Denpasar (Antara Bali) - Pewaris puri atau keraton Carangsari di Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Kebupaten Badung, AA Ngurah Bagus Suarmandala mengemukakan bahwa umat Hindu dengan Muslim di wilayahnya sudah lama bersaudara.
    
"Persaudaraan umat Hindu dengan Muslim sudah terjadi sejak abad XIV karena raja Carangsari ketika itu, Ida Gusti Ngemangkurat Pacung Gede Tabuana memberikan wilayah untuk ditempati umat Muslim," kata Suarmandala kepada ANTARA di Carangsari, Minggu.
    
Didampingi pewaris puri Gerenceng, Pemecutan, Denpasar, Anak Agung Ngurah Agung, ia mengemukakan bahwa kampung Muslim di Carangsari itu ada di kampung Angan Tiga yang dihuni oleh sekitar 300 kepala keluarga Muslim.
    
"Dalam semua kegiatan keagamaan umat Hindu dan Islam, kami sudah biasa saling bergotong royong. Kalau ada upacara Hari Raya Hindu, umat Muslim Angan Tiga biasa membantu kami, termasuk membuat banten atau sesajen," katanya sarjana ilmu komputer itu.
    
Suarmandala mengemukakan bahwa karena ada banten yang dibuat oleh umat Muslim, penduduk setempat biasa menamakan banten tersebut dengan sebutan "Bebangkit Islam". Karena dibuat oleh umat Muslim, maka banten tersebut tidak menggunakan babi, tapi diganti dengan ayam.
    
"Umat Muslim juga bergotong royong menyiapkan semua keperluan upacara umat Hindu di sini. Sebaliknya, kalau umat Muslim ada kegiatan hari besar, kami juga datang ke Masjid. Kami juga didaulat untuk memberikan sambutan di acara itu," katanya.
    
Karena dekatnya, maka umat Hindu dan Muslim di puri keluarga besar pahlawan nasional asal Bali, I Gusti Ngurah Rai itu sudah seperti saudara. Bahkan makam umat Hindu dan Muslim di daerah itu juga menjadi satu.
    
"Karena itu, jangan ajari kami mengenai toleransi. Kami sudah mempraktekkan persaudaraan ini sejak berabad-abad yang lalu. Yang perlu dilakukan oleh semua pihak, khususnya pemerintah adalah bagaimana melestarikan persaudaraan ini," ujarnya.
    
Ia juga berharap agar di wilayah Angan Tiga itu ada klian adat atau kepala dusun tersendiri yang mengurusi semua keperluan umat Muslim. Keberadaan klian adat dari penduduk setempat sangat diperlukan untuk mengurusi keperluan adat dari penduduk Muslim yang sehari-hari menggunakan bahasa Bali itu. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2009