Denpasar (Antara Bali) - Kinerja Direktur Jenderal Bimas Hindu Kementerian Agama Prof Dr Ida Bagus Gde Yudha Triguna mendapat sorotan dari umat di Indonesia, karena ada dugaan korupsi.
"Bapak Yudha Triguna selama ini lebih banyak mementingkan orang-orangnya saja dan keluarganya, misalnya dalam hal penerbitan buku agama," kata Surono tokoh umat Hindu Boyolali, Jawa Tengah saat dihubungi wartawan dari Bali, Minggu malam.
Menurut Surono, kepemimpinan Yudha Triguna selama ini sarat dengan kolusi, nepotisme, dan korupsi. Bahkan dalam kepemimpinannya, Yudha Triguna juga pilih kasih dalam memberikan bantuan untuk pura serta pembangunan sekolah. Dalam mengangkat pembimas (pembimbing masyarakat) Hindu, Yudha Triguna juga menggunakan wewenangnya dengan menempatkan orang-orangnya.
"Pembimas Hindu saat ini orang-orangnya dia (Yudha Triguna), ada kongkalikong antara orang-orangnya dia saja. Akibatnya Pembimas Hindu yang bertugas sekarang ini di wilayah kami diisi oleh orang yang tidak tepat, bukan oleh putra daerah," kata Surono mejelaskan.
Karena pembinaan yang kurang tepat, kata dia, hal tersebut berpengaruh pada eksistensi umat Hindu di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).(*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Bapak Yudha Triguna selama ini lebih banyak mementingkan orang-orangnya saja dan keluarganya, misalnya dalam hal penerbitan buku agama," kata Surono tokoh umat Hindu Boyolali, Jawa Tengah saat dihubungi wartawan dari Bali, Minggu malam.
Menurut Surono, kepemimpinan Yudha Triguna selama ini sarat dengan kolusi, nepotisme, dan korupsi. Bahkan dalam kepemimpinannya, Yudha Triguna juga pilih kasih dalam memberikan bantuan untuk pura serta pembangunan sekolah. Dalam mengangkat pembimas (pembimbing masyarakat) Hindu, Yudha Triguna juga menggunakan wewenangnya dengan menempatkan orang-orangnya.
"Pembimas Hindu saat ini orang-orangnya dia (Yudha Triguna), ada kongkalikong antara orang-orangnya dia saja. Akibatnya Pembimas Hindu yang bertugas sekarang ini di wilayah kami diisi oleh orang yang tidak tepat, bukan oleh putra daerah," kata Surono mejelaskan.
Karena pembinaan yang kurang tepat, kata dia, hal tersebut berpengaruh pada eksistensi umat Hindu di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).(*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012