Denpasar (Antara Bali) - Rencana pembangunan jalan tol yang menghubungkan Serangan Kota Denpasar dengan Tanjung Benoa Kabupaten Badung harus segera dibangun, dalam upaya mengurangi kemacetan di kawasan Bali selatan.
"Jika pembangunan itu terwujud adalah salah satu solusi yang dapat mengurangi kemacetan lalu lintas di sepanjang jalan By Pass Ngurah Rai," kata Ida Bagus Gede Udiyana, anggota Komisi III DPRD Bali, Selasa.
Ia mengatakan, pesatnya pertumbuhan kendaraan bermotor dan sebagian besar warga yang bekerja di kawasan wisata Bali selatan, sudah tentu berdampak terhadap kepadatan lalu lintas.
"Oleh karena itu pemerintah harus berani mengambil suatu langkah dalam upaya mengatasi kemacetan lalu lintas dengan membangun jalan tol. Terlebih Bali merupakan tujuan wisata mancanegara," kata politisi Partai Golkar ini.
Udiyana memprediksi ke depan kalau terus kondisinya seperti ini dan tidak ada pemecahan maupun jalan keluarnya, jangan harap Bali akan bebas macet terutama menuju bandara Ngurah Rai.
"Lihat saja sekarang, kemacetan lalu lintas mulai dari perempatan Pesanggaran hingga ke bandara Ngurah Rai terjadi kemacetan lalu lintas pada waktu jam kerja maupun pulang kantor," ujarnya.
Dikatakan, bila nanti terwujud jalan tol Serangan - Tanjung Benoa, pihaknya yakin sepanjang jalan tersebut kemacetan lalu lintas bisa teratasi. Sebab warga masyarakat yang bekerja di kawasan wisata Nusa Dua akan beralih ke jalan tersebut.
"Saya yakin kemacetan dapat dihindari. Karena warga yang bekerja di Nusa Dua pasti lewat jalan tersebut, walau dikenakan retribusi masuk ke jalan itu," ucapnya.
Selain itu adanya wacana jalan layang atau fly over, kata dia, pihaknya mendukung asalkan disertai dengan kajian dan survei.
"Kita lihat dulu setelah dibangunnya jalan tol Serangan - Tanjung Benoa. Jika tetap terjadi kemacetan baru merencanakan jalan layang atau play over tersebut, katanya.
Udiyana mengatakan, untuk pembangunan jalan layang, terutama di ruas jalan yang padat dengan kendaraan harus dikaji lebih mendalam agar tidak merugikan budaya dan agama.
"Pembangunan jalan layang perlu kajian mendalam, sehingga tak merugikan budaya dan bersinggungan terhadap agama," ucap pria asal Desa Sanur Denpasar.
Dari data yang dihimpun badan jalan di Tanjung Benoa Badung rencananya akan dibangun melewati hutan bakau sepanjang dua kilometer dan menyusuri tepi pantai sepanjang 2,3 kilometer atau 5,40 hektare.
Sementara badan jalan di Pulau Serangan Denpasar melewati PT BTID sepanjang 2,6 kilometer atau 1,70 hektare. Sedangkan untuk jembatan akan dibangun pada aliran Selat Benoa?Selat Badung dengan panjang alur 350 meter.
Untuk bentang utama jembatan 2 X 140 meter dengan ambang batas bawah 35 meter dan ambang atas 45,919 meter. Panjang jalan dan jembatan seluruhnya 9,91 kilometer. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
"Jika pembangunan itu terwujud adalah salah satu solusi yang dapat mengurangi kemacetan lalu lintas di sepanjang jalan By Pass Ngurah Rai," kata Ida Bagus Gede Udiyana, anggota Komisi III DPRD Bali, Selasa.
Ia mengatakan, pesatnya pertumbuhan kendaraan bermotor dan sebagian besar warga yang bekerja di kawasan wisata Bali selatan, sudah tentu berdampak terhadap kepadatan lalu lintas.
"Oleh karena itu pemerintah harus berani mengambil suatu langkah dalam upaya mengatasi kemacetan lalu lintas dengan membangun jalan tol. Terlebih Bali merupakan tujuan wisata mancanegara," kata politisi Partai Golkar ini.
Udiyana memprediksi ke depan kalau terus kondisinya seperti ini dan tidak ada pemecahan maupun jalan keluarnya, jangan harap Bali akan bebas macet terutama menuju bandara Ngurah Rai.
"Lihat saja sekarang, kemacetan lalu lintas mulai dari perempatan Pesanggaran hingga ke bandara Ngurah Rai terjadi kemacetan lalu lintas pada waktu jam kerja maupun pulang kantor," ujarnya.
Dikatakan, bila nanti terwujud jalan tol Serangan - Tanjung Benoa, pihaknya yakin sepanjang jalan tersebut kemacetan lalu lintas bisa teratasi. Sebab warga masyarakat yang bekerja di kawasan wisata Nusa Dua akan beralih ke jalan tersebut.
"Saya yakin kemacetan dapat dihindari. Karena warga yang bekerja di Nusa Dua pasti lewat jalan tersebut, walau dikenakan retribusi masuk ke jalan itu," ucapnya.
Selain itu adanya wacana jalan layang atau fly over, kata dia, pihaknya mendukung asalkan disertai dengan kajian dan survei.
"Kita lihat dulu setelah dibangunnya jalan tol Serangan - Tanjung Benoa. Jika tetap terjadi kemacetan baru merencanakan jalan layang atau play over tersebut, katanya.
Udiyana mengatakan, untuk pembangunan jalan layang, terutama di ruas jalan yang padat dengan kendaraan harus dikaji lebih mendalam agar tidak merugikan budaya dan agama.
"Pembangunan jalan layang perlu kajian mendalam, sehingga tak merugikan budaya dan bersinggungan terhadap agama," ucap pria asal Desa Sanur Denpasar.
Dari data yang dihimpun badan jalan di Tanjung Benoa Badung rencananya akan dibangun melewati hutan bakau sepanjang dua kilometer dan menyusuri tepi pantai sepanjang 2,3 kilometer atau 5,40 hektare.
Sementara badan jalan di Pulau Serangan Denpasar melewati PT BTID sepanjang 2,6 kilometer atau 1,70 hektare. Sedangkan untuk jembatan akan dibangun pada aliran Selat Benoa?Selat Badung dengan panjang alur 350 meter.
Untuk bentang utama jembatan 2 X 140 meter dengan ambang batas bawah 35 meter dan ambang atas 45,919 meter. Panjang jalan dan jembatan seluruhnya 9,91 kilometer. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010