Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan sebanyak 52 kejadian gempa bumi dirasakan di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) selama sepekan atau periode 5-11 Mei.

"Dari 52 kejadian gempa, sebagian besar titik kejadian berada di laut sebanyak 44 kejadian," kata Kepala Stasiun Geofisika Kupang BMKG Margiono di Kupang, Jumat.

Ia menjelaskan, gempa bumi pada periode tersebut didominasi berkekuatan kecil (di bawah magnitudo 4,0) berkedalaman dangkal lebih dari 60 kilometer. Frekuensi kejadian gempa bumi harian paling tertinggi pada 5 Mei yaitu sebanyak 13 kejadian.   

Margiono menjelaskan NTT merupakan daerah kepulauan yang dikelilingi oleh patahan-patahan (sesar) mulai dari Barat dan Selatan (Zona Megathrust), Utara (Flores Back Arc Thrust), dan beberapa patahan-patahan lokal lainnya yang masih aktif.



Dengan demikian NTT memiliki potensi terhadap bahaya gempa bumi merusak dan tsunami. Hal ini didukung dengan sejarah kejadian di NTT yang pernah dilanda 12 kali kejadian tsunami sejak tahun 1891-2022.

Margiono mengimbau warga di NTT agar tetap siaga dan melakukan upaya antisipasi yang diperlukan untuk mengantisipasi dampak gempa seperti membangun bangunan tahan gempa.

Selain itu, menata jalur evakuasi serta membekali diri dan mengedukasi ke orang-orang di sekitar terkait cara menyelamatkan diri terhadap kejadian gempa bumi dan tsunami.

Ia menyarankan warga untuk terus memperbaharui informasi resmi dari BMKG dan tidak mudah terpancing dengan isu-isu adanya gempa bumi.

"Jangan mudah percaya dengan adanya informasi yang berisi perkiraan kejadian gempa bumi apalagi dengan menyebutkan waktu, tempat, maupun kekuatan," katanya.

 
 

Pewarta: Aloysius Lewokeda

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023