Pulau Bali selain terkenal dengan wisata pantai dan keindahan alamnya, terdapat pula tempat wisata edukasi yang cocok dijadikan sarana rekreasi keluarga. Objek wisata itu di antaranya adalah Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.

Seorang pengusaha asal Malang yang kini tinggal di Jakarta, Hadi Sanyoto, memutuskan untuk membuat tempat penyimpanan topeng dan wayang yang nantinya dapat memberikan edukasi mengenai kesenian tradisional asli Indonesia tersebut kepada masyarakat umum. 

“Tujuan awal tempat ini dibangun itu sebagai upaya untuk melestarikan kebudayaan topeng dan wayang terutama dari Indonesia, tapi ada juga yang dari luar negeri. Masyarakat sekarang kan sudah mulai jarang yang tahu. Jadi, jangan sampai kebudayaan ini hilang,” ujar Desak, staf di Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma.

Selain sebagai sarana rekreasi, Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma juga dapat menjadi sarana edukasi bagi para pelajar ataupun wisatawan yang berkunjung  melalui benda-benda yang dipamerkan di tempat ini. Tempat tersebut juga sering dikunjungi wisatawan asing maupun pelajar yang melakukan study tour untuk melihat koleksi topeng dan wayang. ,

Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma yang berdiri di atas lahan lebih dari satu hektare  ini  dibangun pada 1996.  Tempat ini mulai mengoleksi topeng dan wayang sejak 2004.

Suasana Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma bernuansa alam yang sejuk, karena banyak dikelilingi oleh pepohonan yang rindang. Arsitektur bangunannya mengusung konsep rumah tradisional Jawa yang memiliki bentuk bangunan unik. Bangunan museum ini memiliki karakteristik Rumah Joglo dengan berbagai ornamen Bali sehingga unsur akulturasi sangat kental.

Lingkungan Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma yang terletak di Desa Kemenuh, Gianyar, Bali, dikelilingi oleh persawahan. Tempat ini beroperasi setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 16.00 Wita. Tidak ada biaya tiket masuk untuk dapat menikmati seni topeng dan wayang, namun jika berkenan pengunjung dapat memberikan donasi seikhlasnya di depan pintu masuk.

Saat ini koleksi topeng dan wayang yang dimiliki Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma mencapai 1.300 buah topeng dan 5.700 buah wayang. Dari total 1.300 topeng yang dimiliki saat ini, sebagian merupakan topeng produksi baru yang dipesan secara khusus dan yang lainnya didapatkan dari topeng yang memang sudah pernah dipakai sebelumnya.

Selain memamerkan koleksi karya seni topeng dan wayang, Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti balai pertunjukan, gedung pertemuan, taman tropis, dan kedai kopi.

Bangunan Joglo

Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma memiliki tujuh tempat yang digunakan untuk menyimpan koleksi topeng dan wayang, yaitu ada Joglo Senori, Joglo Keben, Joglo Boma, Joglo Pelumpang, Joglo Bojonegoro, Joglo Biru, dan Joglo Paviliun Jepang.

Sebenarnya rumah topeng memiliki banyak bangunan Joglo. Totalnya ada 10 bangunan, tapi yang dipakai untuk memajang koleksi topeng dan wayang hanya tujuh bangunan Joglo.

Dalam setiap Rumah Joglo terdapat lebih dari ratusan topeng dan wayang lndonesia maupun mancanegara. Penggunaan Rumah Joglo merupakan bentuk alih fungsi dari rumah tempat tinggal biasa menjadi tempat untuk memamerkan koleksi topeng dan wayang, karena banyak topeng dan wayang yang berasal dari Pulau Jawa.

Masing-masing Joglo memiliki asal-usul dan usia yang berbeda. Contohnya,  Joglo Boma yang berasal dari Demak, Jawa Tengah. Joglo Boma didapatkan pada tahun 1999 dan diperkirakan berusia lebih dari 100 tahun. Seluruhnya terbuat dari kayu jati, dicat dengan warna kuning (pari anom-Jawa) dengan pinggiran atau lis berwarna hijau tua yang menyimbolkan kemakmuran. Sedangkan gebyok (pembatas ruangan) adalah simbol dari kemegahan.

