Ketua Perkumpulan Pendidikan Nasional (Perdiknas) Dr AA Ngurah Eddy Supriyadinata Gorda meminta seluruh akademisi atau dosen di Universitas Pendidikan Nasional, Kota Denpasar, Bali, agar jangan mengutamakan kenyamanan pribadi, namun hendaknya menyeimbangkan dengan kenyamanan organisasi.
"Kenyamanan organisasi itu dengan cara mempercepat kualifikasi pendidikan dosen. Terutama bagi mereka yang sudah doktor lektor kepala agar segera berjuang ke jenjang guru besar," kata Eddy di Denpasar, Sabtu.
Menurut pria dengan sapaan akrab Gung Eddy tersebut, potensi calon guru besar di Undiknas sangat besar.
"Saat ini saja, Undiknas memiliki 34 doktor, dan 5 guru besar. Sedangkan yang masih menempuh studi doktor sebanyak 45 orang," ujarnya.
Baca juga: Perdiknas Denpasar peduli COVID-19 dengan "Gerakan Tengok Tetangga"
Perdiknas, lanjut Gung Eddy, punya komitmen yang kuat menyejahterakan pegawainya yang punya loyalitas tinggi untuk kemajuan organisasi.
Untuk memberikan motivasi kepada dosennya, Gung Eddy pada Jumat (1/4) mengundang secara khusus salah satu guru besar Undiknas Prof Ir Gede Sri Darma ST, MM, DBA, FPE yang sempat memecahkan Rekor Muri kategori Profesor Termuda di usia 37 tahun.
Dalam pertemuan yang meskipun didesain bersifat informal dan berangkat dari hati ke hati, ia ingin ada hasil nyata minimal satu tahun ke depan.
Dengan Undiknas yang telah berusia 53 tahun dan berbekal pengalaman panjang tersebut, Prof Sri Darma optimistis akan banyak lahir profesor-profesor baru dari rahim perguruan tinggi swasta yang digagas duo tokoh pendidikan (almarhum) IGN Gorda dan Ketut Sambereg tersebut.
Menurut dia, regulasi untuk merengkuh guru besar saat ini dengan zamannya relatif sama. Bahkan, sekarang justru lebih mudah karena akses informasi bisa diperoleh dari mana saja.
Baca juga: Rektor Undiknas-Konjen Australia diskusikan kerjasama pendidikan
Tentunya sangat berbeda saat dirinya berproses ke guru besar yang notabene masih manual. "Setiap peraturan ada zamannya dan setiap zaman ada peraturannya," ucapnya.
Dia menyebut kunci sukses meraih gelar guru besar hanya tiga, yakni semangat, kemampuan dan strategi. Baginya, setiap dosen wajib bercita-cita menjadi guru besar karena hal tersebut sebuah keniscayaan.
"Jika tidak memiliki tekad (ke guru besar-red) mending jangan jadi dosen. Ini ibarat lulusan akademi militer, pasti ingin berpangkat jenderal," ujar Sri Darma.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Kenyamanan organisasi itu dengan cara mempercepat kualifikasi pendidikan dosen. Terutama bagi mereka yang sudah doktor lektor kepala agar segera berjuang ke jenjang guru besar," kata Eddy di Denpasar, Sabtu.
Menurut pria dengan sapaan akrab Gung Eddy tersebut, potensi calon guru besar di Undiknas sangat besar.
"Saat ini saja, Undiknas memiliki 34 doktor, dan 5 guru besar. Sedangkan yang masih menempuh studi doktor sebanyak 45 orang," ujarnya.
Baca juga: Perdiknas Denpasar peduli COVID-19 dengan "Gerakan Tengok Tetangga"
Perdiknas, lanjut Gung Eddy, punya komitmen yang kuat menyejahterakan pegawainya yang punya loyalitas tinggi untuk kemajuan organisasi.
Untuk memberikan motivasi kepada dosennya, Gung Eddy pada Jumat (1/4) mengundang secara khusus salah satu guru besar Undiknas Prof Ir Gede Sri Darma ST, MM, DBA, FPE yang sempat memecahkan Rekor Muri kategori Profesor Termuda di usia 37 tahun.
Dalam pertemuan yang meskipun didesain bersifat informal dan berangkat dari hati ke hati, ia ingin ada hasil nyata minimal satu tahun ke depan.
Dengan Undiknas yang telah berusia 53 tahun dan berbekal pengalaman panjang tersebut, Prof Sri Darma optimistis akan banyak lahir profesor-profesor baru dari rahim perguruan tinggi swasta yang digagas duo tokoh pendidikan (almarhum) IGN Gorda dan Ketut Sambereg tersebut.
Menurut dia, regulasi untuk merengkuh guru besar saat ini dengan zamannya relatif sama. Bahkan, sekarang justru lebih mudah karena akses informasi bisa diperoleh dari mana saja.
Baca juga: Rektor Undiknas-Konjen Australia diskusikan kerjasama pendidikan
Tentunya sangat berbeda saat dirinya berproses ke guru besar yang notabene masih manual. "Setiap peraturan ada zamannya dan setiap zaman ada peraturannya," ucapnya.
Dia menyebut kunci sukses meraih gelar guru besar hanya tiga, yakni semangat, kemampuan dan strategi. Baginya, setiap dosen wajib bercita-cita menjadi guru besar karena hal tersebut sebuah keniscayaan.
"Jika tidak memiliki tekad (ke guru besar-red) mending jangan jadi dosen. Ini ibarat lulusan akademi militer, pasti ingin berpangkat jenderal," ujar Sri Darma.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022