Griya Santrian Resort yang menjadi cikal bakal kelompok usaha Santrian Group genap berusia setengah abad pada 1 Mei 2022, berkomitmen untuk tetap konsisten menjaga usaha pariwisata berkelanjutan.
"Dalam perayaan ulang tahun emas ini, kami ingin mengenang dan membumikan kembali pemikiran pendiri Santrian Grup, Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung yang telah wafat setahun silam," kata Direktur 'Griya Santrian' Ida Bagus Gede Sidhartha Putra dalam keterangan tertulisnya di Denpasar.
Pria yang biasa disapa Gusde itu mengatakan pihaknya ingin menekankan kembali warisan dan spirit Ratu Peranda yang telah merintis usaha dan berkembang hingga kini.
"Ratu Peranda mendirikan Griya Santrian untuk menghadirkan identitas Sanur dengan keindahan alam serta keluhuran tradisi dan budaya yang akan terus kami jaga," ujarnya.
Gusde mengatakan meskipun pandemi COVID-19 memporakporandakan berbagai sendi bisnis, termasuk Griya Santrian yang ikut terdampak, tidak menyurutkan kebersamaan untuk bangkit kembali seiiring kunjungan wisatawan yang mulai menggeliat.
"Kami ingin mendedikasikan tonggak sejarah ini kepada Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung sebagai founding father, serta seluruh karyawan baik yang aktif maupun telah purna bakti yang setia bersama kami, di setiap langkah untuk bersama menjadi resor yang memiliki nilai unggul dalam pelayanan bagi para tamu yang menginap di Griya Santrian," kata Gusde.
Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung yang saat walaka bernama Ida Bagus Tjentana Putra mendirikan Griya Santrian Cottage ketika masih menjadi karyawan di Hotel Bali Beach.
Pengalaman bekerja di Grand Bali Beach sejak 1966 menambah keberanian dan rasa optimistis untuk memulai usaha jasa pariwisata bernama Griya Santrian Cottage, di Sanur.
Sepanjang 50 tahun perjalanan, usaha pariwisata yang kemudian berganti nama menjadi Griya Santrian Resort itu telah menjadi bagian dari sejarah pariwisata di Bali.
Dengan mengusung slogan "where everyone is family" serta konsep unik yang diciptakan Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung, usaha ini terus berkembang.
Griya Santrian Resort juga melakukan pembenahan seiring perkembangan dunia pariwisata. Pemugaran dan penambahan bangunan hotel tidak berubah 100 persen, tetapi tetap mempertahankan beberapa properti seperti lobi atau area front office, wantilan restoran, kamar di area wing kanan dekat pantai, serta open stage dengan candi bentar yang tetap kokoh dan menawan.
"Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga spirit yang ditanamkan Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung," katanya.
Usaha ini terus berkembang dan melebarkan sayap menjadi jaringan bisnis di bawah bendera Santrian Group di antaranya adalah Griya Santrian Beach Resort, Puri Santrian Beach Resort, The Royal Santrian Luxury Beach Villas, The Village Restaurant, Soya Restaurant, Arena Pub and Restaurant, Arena Living, The Village Home, dan Seawalker.
Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung berhasil mem-branding membangun image Griya Santrian Resort melalui "life experience" atau pengalaman hidup, yang mengacu pada nilai-nilai luhur adat Bali, kebudayaan dan berbagai tradisinya, menjadikan resor tepi pantai ini selalu dicintai tamu-tamunya.
Konsistensi Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung dalam membangun bisnis pariwisata hingga akhir hayatnya bukan saja menjadi panutan bagi keluarga besar Santrian Group, namun juga bagi para pelaku pariwisata lainnya.
Karena selain sebagai pengusaha, Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung juga aktif dalam organisasi seperti PHRI, Kadin Bali, Komite PATA Bali, Apindo Bali, Lions Club Bali dan sebagainya, mengikuti konvensi internasional antara lain PATA, ITB Berlin, AHRA dan ATF, serta penggagas berdirinya Yayasan Pembangunan Sanur (YPS).
Atas pengabdiannya di bidang pariwisata Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung mendapatkan penghargaan berupa Penghargaan Karya Karana Pariwisata (2005) dari Gubernur Bali, Tri Hita Karana Award (2002-2002), "10 Eksekutif 1994" dari Jawa Pos Group, dan penghargaan Lions International (1995).
Selain itu, Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung juga dianugerahi Satya Lencana Kepariwisataan dari Presiden Jokowi yang diserahkan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya saat pembukaan Sanur Village Festival 2019.
Gusde menjelaskan serangkaian acara digelar untuk memaknai usia emas Griya Santrian di antaranya donor darah, bakti sosial ke Panti Asuhan Semara Putra Klungkung, pelepasan tukik dan penanaman terumbu karang.
Selain itu, melakukan tirtayatra ke Pura Uluwatu, Pura Candi Narmada dan Pura Sakenan, pemutaran video di Cinepolis Plaza Renon, serta dialog budaya dengan tema "Kiprah Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung Pioner Budaya dan Pariwisata Bali".
