Denpasar (Antara Bali) - Ketua Persatuan Endokrinologi (Perkeni) Cabang Bali Prof Ketut Swastika menyatakan, mayoritas penderita diabetes di Pulau Dewata itu merupakan masyarakat yang tinggal di kawasan pariwisata.
"Dari hasil penelitian kami secara acak pada tujuh desa di kawasan Legian, Kuta, ternyata tertinggi di Bali jumlah penderita diabetes," katanya di sela-sela perayaan Hari Diabetes Sedunia di Lapangan Puputan Margarana, Denpasar, Minggu.
Menurut Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana itu, tingginya jumlah penderita diabetes di daerah pariwisata tidak terlepas dari gaya hidup dan pola makan masyarakat setempat.
"Tampaknya telah terjadi relevansi antara tingkat penghasilan dengan pola makan. Selain di Legian, tingginya penderita diabetes jg ditemukan di kawasan Petulu, Gianyar, yang juga merupakan kawasan wisata," katanya pada acara yang digelar atas kerja sama Sanofi Group Indonesia dengan Unud dan Perkeni serta Pemprov Bali.
Penelitian dilakukan pada tujuh desa di Bali sejak 2000 hingga 2010 dengan menyasar desa dengan karakteristik berbeda-beda, yakni di Sangsit dan Pedawa(Kabupaten Buleleng), Legian (Kabupaten Badung), Petulu (Kabupaten Gianyar), Tenganan (Kabupaten arangsem), Penglipuran (Kabupaten Bangli), dan Nusa Ceningan (Kabupaten Klungkung).
Pemilihan sampel secara acak dengan menggunakan 2.000 sampel. "Prevalensi penderita diabetes untuk desa di kawasan pegunungan seperti Pedawa, sangat kecil karena masyarakatnya banyak melakukan aktivitas. Desa Penglipuran walaupun masuk kawasan wisata tetapi jumlah penderitanya sedikit karena kehidupan masyarakatnya masih tradisional," ucapnya.
Ia memprediksi jika penelitian lebih banyak menyasar daerah perkotaan, jumlah penderita akan lebih tinggi. Bahkan saat ini di Bali sudah ada penderita diabetes yang berusia 13 tahun.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya juga sepandangan bahwa gaya hidup sangat memengaruhi timbulnya diabetes.
"Makan makanan berkalori tinggi ditambah dengan kurangnya gerak rentan terkena diabetes," ucapnya.
Walaupun penyakit diabetes dipengaruhi juga faktor genetik, kata dia, dengan pola hidup sehat dapat menekan munculnya penyakit tersebut.
Jumlah kasus penderita diabetes pada 2011 di Bali tercatat 2.210 orang yang tersebar pada semua kabupaten/kota di Pulau Dewata.
"Dari sembilan kabupaten/kota di Bali, kasus yang menonjol terjadi di Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, dan Kota Denpasar," ujarnya.
Turut hadir dalam peringatan ini Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan istri, Ayu Pastika, Presiden Direktur Sanofi Group Indonesia Eric NG, Ketua Persadia Cabang Bali dr Wira Gotera, Kepala Askes Regional Denpasar dr Bimantoro, Ketua IDI Bali, dan Dirut RSUP Sanglah serta masyarakat penderita diabetes.
Acara dimeriahkan dengan jalan sehat, senam bersama, dan diskusi kesehatan.(LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Dari hasil penelitian kami secara acak pada tujuh desa di kawasan Legian, Kuta, ternyata tertinggi di Bali jumlah penderita diabetes," katanya di sela-sela perayaan Hari Diabetes Sedunia di Lapangan Puputan Margarana, Denpasar, Minggu.
Menurut Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana itu, tingginya jumlah penderita diabetes di daerah pariwisata tidak terlepas dari gaya hidup dan pola makan masyarakat setempat.
"Tampaknya telah terjadi relevansi antara tingkat penghasilan dengan pola makan. Selain di Legian, tingginya penderita diabetes jg ditemukan di kawasan Petulu, Gianyar, yang juga merupakan kawasan wisata," katanya pada acara yang digelar atas kerja sama Sanofi Group Indonesia dengan Unud dan Perkeni serta Pemprov Bali.
Penelitian dilakukan pada tujuh desa di Bali sejak 2000 hingga 2010 dengan menyasar desa dengan karakteristik berbeda-beda, yakni di Sangsit dan Pedawa(Kabupaten Buleleng), Legian (Kabupaten Badung), Petulu (Kabupaten Gianyar), Tenganan (Kabupaten arangsem), Penglipuran (Kabupaten Bangli), dan Nusa Ceningan (Kabupaten Klungkung).
Pemilihan sampel secara acak dengan menggunakan 2.000 sampel. "Prevalensi penderita diabetes untuk desa di kawasan pegunungan seperti Pedawa, sangat kecil karena masyarakatnya banyak melakukan aktivitas. Desa Penglipuran walaupun masuk kawasan wisata tetapi jumlah penderitanya sedikit karena kehidupan masyarakatnya masih tradisional," ucapnya.
Ia memprediksi jika penelitian lebih banyak menyasar daerah perkotaan, jumlah penderita akan lebih tinggi. Bahkan saat ini di Bali sudah ada penderita diabetes yang berusia 13 tahun.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya juga sepandangan bahwa gaya hidup sangat memengaruhi timbulnya diabetes.
"Makan makanan berkalori tinggi ditambah dengan kurangnya gerak rentan terkena diabetes," ucapnya.
Walaupun penyakit diabetes dipengaruhi juga faktor genetik, kata dia, dengan pola hidup sehat dapat menekan munculnya penyakit tersebut.
Jumlah kasus penderita diabetes pada 2011 di Bali tercatat 2.210 orang yang tersebar pada semua kabupaten/kota di Pulau Dewata.
"Dari sembilan kabupaten/kota di Bali, kasus yang menonjol terjadi di Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, dan Kota Denpasar," ujarnya.
Turut hadir dalam peringatan ini Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan istri, Ayu Pastika, Presiden Direktur Sanofi Group Indonesia Eric NG, Ketua Persadia Cabang Bali dr Wira Gotera, Kepala Askes Regional Denpasar dr Bimantoro, Ketua IDI Bali, dan Dirut RSUP Sanglah serta masyarakat penderita diabetes.
Acara dimeriahkan dengan jalan sehat, senam bersama, dan diskusi kesehatan.(LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012