Negara (Antara Bali) - Tradisi perlombaan pacuan kerbau khas Kabupaten Jembrana atau makepung di lahan pertanian basah, yang merupakan cikal bakal makepung yang dikenal saat ini dihidupkan kembali.

Bertempat di areal pertanian Dusun Peh, Desa Kaliakah, Senin, puluhan pasang kerbau makepung berpacu di lahan persawahan yang dipenuhi air.

"Tradisi lomba makepung di lahan yang basah ini pertama kali muncul pada tahun 1930," kata Mangku Ketut Lega, salah seorang sesepuh Dusun Peh.

Bedanya dengan makepung yang biasanya dilakukan di jalanan kering yang membelah persawahan, kerbau yang dipacu dalam makepung basah ini tidak menarik gerobak tapi bajak.

Pakaian jokipun berbeda dengan makepung tanah kering yang lebih semarak, joki makepung basah hanya mengenang tutup kelapa khas Bali, udeng dan bertelanjang dada.

Sementara kerbau yang digunakan tetap ditempeli beberapa atribut, khususnya pada bagian kepala dan tanduknya.

Mangku Ketut Lega mengungkapkan, makepung basah ini diawali rasa iseng dari petani yang dahulu kala membajak bersama-sama pada satu areal sawah.

"Dulu, karena sawahnya luas dan belum ada traktor, petani biasanya membajak sawah bersama-sama. Saat itulah muncul keisengan untuk beradu cepat kerbau penarik bajak," ujarnya.(GBI/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012