Selanjutnya, ada Joglo Senori yang berasal dari Tuban, Jawa Timur. Joglo Senori memiliki usia kurang lebih 125 tahun, dengan tinggi di atas rata-rata rumah joglo lainnya (4 Meter). Keseluruhan terbuat dari kayu jati. Bangunan ini didapat pada tahun 1998 dari Benari, daerah pesisir Tuban, Jawa Timur. Sebelumnya rumah Jawa Kuno ini dihuni oleh keluarga Tionghoa dengan ciri ornamen yang ada di dalamnya adalah khas dari Tiongkok.

Koleksi  ikonik

Selain memiliki tatanan bangunan yang unik, Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma juga memiliki beberapa koleksi topeng dan wayang yang ikonik, di antaranya adalah Barong Landung dan wayang kulit Bali “Ramayana”.

“Yang paling ikonik di sini itu topeng dari Bali, soalnya Pulau Bali itu kan terkenal dengan paduan warna dan umur topengnya. Kalau di sini umur topengnya kan asli tua dan terdapat di daerahnya masing-masing, dan sering dipakai buat acara kebudayaan juga,” kata Desak.

Salah satu cerita terkenal dari topeng-topeng tersebut yakni Topeng Barong Landung, yang menceritakan seorang Raja Bali, Jaya Panggus yang jatuh cinta kepada Puteri China bernama Kan Ching Wee yang yang berlabuh di pantai utara Bali. Raja tersebut membuat sebuah istana yang indah bernama Balingkan. Setelah menikah, raja pergi mencari seorang wanita yang mau memberikannya keturunan untuk pewaris tahtanya.

Namun, sang raja berbohong mengaku belum menikah saat bertemu dengan Putri Danau Batur. Pada saat melangsungkan pernikahannya, mereka meminta kepada Dewa Danau Batur supaya tidak ada orang yang mengganggu pernikahan mereka.

Kan Ching Wee kemudian menyusul suaminya pergi ke Danau Batur. la kemudian bertemu dengan ibu dan anak dari suaminya, Sang Dewa menjadi sadar bahwa mereka telah ditipu, karena ternyata Sang Raja telah menikah.

Sebagai hukumannya, Sang Dewa merubah Jaya Panggus dan Kan- Ching Wee menjadi Barong Landung dan memberi tugas kepada Dewi Danau (Putri Danau) dalam setiap Upacara Galungan di Bali kedua boneka ini akan memberitahukan kepada masyarakat tentang cerita mereka, sehingga masyarakat Bali sadar dan tidak akan mengikuti kesalahan yang sama dengan mereka. Dalam cerita yang berkembang di masyarakat Bali, mereka mempunyai 2 orang anak, tetapi hanya 1 saja yang lahir dalam cerita ini. Anak perempuan mereka bernama Galuh.

Selain itu, juga terdapat koleksi wayang kulit Bali Ramayana. Wayang ini menceritakan mengenai perselisihan antara Prabu Rama Wijaya berasal dari Kerajaan Ayodya yang sedang berusaha untuk membebaskan istrinya yaitu Dewi Sita dari jeratan tangan Prabu Dasamuka atau Rhwana yang merupakan Raja dari Kerajaan Alengka.

Koleksi wayangnya pun tak hanya berasal dari Indonesia, ada juga yang berasal dari Malaysia, Jepang, dan India.Seluruh koleksi wayang dan topeng yang ada di tempat ini disusun secara rapi. Selain itu, beberapa topeng dan wayang diletakkan di dalam meja etalase dan lemari kaca.

Semoga kebudayaan topeng dan wayang bisa tetap lestari. Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma  selalu terbuka untuk memberikan informasi mengenai sejarah dan budaya topeng ataupun wayang kepada masyarakat luas.


Salah satu ruang pameran yang ada di Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma, Gianyar, Bali, Selasa (28/2/2023).
ANTARA/Pungkas Dwitanto/wsj.

Pewarta: Pungkas Dwitanto

Editor : Widodo Suyamto Jusuf


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023