Gubernur Bali Wayan Koster berbagi cerita mengenai pengalamannya melakukan demonstrasi semasa kuliah saat membuka Rapat Kerja Nasional Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia atau BEM SI di Art Center Denpasar, Senin.
"Dulu waktu saya di ITB (Institut Teknologi Bandung) bagi tugas ada yang dialogis, diskusi menyarankan kepada rektorat agar gagasan bisa diterima. Kalau gagasannya baik tapi tidak diterima, ya kita keluarkan spanduk, kumpul-kumpul, demonstrasi," kata Koster.
Dengan bersemangat, Gubernur Bali di hadapan mahasiswa dari 130 perguruan tinggi sebagai perwakilan BEM SI menyampaikan dukungannya untuk memfasilitasi kegiatan kemahasiswaan.
"Saya pun juga lahir dari dunia kemahasiswaan, dari aktivitas kemahasiswaan, saya masuk ITB tahun 1981. Saat SMA aktif OSIS, SMP dan SD aktif menjadi pemain gamelan musik Bali," cerita Koster.
Baca juga: Pecalang ikut jaga unjuk rasa HMI tolak kenaikan harga BBM
Mantan Ketua Unit Mahagotra Ganesha ITB itu menuturkan semasa kuliah sering mencurahkan perhatian, pikiran, tenaga, dan waktu untuk aktivitas kemahasiswaan. Apalagi pada tahun tersebut sempat terjadi transisi dari NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) dan BKK (Badan Koordinasi Kemahasiswaan) menjadi senat.
"Saat itu saya merancang perubahan, saya menjadi pelaku sejarahnya dan untuk melakukan itu saya mengorbankan satu semester tidak kuliah pada 1984. Bahkan, saya dipanggil disuruh cepat-cepat lulus supaya tidak buat gangguan di kampus," kata Koster.
Maka dari itu, Wayan Koster menyadari bahwa mahasiswa perlu diberi ruang untuk berekspresi, ikut mendorong suatu perubahan, sekaligus mengkritisi berbagai persoalan yang sedang berkembang.
Menurut Koster, hal yang harus dikembangkan adalah pemikiran kritis yang rasional, logis, dapat dipahami oleh publik dan bisa diterima, dengan dilakukan sesuai budaya yang ada.
Baca juga: Kapolda Bali: Demonstrasi jangan ganggu G20
"Yang penting mahasiswa tujuannya tercapai dan perlu metode yang efektif, kan harus dialogis kapan turun ke jalan. Kita tidak anti dan itu perlu kalau dialog tidak cukup," ujar gubernur asal Buleleng itu.
Dengan berbekal Ilmu pengetahuan, pengalaman organisasi kemahasiswaan, dan manajemen pengetahuan, lanjut Koster, jiwa kepemimpinan menjadi tumbuh sehingga mahasiswa dapat menjadi pribadi yang kuat, tangguh dan berjatidiri.
"Asal tertib, sama sekali saya tidak anti (demonstrasi). Saya pelaku demonstrasi, saya pemimpin saat mahasiswa, jadi yang gitu makanan saya dulu, hobi saya dulu," ujarnya.
Di hadapan para mahasiswa seluruh Indonesia, Gubernur Bali mengapresiasi BEM SI yang memilih Bali sebagai lokasi penyelenggaraannya Rakernas ke-15 yang berlangsung pada 19 hingga 22 September 2022.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Dulu waktu saya di ITB (Institut Teknologi Bandung) bagi tugas ada yang dialogis, diskusi menyarankan kepada rektorat agar gagasan bisa diterima. Kalau gagasannya baik tapi tidak diterima, ya kita keluarkan spanduk, kumpul-kumpul, demonstrasi," kata Koster.
Dengan bersemangat, Gubernur Bali di hadapan mahasiswa dari 130 perguruan tinggi sebagai perwakilan BEM SI menyampaikan dukungannya untuk memfasilitasi kegiatan kemahasiswaan.
"Saya pun juga lahir dari dunia kemahasiswaan, dari aktivitas kemahasiswaan, saya masuk ITB tahun 1981. Saat SMA aktif OSIS, SMP dan SD aktif menjadi pemain gamelan musik Bali," cerita Koster.
Baca juga: Pecalang ikut jaga unjuk rasa HMI tolak kenaikan harga BBM
Mantan Ketua Unit Mahagotra Ganesha ITB itu menuturkan semasa kuliah sering mencurahkan perhatian, pikiran, tenaga, dan waktu untuk aktivitas kemahasiswaan. Apalagi pada tahun tersebut sempat terjadi transisi dari NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) dan BKK (Badan Koordinasi Kemahasiswaan) menjadi senat.
"Saat itu saya merancang perubahan, saya menjadi pelaku sejarahnya dan untuk melakukan itu saya mengorbankan satu semester tidak kuliah pada 1984. Bahkan, saya dipanggil disuruh cepat-cepat lulus supaya tidak buat gangguan di kampus," kata Koster.
Maka dari itu, Wayan Koster menyadari bahwa mahasiswa perlu diberi ruang untuk berekspresi, ikut mendorong suatu perubahan, sekaligus mengkritisi berbagai persoalan yang sedang berkembang.
Menurut Koster, hal yang harus dikembangkan adalah pemikiran kritis yang rasional, logis, dapat dipahami oleh publik dan bisa diterima, dengan dilakukan sesuai budaya yang ada.
Baca juga: Kapolda Bali: Demonstrasi jangan ganggu G20
"Yang penting mahasiswa tujuannya tercapai dan perlu metode yang efektif, kan harus dialogis kapan turun ke jalan. Kita tidak anti dan itu perlu kalau dialog tidak cukup," ujar gubernur asal Buleleng itu.
Dengan berbekal Ilmu pengetahuan, pengalaman organisasi kemahasiswaan, dan manajemen pengetahuan, lanjut Koster, jiwa kepemimpinan menjadi tumbuh sehingga mahasiswa dapat menjadi pribadi yang kuat, tangguh dan berjatidiri.
"Asal tertib, sama sekali saya tidak anti (demonstrasi). Saya pelaku demonstrasi, saya pemimpin saat mahasiswa, jadi yang gitu makanan saya dulu, hobi saya dulu," ujarnya.
Di hadapan para mahasiswa seluruh Indonesia, Gubernur Bali mengapresiasi BEM SI yang memilih Bali sebagai lokasi penyelenggaraannya Rakernas ke-15 yang berlangsung pada 19 hingga 22 September 2022.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022