Gubernur Bali Wayan Koster meminta para pelaku pariwisata agar komit melestarikan budaya, sehingga wisatawan tetap tertarik untuk berkunjung ke Pulau Dewata.
"Kalau alam indah, lebih indah dari Bali atau sama dengan Bali, di luar itu banyak ada alam yang indah. Tetapi, yang membedakan Bali dengan daerah lain adalah budaya," kata Koster di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Kamis.
Itulah sebabnya, ujar dia, Pemprov Bali mulai tegas dalam urusan budaya dengan menggunakan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali.
Di itu juga ada Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali, dan Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali.
Baca juga: Delegasi G20 sepakat ciptakan iklim pariwisata berkelanjutan
Untuk penggunaan busana adat Bali, setiap hari Kamis, Purnama, Tilem dan Hari Jadi Pemerintah Daerah Provinsi Bali semua pelaku di Bali mulai dari pegawai negeri maupun swasta, hotel juga harus berbusana adat Bali.
Dia menambahkan, pariwisata Bali sebelumnya tidak didesain secara khusus dengan suatu perencanaan, tetapi berkembang secara alamiah, sehingga masih ada compang-camping di sana sini. Tetapi, karena budayanya, menjadikan Bali tetap menjadi tujuan kunjungan masyarakat dunia.
"Itulah sebabnya, saya sekarang ini betul-betul menata pariwisata Bali secara fundamental dan komprehensif berbasis pada budaya, serta berorientasi pada kualitas dan bermartabat," ujarnya saat membuka Deklarasi Bersama Mewujudkan Peradaban Baru Penyiaran Melalui Informasi Berkualitas itu.
Pihaknya tidak ingin pariwisata ini mengorbankan budaya, justru pariwisata harus membangun budaya. Karena Bali tanpa budaya tidak akan mungkin bisa menjadi daerah wisata.
"Maka, saya tadi melihat manajer hotel tidak berbusana adat Bali, saya langsung tegur. Jadi, saya tidak mau melihat perilaku-perilaku yang tidak tertib dan disiplin di Bali, tetapi semua harus hormat dengan budaya Bali," kata Koster pada acara yang juga dihadiri Ketua KPI Pusat Agung Suprio tersebut.
Baca juga: Wapres optimistis pariwisata Bali segera pulih
Mengakhiri arahannya terkait pariwisata Bali, Koster menegaskan jangan pelaku pariwisata cuma mencari untung di Bali dengan tidak memelihara budaya.
"Jadi kalau mau berusaha di Bali, bangunlah budaya Bali ini secara bersama-sama, supaya bisa tumbuh bersama, kuat bersama, serta mendapat manfaat secara bersama-sama. Saya kira itu yang harus ditumbuhkan di Bali," katanya.
Sementara itu, Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid mengatakan, Koster sebelum menjadi Gubernur Bali atau saat menjadi anggota DPR, sudah memperjuangkan kebudayaan.
"Saya senang sekali Bapak Gubernur, kebetulan mengikuti perkembangan di Bali. Mulai kami datang, hotelnya dibuka khusus dan sampai sekarang dari Canggu menuju Tabanan macetnya luar biasa. Mudah-mudahan Bali lebih baik lagi pascapandemi COVID-19," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Kalau alam indah, lebih indah dari Bali atau sama dengan Bali, di luar itu banyak ada alam yang indah. Tetapi, yang membedakan Bali dengan daerah lain adalah budaya," kata Koster di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Kamis.
Itulah sebabnya, ujar dia, Pemprov Bali mulai tegas dalam urusan budaya dengan menggunakan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali.
Di itu juga ada Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali, dan Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali.
Baca juga: Delegasi G20 sepakat ciptakan iklim pariwisata berkelanjutan
Untuk penggunaan busana adat Bali, setiap hari Kamis, Purnama, Tilem dan Hari Jadi Pemerintah Daerah Provinsi Bali semua pelaku di Bali mulai dari pegawai negeri maupun swasta, hotel juga harus berbusana adat Bali.
Dia menambahkan, pariwisata Bali sebelumnya tidak didesain secara khusus dengan suatu perencanaan, tetapi berkembang secara alamiah, sehingga masih ada compang-camping di sana sini. Tetapi, karena budayanya, menjadikan Bali tetap menjadi tujuan kunjungan masyarakat dunia.
"Itulah sebabnya, saya sekarang ini betul-betul menata pariwisata Bali secara fundamental dan komprehensif berbasis pada budaya, serta berorientasi pada kualitas dan bermartabat," ujarnya saat membuka Deklarasi Bersama Mewujudkan Peradaban Baru Penyiaran Melalui Informasi Berkualitas itu.
Pihaknya tidak ingin pariwisata ini mengorbankan budaya, justru pariwisata harus membangun budaya. Karena Bali tanpa budaya tidak akan mungkin bisa menjadi daerah wisata.
"Maka, saya tadi melihat manajer hotel tidak berbusana adat Bali, saya langsung tegur. Jadi, saya tidak mau melihat perilaku-perilaku yang tidak tertib dan disiplin di Bali, tetapi semua harus hormat dengan budaya Bali," kata Koster pada acara yang juga dihadiri Ketua KPI Pusat Agung Suprio tersebut.
Baca juga: Wapres optimistis pariwisata Bali segera pulih
Mengakhiri arahannya terkait pariwisata Bali, Koster menegaskan jangan pelaku pariwisata cuma mencari untung di Bali dengan tidak memelihara budaya.
"Jadi kalau mau berusaha di Bali, bangunlah budaya Bali ini secara bersama-sama, supaya bisa tumbuh bersama, kuat bersama, serta mendapat manfaat secara bersama-sama. Saya kira itu yang harus ditumbuhkan di Bali," katanya.
Sementara itu, Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid mengatakan, Koster sebelum menjadi Gubernur Bali atau saat menjadi anggota DPR, sudah memperjuangkan kebudayaan.
"Saya senang sekali Bapak Gubernur, kebetulan mengikuti perkembangan di Bali. Mulai kami datang, hotelnya dibuka khusus dan sampai sekarang dari Canggu menuju Tabanan macetnya luar biasa. Mudah-mudahan Bali lebih baik lagi pascapandemi COVID-19," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022