputra, di Denpasar, Jumat.
Menurut dia, Bali berpotensi menjadi hub internasional, karena tingginya frekuensi pesawat berbadan besar dan juga kepadatan lalu lintas penerbangan.
Selain itu, kegiatan pengangkutan melalui udara via Bali baru terisi 30-40 persen dari kapasitas lambung pesawat dan kawasan Indonesia timur itu produksi ikannya terbesar.
"Produk perikanan kalau semakin lama didiamkan, maka kualitasnya semakin menurun. Apalagi untuk transportasi ikan hidup yang membutuhkan oksigen, sehingga perlu kecepatan pengiriman," ujarnya pula.
Baca juga: DJP Bali dan ALFI tawarkan Program Pengungkapan Sukarela
Bayu Joni menambahkan, pihaknya sudah dua kali turun ke lapangan bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves).
"Kami juga sudah lima kali FGD. Pada intinya Bali siap, semua stakeholder (pemangku kepentingan) Bali siap. Hanya sekarang perlu didorong segera diterbitkan keputusan dari Kemenkomarves," katanya lagi.
Ia menyebut ALFI Bali bersama Pemerintah Provinsi Bali, Kadin, Bank Indonesia dan Angkasa Pura terus berupaya untuk menggolkan rencana tersebut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali pada Mei 2023 tercatat produk perikanan (ikan, krustasea, dan moluska) menjadi komoditas ekspor terbesar dari Bali yakni senilai 11,99 juta dolar AS.
Selanjutnya untuk posisi lima besar disusul ekspor produk pakaian dan aksesoris (bukan rajutan) senilai 6,63 juta dolar AS, ekspor logam mulia dan perhiasan/permata senilai 5,90 juta dolar AS, ekspor kayu dan barang dari kayu sebesar 4,69 juta serta perabotan, lampu dan alat penerangan senilai 4,23 juta dolar AS.
Baca juga: Pemprov Bali Harapkan ALFI Dukung Sistem Logistik
Pada sisi lain, Bayu Joni mengatakan secara umum saat ini tidak ada hambatan terkait pengiriman barang melalui darat maupun udara, karena komunikasi sudah sangat baik dengan Dinas Perhubungan serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
"Kita bekerja bersama-sama meningkatkan kinerja ekspor impor, kinerja perekonomian, dan kinerja logistik Bali. Hingga saat ini kami masih menunggu pihak-pihak yang ingin masuk termasuk juga ada rencana dari pihak 'direct' Singapura- Pelabuhan Benoa," ujarnya lagi.
Namun sebelum itu ALFI Bali akan melakukan FGD studi kelayakan bagaimana kapal mengikuti jalur perdagangan (ship follow the trade). "Pelindo juga sudah siap, teman-teman eksportir siap," ujarnya.
Terkait dengan volume ekspor impor dari Bali, kata Bayu Joni, volumenya tidak akan sebesar di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah maupun DKI Jakarta. "Karena kita di Bali ini adalah logistic tourism, bukan logistic industry seperti di luar Bali," katanya lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
"Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali sudah kami usulkan untuk menjadi hub internasional produk perikanan dan kelautan di kawasan Indonesia timur," kata Ketua ALFI Bali AA Bagus Bayu Joni Saputra, di Denpasar, Jumat.
Menurut dia, Bali berpotensi menjadi hub internasional, karena tingginya frekuensi pesawat berbadan besar dan juga kepadatan lalu lintas penerbangan.
Selain itu, kegiatan pengangkutan melalui udara via Bali baru terisi 30-40 persen dari kapasitas lambung pesawat dan kawasan Indonesia timur itu produksi ikannya terbesar.
"Produk perikanan kalau semakin lama didiamkan, maka kualitasnya semakin menurun. Apalagi untuk transportasi ikan hidup yang membutuhkan oksigen, sehingga perlu kecepatan pengiriman," ujarnya pula.
Baca juga: DJP Bali dan ALFI tawarkan Program Pengungkapan Sukarela
Bayu Joni menambahkan, pihaknya sudah dua kali turun ke lapangan bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves).
"Kami juga sudah lima kali FGD. Pada intinya Bali siap, semua stakeholder (pemangku kepentingan) Bali siap. Hanya sekarang perlu didorong segera diterbitkan keputusan dari Kemenkomarves," katanya lagi.
Ia menyebut ALFI Bali bersama Pemerintah Provinsi Bali, Kadin, Bank Indonesia dan Angkasa Pura terus berupaya untuk menggolkan rencana tersebut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali pada Mei 2023 tercatat produk perikanan (ikan, krustasea, dan moluska) menjadi komoditas ekspor terbesar dari Bali yakni senilai 11,99 juta dolar AS.
Selanjutnya untuk posisi lima besar disusul ekspor produk pakaian dan aksesoris (bukan rajutan) senilai 6,63 juta dolar AS, ekspor logam mulia dan perhiasan/permata senilai 5,90 juta dolar AS, ekspor kayu dan barang dari kayu sebesar 4,69 juta serta perabotan, lampu dan alat penerangan senilai 4,23 juta dolar AS.
Baca juga: Pemprov Bali Harapkan ALFI Dukung Sistem Logistik
Pada sisi lain, Bayu Joni mengatakan secara umum saat ini tidak ada hambatan terkait pengiriman barang melalui darat maupun udara, karena komunikasi sudah sangat baik dengan Dinas Perhubungan serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
"Kita bekerja bersama-sama meningkatkan kinerja ekspor impor, kinerja perekonomian, dan kinerja logistik Bali. Hingga saat ini kami masih menunggu pihak-pihak yang ingin masuk termasuk juga ada rencana dari pihak 'direct' Singapura- Pelabuhan Benoa," ujarnya lagi.
Namun sebelum itu ALFI Bali akan melakukan FGD studi kelayakan bagaimana kapal mengikuti jalur perdagangan (ship follow the trade). "Pelindo juga sudah siap, teman-teman eksportir siap," ujarnya.
Terkait dengan volume ekspor impor dari Bali, kata Bayu Joni, volumenya tidak akan sebesar di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah maupun DKI Jakarta. "Karena kita di Bali ini adalah logistic tourism, bukan logistic industry seperti di luar Bali," katanya lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023