Denpasar (Antara Bali) - Guru saat ini dituntut dapat menjadi panutan (trendsetter) untuk mengimbangi cara berpikir siswa yang terus berubah mengikuti perkembangan global, kata Kasubdit Internalisasi Nilai Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dr Dyah Chitraria Liestyati.

"Guru dan juga kepala sekolah hendaknya dapat menjadi agen perubahan, motivator dan inspirator. Sekarang guru dituntut sebagai trendsetter," ucapnya di sela menjadi pembicara pada Sosialisasi dan Kampanye Media Pembangunan Karakter Bangsa, di Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi, di Denpasar, Sabtu.

Menurut dia, dengan guru menjadi "trendsetter", maka para pendidik diharapkan mampu menciptakan berbagai gebrakan dalam bidang pendidikan.

"Bagaimana pun dalam upaya pendidikan karakter, penting adanya keseimbangan berpikir, bersikap, dan berperilaku yang baik. Itu harus terus-menerus dibentuk, dan guru bukan hanya mementingkan sisi kognitif siswa saja," ucapnya pada acara yang bertema Indonesia Berkarakter, Indonesia Aku Bangga itu.

Ia melihat gejala tak sedikit orang yang cerdas ketika di bangku sekolah, namun saat terjun di lapangan tidak bisa berbuat apa-apa karena karakternya tidak terlatih.

"Karakteristik terkait pembiasaan, nilai-nilai yang biasa dilakukan dan akhirnya menjadi pola hidup," ujarnya.

Chitraria mengusulkan agar guru dapat jadi panutan, seorang guru dituntut bisa mengikuti ritme cara berpikir siswa yang berubah. Di saat terlihat siswa mulai menjauh dari ketentuan, maka guru wajib masuk dan jangan membiarkan siswa berperilaku bebas yang tak terarah.

Di sisi lain, penanaman karakter seyogyanya sudah sejak di lingkungan keluarga. Orang tua menanamkan sejak dini tentang etika dan estetika, bahkan bisa dimulai semenjak bayi dalam kandungan misalnya dengan diperkenalkan pada musik.

Apalagi, kata dia, Indonesia didukung oleh akar budaya yang kuat dan beragam budaya dari Sabang hingga Merauke. (LHS)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012