Negara (Antara Bali) - Serangan penyakit yang menyebabkan ribuan ayamnya mati, memaksa I Wayan Ardana, peternak di Kabupaten Jembrana terpaksa memanen ayamnya lebih awal dengan resiko kerugian yang cukup tinggi.
"Saya terpaksa memanen ayam-ayam ini meskipun belum waktunya, daripada rugi total karena semua mati," kata Ardana, saat ditemui di peternakan ayamnya, Selasa.
Menurut Ardana, pihaknya memilih ayam yang baru berusia 28 hari tersebut dengan bobot minimal 1 kilogram dan sehat untuk dipanen.
"Normalnya ayam ini baru bisa dipanen setelah usia 35 hari dengan bobot dua kilogram lebih. Karena panen belum waktunya, harganya juga anjlok," ujarnya.
Kematian ayam Ardana dimulai Jumat (7/12) lalu, diawali dengan gejala lemas dan tidak mau makan.
Awalnya hanya belasan ayam yang mati, namun dengan cepat menular ke yang lain, sehingga sampai hari selasa sudah sekitar 3000 ekor ayam peternak ini yang mati. (GBI/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Saya terpaksa memanen ayam-ayam ini meskipun belum waktunya, daripada rugi total karena semua mati," kata Ardana, saat ditemui di peternakan ayamnya, Selasa.
Menurut Ardana, pihaknya memilih ayam yang baru berusia 28 hari tersebut dengan bobot minimal 1 kilogram dan sehat untuk dipanen.
"Normalnya ayam ini baru bisa dipanen setelah usia 35 hari dengan bobot dua kilogram lebih. Karena panen belum waktunya, harganya juga anjlok," ujarnya.
Kematian ayam Ardana dimulai Jumat (7/12) lalu, diawali dengan gejala lemas dan tidak mau makan.
Awalnya hanya belasan ayam yang mati, namun dengan cepat menular ke yang lain, sehingga sampai hari selasa sudah sekitar 3000 ekor ayam peternak ini yang mati. (GBI/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012