Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Bali berharap adanya diskusi sebelum pendakian di gunung-gunung yang ada di Pulau Dewata ditutup seperti yang direncanakan Gubernur Bali Wayan Koster.
“Diskusi publik mungkin diperlukan untuk menyerap aspirasi dari kalangan asosiasi pendakian, penyedia jasa pemandu, travel agent yang menjual wisata petualangan, serta stakeholder terkait lainnya,” kata Ketua APGI Bali I Ketut Mudiada, di Denpasar, Jumat.
Mudiada menyampaikan, dengan adanya diskusi, maka dapat melahirkan regulasi yang terstruktur dan jelas untuk mengatur pendakian wisata di gunung dalam rangka menjaga kesucian gunung dan memberi dampak ekonomi kepada masyarakat di kaki gunung, alih-alih menghentikan aktivitas pendakian wisata.
Jika berbicara mengenai arahan Gubernur Bali soal upaya menjaga kesucian gunung-gunung, APGI Bali mengaku sepakat, dimana selama ini hal tersebut telah mereka terapkan sebagai prosedur pendakian khususnya di Gunung Agung, sehingga besar harapan mereka agar rencana penerbitan peraturan daerah untuk melarang aktivitas pendakian dibatalkan.
Baca juga: Gubernur Koster larang pendakian gunung di Bali
Apalagi, kata dia, belakangan wisatawan yang menggunakan jasa pemandu mulai meningkat, bahkan dia sendiri dalam satu bulan dapat melayani rata-rata 100 wisatawan dengan 80 persen wisatawan mancanegara dan 20 persen wisatawan domestik.
“Melihat pada saat ini dan ke depannya minat wisatawan baik mancanegara maupun domestik melakukan wisata alam semakin meningkat, wisata pendakian gunung salah satunya juga mendapat perhatian semakin banyak kunjungan, ke depannya tren domestik juga akan meningkat,” ujar Mudiada.
Adapun pemandu yang saat ini tergabung dalam APGI Bali jumlahnya mencapai 200 orang dari semua jalur yang ada, dan mereka semua telah tersertifikasi BNSP.
Sementara untuk rencana penutupan wisata pendakian, saat ini sedang digodok Gubernur Bali Wayan Koster dalam rangka menjaga kesucian gunung yang beberapa kali sebelumnya dikotori dengan ulah-ulah wisatawan mancanegara yang berpakaian tidak senonoh dan viral.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
“Diskusi publik mungkin diperlukan untuk menyerap aspirasi dari kalangan asosiasi pendakian, penyedia jasa pemandu, travel agent yang menjual wisata petualangan, serta stakeholder terkait lainnya,” kata Ketua APGI Bali I Ketut Mudiada, di Denpasar, Jumat.
Mudiada menyampaikan, dengan adanya diskusi, maka dapat melahirkan regulasi yang terstruktur dan jelas untuk mengatur pendakian wisata di gunung dalam rangka menjaga kesucian gunung dan memberi dampak ekonomi kepada masyarakat di kaki gunung, alih-alih menghentikan aktivitas pendakian wisata.
Jika berbicara mengenai arahan Gubernur Bali soal upaya menjaga kesucian gunung-gunung, APGI Bali mengaku sepakat, dimana selama ini hal tersebut telah mereka terapkan sebagai prosedur pendakian khususnya di Gunung Agung, sehingga besar harapan mereka agar rencana penerbitan peraturan daerah untuk melarang aktivitas pendakian dibatalkan.
Baca juga: Gubernur Koster larang pendakian gunung di Bali
Apalagi, kata dia, belakangan wisatawan yang menggunakan jasa pemandu mulai meningkat, bahkan dia sendiri dalam satu bulan dapat melayani rata-rata 100 wisatawan dengan 80 persen wisatawan mancanegara dan 20 persen wisatawan domestik.
“Melihat pada saat ini dan ke depannya minat wisatawan baik mancanegara maupun domestik melakukan wisata alam semakin meningkat, wisata pendakian gunung salah satunya juga mendapat perhatian semakin banyak kunjungan, ke depannya tren domestik juga akan meningkat,” ujar Mudiada.
Adapun pemandu yang saat ini tergabung dalam APGI Bali jumlahnya mencapai 200 orang dari semua jalur yang ada, dan mereka semua telah tersertifikasi BNSP.
Sementara untuk rencana penutupan wisata pendakian, saat ini sedang digodok Gubernur Bali Wayan Koster dalam rangka menjaga kesucian gunung yang beberapa kali sebelumnya dikotori dengan ulah-ulah wisatawan mancanegara yang berpakaian tidak senonoh dan viral.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023