Yayasan Delterra Sosial Indonesia (Delterra) serta Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar memperkuat kerja sama dengan menandatangani perjanjian tentang optimalisasi pengelolaan sampah dari sumber di desa dan kelurahan Kota Denpasar berbasis daur ulang , Kamis.
 
Delterra adalah organisasi nonprofit independen dibangun oleh McKinsey Company yang bergerak dalam isu lingkungan terutama pengolahan sampah yang ramah lingkungan.
 
"Kami saat ini bermitra dengan pemangku kepentingan nasional dan daerah untuk bisa memberikan dampak yang berkelanjutan dalam pengelolaan sampah dengan fokus pada daur ulang dan ekonomi sirkular," kata Kepala Projek Senior Delterra Dhia Fani di  Denpasar., Bali.
 
Dhia mengatakan perjanjian tersebut merupakan upaya untuk memperkuat kerja sama yang sudah terjalin antara DLHK Denpasar dan Delterra di enam desa di Kota Denpasar yakni Desa Pemogan, Desa Pemecutan Kaja, Desa Kesiman Kertalangu, Desa Tegal Kertha, Desa Sanur Kauh, dan Desa Ubung Kaja dalam program Rethinking Recycling Academy.
 
Program tersebut kata Dhia berupaya untuk memberikan solusi permasalahan sampah dengan mentransformasi sistem angkut-buang menjadi berbasis daur ulang melalui intervensi kelembagaan, edukasi dan operasional.
 
Yayasan Delterra juga didukung melalui kolaborasi yang berkelanjutan antara beberapa mitra swasta yakni McKinsey & Company, Alliance to Plastic Waste, Avfall Norge, EcoBali, WWF, IPRO serta DLHK Denpasar dan DKLH Provinsi Bali.

Baca juga: Lima kiat kelola sampah
 
Program kerja sama yang sedang berjalan itu telah menunjukkan beberapa dampak positif yang signifikan pada tata kelola sampah di Kota Denpasar.
 
“Program yang dilakukan oleh Delterra dalam mentransformasi tempat pengelolaan sampah reduce, reuse, recycle (TPS-3R) tidak hanya aktivitas atau edukasi dalam perubahan perilaku, namun program ini juga mendukung pendirian institusional dan badan hukum, membantu memastikan keberlanjutan finansial, meningkatkan kualitas manajemen dan tingkat pengumpulan sampah melalui intervensi digital," kata Dhia Fani.
 
Program TPS-3R dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk sistem persampahan yang dikelola oleh komunitas desa secara mandiri dan berkelanjutan. Dalam acara penandatangan tersebut, ada enam desa memberikan cerita sukses program, serta berbagi cerita pembelajaran yang didapatkan dalam menjalankan program Rethinking Recycling Academy.
 
“Kedepannya melalui penandatanganan kerjasama ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan sampah berbasis sumber," kata Kepala UPTD Pengelolaan Sampah DLHK Kota Denpasar I Gusti Ngurah yang mewakili Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar.
 
Sementara itu, Direktur BUMDES Kesiman Kertalangu I Wayan Temaja mengakui bahwa program kerja sama yang telah berjalan berdampak positif terhadap pengelolaan sampah di desanya.

Baca juga: Aktivis lingkungan di Bali olah 700 botol kaca jadi produk terazo
 
“Desa kami bergabung ke dalam program dan telah dibantu baik dari segi investasi operasional, pelatihan tenaga kerja dan edukasi di masyarakat, serta program RRA memberikan pendampingan menyeluruh dalam hal ini," kata dia.
 
Wayan Temaja berharap dengan adanya perjanjian kerjasama tersebut terjalin sinergi yang lebih kuat antara DLHK Denpasar dan Delterra.
 
Wayan Temaja menargetkan ke depannya 80.000 orang akan terdampak positif dengan pemilahan sampah dari enam sumber TPS3R akan berdiri secara optimal dan mandiri dan semakin besar solusi penanganan isu pengelolaan sampah di Kota Denpasar.
 
Teknologi TPS3R sendiri adalah sistem pengolahan sampah dengan inovasi teknologi mesin pencacah sampah dan pengayak kompos yang lebih efektif dan efisien. Hasil pengolahan sampah organik berupa kompos digunakan untuk pupuk tanaman hias dan herbal yang ditanam di lahan sekitar tempat pembuangan sampah untuk dijual.

Pewarta: Rolandus Nampu

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022