Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati berpandangan, di tengah pandemi COVID-19 ini menjadi kesempatan daerah setempat untuk menata diri dan mengembangkan pariwisata berkelanjutan sesuai dengan karakteristik wilayah.
"Jadi bukan semata-mata meng-copy paste pengembangan pariwisata yang sudah ada di Bali selatan," kata Wagub Bali dalam acara Widya Sancaya 1 Tahun 2022 di Universitas Hindu Indonesia, Denpasar, Sabtu.
Dia mengungkapkan, mengacu pada lontar Padmabhuwana, dinyatakan bahwa Mpu Kuturan, sekitar abad 11, menyebut Bali sebagai Padmabhuwana. Danghyang Nirartha pada abad 15 juga menyatakan hal yang sama.
"Artinya, Bali telah digambarkan sebagai satu kesatuan ruang yang dijaga oleh kemahakuasaan Dewata Nawasanga (para dewa di sembilan arah mata angin), dengan atribut, karakter dan fungsi masing-masing," ujar pria yang biasa disapa Cok Ace itu.
Baca juga: Menparekraf bahas pengembangan Pantai Melasti Bali
Sesuai dengan konsep Dewata Nawasanga, Cok Ace mencontohkan di wilayah Bali timur, sesuai dengan Asta Dewatanya Dewa Iswara, maka yang cocok pengembangan wisata spiritual atau yang bersifat keagamaan.
Untuk wilayah Bali barat yang dikuasai oleh kemahakuasaan Dewa Baruna dan secara etimologis letak wilayah barat sangat sesuai untuk mengembangkan perikanan.
Sementara wilayah Bali utara yang dikuasai oleh kemahakuasaan Dewa Wisnu sebagai lambang dari kemakmuran/kesejahteraan dan sangat sesuai untuk mengembangkan hasil pertanian dan kebutuhan hidup, seperti padi, sayur mayur dan berbagai jenis bumbu dapur.
Sementara untuk Bali bagian tengah dikuasai oleh kekuatan Dewa Siwa. Di wilayah yang sarat dengan pengembangan wisata sejarah, warisan budaya dan seni ini memberikan nuansa berbeda bagi wisatawan yang datang.
"Oleh karena itu, wilayah Bali bagian tengah yang kita ketahui adalah berkedudukan di Kabupaten Gianyar akan menyiapkan sejumlah daerah wisata yang memiliki daya tarik alam hijau dan natural, menawarkan kerajinan seni hasil dari kreativitas tangan masyarakat lokalnya," ujar Ketua PHRI Bali itu.
Baca juga: "Bike To Care 2022" bersepeda 500 km kelilingi Bali
Untuk pariwisata Bali yang datang dan masuk dari pintu selatan atau Kabupaten Badung, maka secara niskala (spiritual) adalah letaknya Dewa Brahma (dewa penguasa api).
"Kita posisikan bahwa pariwisata yang berkembang di Bali selatan sebagai penopang atau penghasil rupiah yang menyerap devisa untuk pembangunan Bali secara keseluruhan. Jadi, jangan semua wilayah di Bali kita kembangkan dengan konsep pariwisata yang sama," ucapnya.
Dalam acara tersebut juga diisi dengan bedah buku Padma Bhuwana yang ditulis Wagub Bali, yang juga merupakan guru besar di ISI Denpasar itu.
Di akhir acara, Cok Ace bersama Koordinator Staf Khusus Presiden Anak Agung Ari Dwipayana, Kepala Ombudsman RI Perwakilan Bali Umar Ibnu Alkhatab juga melakukan penanaman bibit bunga cempaka dan kenanga di halaman kampus Universitas Hindu Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Jadi bukan semata-mata meng-copy paste pengembangan pariwisata yang sudah ada di Bali selatan," kata Wagub Bali dalam acara Widya Sancaya 1 Tahun 2022 di Universitas Hindu Indonesia, Denpasar, Sabtu.
Dia mengungkapkan, mengacu pada lontar Padmabhuwana, dinyatakan bahwa Mpu Kuturan, sekitar abad 11, menyebut Bali sebagai Padmabhuwana. Danghyang Nirartha pada abad 15 juga menyatakan hal yang sama.
"Artinya, Bali telah digambarkan sebagai satu kesatuan ruang yang dijaga oleh kemahakuasaan Dewata Nawasanga (para dewa di sembilan arah mata angin), dengan atribut, karakter dan fungsi masing-masing," ujar pria yang biasa disapa Cok Ace itu.
Baca juga: Menparekraf bahas pengembangan Pantai Melasti Bali
Sesuai dengan konsep Dewata Nawasanga, Cok Ace mencontohkan di wilayah Bali timur, sesuai dengan Asta Dewatanya Dewa Iswara, maka yang cocok pengembangan wisata spiritual atau yang bersifat keagamaan.
Untuk wilayah Bali barat yang dikuasai oleh kemahakuasaan Dewa Baruna dan secara etimologis letak wilayah barat sangat sesuai untuk mengembangkan perikanan.
Sementara wilayah Bali utara yang dikuasai oleh kemahakuasaan Dewa Wisnu sebagai lambang dari kemakmuran/kesejahteraan dan sangat sesuai untuk mengembangkan hasil pertanian dan kebutuhan hidup, seperti padi, sayur mayur dan berbagai jenis bumbu dapur.
Sementara untuk Bali bagian tengah dikuasai oleh kekuatan Dewa Siwa. Di wilayah yang sarat dengan pengembangan wisata sejarah, warisan budaya dan seni ini memberikan nuansa berbeda bagi wisatawan yang datang.
"Oleh karena itu, wilayah Bali bagian tengah yang kita ketahui adalah berkedudukan di Kabupaten Gianyar akan menyiapkan sejumlah daerah wisata yang memiliki daya tarik alam hijau dan natural, menawarkan kerajinan seni hasil dari kreativitas tangan masyarakat lokalnya," ujar Ketua PHRI Bali itu.
Baca juga: "Bike To Care 2022" bersepeda 500 km kelilingi Bali
Untuk pariwisata Bali yang datang dan masuk dari pintu selatan atau Kabupaten Badung, maka secara niskala (spiritual) adalah letaknya Dewa Brahma (dewa penguasa api).
"Kita posisikan bahwa pariwisata yang berkembang di Bali selatan sebagai penopang atau penghasil rupiah yang menyerap devisa untuk pembangunan Bali secara keseluruhan. Jadi, jangan semua wilayah di Bali kita kembangkan dengan konsep pariwisata yang sama," ucapnya.
Dalam acara tersebut juga diisi dengan bedah buku Padma Bhuwana yang ditulis Wagub Bali, yang juga merupakan guru besar di ISI Denpasar itu.
Di akhir acara, Cok Ace bersama Koordinator Staf Khusus Presiden Anak Agung Ari Dwipayana, Kepala Ombudsman RI Perwakilan Bali Umar Ibnu Alkhatab juga melakukan penanaman bibit bunga cempaka dan kenanga di halaman kampus Universitas Hindu Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022