Puncak acara akan digelar pada 26 Mei 2022 bertajuk Malam Golden Legacy Griya Santrian dengan mengundang para karyawan, baik yang sudah pensiun maupun aktif, untuk berkumpul sembari mengenang masa lalu, sekaligus berbagi kisah dalam perjalanan mendedikasikan diri di Griya Santrian.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Dalam perayaan ulang tahun emas ini, kami ingin mengenang dan membumikan kembali pemikiran pendiri Santrian Grup, Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung yang telah wafat setahun silam," kata Direktur 'Griya Santrian' Ida Bagus Gede Sidhartha Putra dalam keterangan tertulisnya di Denpasar.
Pria yang biasa disapa Gusde itu mengatakan pihaknya ingin menekankan kembali warisan dan spirit Ratu Peranda yang telah merintis usaha dan berkembang hingga kini.
"Ratu Peranda mendirikan Griya Santrian untuk menghadirkan identitas Sanur dengan keindahan alam serta keluhuran tradisi dan budaya yang akan terus kami jaga," ujarnya.
Gusde mengatakan meskipun pandemi COVID-19 memporakporandakan berbagai sendi bisnis, termasuk Griya Santrian yang ikut terdampak, tidak menyurutkan kebersamaan untuk bangkit kembali seiiring kunjungan wisatawan yang mulai menggeliat.
"Kami ingin mendedikasikan tonggak sejarah ini kepada Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung sebagai founding father, serta seluruh karyawan baik yang aktif maupun telah purna bakti yang setia bersama kami, di setiap langkah untuk bersama menjadi resor yang memiliki nilai unggul dalam pelayanan bagi para tamu yang menginap di Griya Santrian," kata Gusde.
Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung yang saat walaka bernama Ida Bagus Tjentana Putra mendirikan Griya Santrian Cottage ketika masih menjadi karyawan di Hotel Bali Beach.
Pengalaman bekerja di Grand Bali Beach sejak 1966 menambah keberanian dan rasa optimistis untuk memulai usaha jasa pariwisata bernama Griya Santrian Cottage, di Sanur.
Sepanjang 50 tahun perjalanan, usaha pariwisata yang kemudian berganti nama menjadi Griya Santrian Resort itu telah menjadi bagian dari sejarah pariwisata di Bali.
Dengan mengusung slogan "where everyone is family" serta konsep unik yang diciptakan Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung, usaha ini terus berkembang.
Griya Santrian Resort juga melakukan pembenahan seiring perkembangan dunia pariwisata. Pemugaran dan penambahan bangunan hotel tidak berubah 100 persen, tetapi tetap mempertahankan beberapa properti seperti lobi atau area front office, wantilan restoran, kamar di area wing kanan dekat pantai, serta open stage dengan candi bentar yang tetap kokoh dan menawan.
"Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga spirit yang ditanamkan Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung," katanya.
Usaha ini terus berkembang dan melebarkan sayap menjadi jaringan bisnis di bawah bendera Santrian Group di antaranya adalah Griya Santrian Beach Resort, Puri Santrian Beach Resort, The Royal Santrian Luxury Beach Villas, The Village Restaurant, Soya Restaurant, Arena Pub and Restaurant, Arena Living, The Village Home, dan Seawalker.
Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung berhasil mem-branding membangun image Griya Santrian Resort melalui "life experience" atau pengalaman hidup, yang mengacu pada nilai-nilai luhur adat Bali, kebudayaan dan berbagai tradisinya, menjadikan resor tepi pantai ini selalu dicintai tamu-tamunya.
Konsistensi Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung dalam membangun bisnis pariwisata hingga akhir hayatnya bukan saja menjadi panutan bagi keluarga besar Santrian Group, namun juga bagi para pelaku pariwisata lainnya.
Karena selain sebagai pengusaha, Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung juga aktif dalam organisasi seperti PHRI, Kadin Bali, Komite PATA Bali, Apindo Bali, Lions Club Bali dan sebagainya, mengikuti konvensi internasional antara lain PATA, ITB Berlin, AHRA dan ATF, serta penggagas berdirinya Yayasan Pembangunan Sanur (YPS).
Atas pengabdiannya di bidang pariwisata Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung mendapatkan penghargaan berupa Penghargaan Karya Karana Pariwisata (2005) dari Gubernur Bali, Tri Hita Karana Award (2002-2002), "10 Eksekutif 1994" dari Jawa Pos Group, dan penghargaan Lions International (1995).
Selain itu, Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung juga dianugerahi Satya Lencana Kepariwisataan dari Presiden Jokowi yang diserahkan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya saat pembukaan Sanur Village Festival 2019.
Gusde menjelaskan serangkaian acara digelar untuk memaknai usia emas Griya Santrian di antaranya donor darah, bakti sosial ke Panti Asuhan Semara Putra Klungkung, pelepasan tukik dan penanaman terumbu karang.
Selain itu, melakukan tirtayatra ke Pura Uluwatu, Pura Candi Narmada dan Pura Sakenan, pemutaran video di Cinepolis Plaza Renon, serta dialog budaya dengan tema "Kiprah Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung Pioner Budaya dan Pariwisata Bali".
Puncak acara akan digelar pada 26 Mei 2022 bertajuk Malam Golden Legacy Griya Santrian dengan mengundang para karyawan, baik yang sudah pensiun maupun aktif, untuk berkumpul sembari mengenang masa lalu, sekaligus berbagi kisah dalam perjalanan mendedikasikan diri di Griya Santrian.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022