Surabaya (Antara Bali) - Pelaksanaan pameran industri kreatif pakaian "The 4th Indie Clothing Expo/ICE" di Surabaya mengangkat tema "Is it The End" karena ingin menyosialisasikan kepada masyarakat tentang keprihatinan terhadap keadaan bumi yang "sakit" pada tahun 2012.

"Tema tersebut kami pilih mengingat planet ini sedang ditimpa banyak bencana," kata Branch Manager PT Dyandra Promosindo Surabaya, Yusuf Karim Ungsi, di Surabaya, Sabtu.

Menurut dia, hal tersebut bukan hanya bencana fisik melainkan bencana penjajahan budaya akibat gencarnya globalisasi pada saat ini. Kondisi itu berdampak negatif terhadap kurang diminatinya merek-merek pakaian dalam negeri. "Di sisi lain, anak-anak muda di Tanah Air justru bangga saat mengenakan pakaian maupun kaos produk luar negeri," ujarnya.

Ia optimistis dengan tema tersebut maka "The 4Th ICE" ingin membuat sesuatu yang berbeda dan memberi sumbangan khusus bagi industri "clothing" nasional. "Pada agenda 'The 4th ICE', kami menghadirkan lebih dari 70 merek indie 'clothing' ternama yang berasal dari kota besar di Indonesia," katanya.

Ia mencontohkan, dari Jakarta diwakili merek "Noinbrand" dan "Thyo Pernik". Dari Bandung ada banyak merek seperti "Cosmic", "Flashy", "Ouval", "Screamous", "God.inc", "Invictus", "Barbel", "Arena", "NLS", "D' Loops", dan "Blankwear". Asal Yogyakarta dan Solo ada berbagai merek misalnya "Starcross", "Pinkle Winkle", "Rown", "Triger", "Slackers", "Equal Unity".

"Dari Surabaya, ada 'Garbage', 'Lollypop', dan 'Gaekoentok' sedangkan Malang 'Foryouall', 'insprd27', 'Elevenclown', dan Denpasar ada 'Huck'," katanya.(*/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012