Tabanan (Antara Bali) - Jumlah tangkapan udang lobster para nelayan di Pantai Yeh Gangga, Kabupaten Tabanan, Bali, mengalami peningkatan dari sekitar tiga ton pada 2008 kini mencapai lima ton.

Peningkatan jumlah tangkapan ini seiring datangnya musim lobster yang diperkirakan berlangsung hingga awal tahun depan, sehingga nelayan setempat setiap pagi rajin menebar alat tangkap ikan berupa bubu maupun jaring di sekitar pantai.

"Kami bersyukur ada peningkatan hasil tangkapan lobster sampai akhir tahun ini mencapai sekitar 5 ton lebih, meningkat dibanding tahun lalu hanya sekitar 3 ton," kata seorang pengepul tunggal Lobster Pantai Yeh Gangga Dewa Ketut Bekeh (50) di Tabanan, Jumat.

Diakuinya, untuk harga lobster saat ini cukup bagus mencapai Rp200 ribu perkilo gramnya, meskipun tahun sebelumnya pernah menembus angka Rp300 ribu. Lobster yang ditangkap nelayan Tabanan ini sebagian diekspor sebagian lagi guna memenuhi kebutuhan demostik. 

Meski saat ini termasuk cuaca bagus sehingg mendukung untuk menangkap lobster, namun tidak semua nelayan di kawasan ini yang bisa pergi melaut, diantaranya karena ada sebagian mesin perahunya rusak, atau terbentur modal.

Menurut Ketua Kelompok Nelayan Yeh Gangga, Nengah Widia, jumlah nelayan di Yeh Gangga sebanyak 91 orang dengan jumlah perahu atau jukung mencapai 36 unit, dimana satu nelayan ada yang memiliki sampai dua perahu.

"Secara umum tetap jalan, nelayan setiap pagi melaut lebih memilih mencari lobster ketimbang jenis ikan lainnya karena harganya jauh lebih menjanjikan," ujar Widia.

Diakuinya, meskipun saat ini terbilang musim lobster namun hasil tangkapan itu semua bergantung juga pada cuaca yang kerap kali tidak menentu.

Demikian pula dengan peralatan pendukung nelayan seperti jaring atau bubu alat tangkap tradisional, antara nelayan satu dengan nelayan lainnya, punya strategi dan cara berbeda-beda.

"Sejak tiga bulan lalu, nelayan kami pakai alat bubu dan hasilnya lumayan bagus, tapi belakangan hasilnya berkurang sehingga sebagian nelayan memilih kembali pakai jaring, ada juga yang pakai jaring dan kubu dua-duanya," tambah Widia.

Hal sama disampaikan nelayan lainnya, Ketut Moya(46). Ia mengatakan, alat tangkap bubu miliknya belakangan ini tidak memberi hasil maksimal sehingga ia terpaksa memakai jaring kembali. Meskipun diakuinya dengan menggunakan jaring biaya operasionalnya lebih tinggi.

Sebagai gambaran selain alat satu set jaring relatif mahal mencapai Rp135 ribu, sedang kubu cukup Rp65 ribu.

Selain itu, para nelayan juga mempertimbangkan biaya untuk umpan ikan yakni ikan lemuru yang harganya lebih murah dibanding ikan belut. Hanya saja, untuk udang lobster relatif menyukai umpan belut dibanding lemuru, sehingga jika nelayan ingin mendapat tangkapan lebih banyak lobster harus memakai umpan belut, katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2009