Akademisi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, dr. Made Suadnyani Pasek, Sp.A mengimbau masyarakat di daerah itu untuk mewaspadai penyakit hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya dan dikabarkan sudah menyerang anak usia 0-16 tahun.
"Keberadaan hepatitis akut ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Jadi, kita harus meningkatkan kewaspadaan," kata dr. Made Suadnyani Pasek di Singaraja, Kamis.
Ia mengatakan, bila menemukan anak-anak dengan gejala mual, muntah, diare, nyeri perut yang hebat, demam tinggi, kemudian tampak kuning, baik di mata, wajah atau di kulitnya, harus segera memeriksakan ke tempat pelayanan kesehatan.
"Jadi, misalnya pun terkena hepatitis yang belum diketahui penyebabnya bisa langsung dilakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan yang ada," ucapnya.
Baca juga: Undiksha dukung BKKBN dalam pengentasan kasus stunting
Ia mengungkapkan, sebagai upaya pencegahan munculnya penyakit tersebut, masyarakat perlu menerapkan pola hidup bersih dan sehat pada anak, seperti rajin mencuci tangan, tidak saling menukar alat makan, diapers harus dipakai sekali dan selanjutnya dibuang pada tempatnya. Demikian juga makanan harus higienis.
"Jadi makanan harus bersih kemudian harus sehat, dan alat-alat makan jangan saling menggunakan alat makan yang sama dengan orang lain, apalagi kita tidak tahu apakah orang lain itu sedang sakit apa tidak," terangnya.
Pihaknya berharap dengan pola hidup sehat, tidak ada anak-anak, khususnya di Pulau Dewata terjangkit penyakit hepatitis akut. "Sejauh ini di Bali belum ada, tapi di Indonesia sudah dilaporkan kasusnya dan sedang dilakukan riset," katanya.
Sebelumnya (23/3/2022), Undiksha juga bekerja sama dengan BKKBN Bali untuk mendukung upaya pengentasan kasus stunting di Pulau Dewata Bali. Dukungan terhadap BKKBN Bali itu diungkapkan saat menerima kunjungan perwakilan BKKBN Bali dr Ni Luh Gede Sukardiasih M.For.MARS.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Keberadaan hepatitis akut ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Jadi, kita harus meningkatkan kewaspadaan," kata dr. Made Suadnyani Pasek di Singaraja, Kamis.
Ia mengatakan, bila menemukan anak-anak dengan gejala mual, muntah, diare, nyeri perut yang hebat, demam tinggi, kemudian tampak kuning, baik di mata, wajah atau di kulitnya, harus segera memeriksakan ke tempat pelayanan kesehatan.
"Jadi, misalnya pun terkena hepatitis yang belum diketahui penyebabnya bisa langsung dilakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan yang ada," ucapnya.
Baca juga: Undiksha dukung BKKBN dalam pengentasan kasus stunting
Ia mengungkapkan, sebagai upaya pencegahan munculnya penyakit tersebut, masyarakat perlu menerapkan pola hidup bersih dan sehat pada anak, seperti rajin mencuci tangan, tidak saling menukar alat makan, diapers harus dipakai sekali dan selanjutnya dibuang pada tempatnya. Demikian juga makanan harus higienis.
"Jadi makanan harus bersih kemudian harus sehat, dan alat-alat makan jangan saling menggunakan alat makan yang sama dengan orang lain, apalagi kita tidak tahu apakah orang lain itu sedang sakit apa tidak," terangnya.
Pihaknya berharap dengan pola hidup sehat, tidak ada anak-anak, khususnya di Pulau Dewata terjangkit penyakit hepatitis akut. "Sejauh ini di Bali belum ada, tapi di Indonesia sudah dilaporkan kasusnya dan sedang dilakukan riset," katanya.
Sebelumnya (23/3/2022), Undiksha juga bekerja sama dengan BKKBN Bali untuk mendukung upaya pengentasan kasus stunting di Pulau Dewata Bali. Dukungan terhadap BKKBN Bali itu diungkapkan saat menerima kunjungan perwakilan BKKBN Bali dr Ni Luh Gede Sukardiasih M.For.MARS.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022