Denpasar (Antara Bali) - Yayasan Abdi Bumi, sebuah LSM pemerhati lingkungan di Bali mendesak pemerintah dapat mengatur pengelolaan air di Pulau Dewata lebih progresif.
Ketua Yayasan Abdi Bumi I Made Iwan Dewantama, di Denpasar, Senin, memandang pentingnya langkah progresif karena berdasarkan berbagai penelitian sudah menunjukkan tanda-tanda Bali mengalami kekurangan air.
Ia menyampaikan, dari hasil surveinya dengan sampel 70 subak yang tersebar di semua kabupaten/kota di Bali, sekitar 70 persennya sudah mengalami krisis air.
"Survei tersebut kami lakukan pada Juli 2012 serangkaian penyusunan peta kerentanan pangan Bali," ujarnya sambil menyebut penelitian itu merupakan kerja sama antara JICA (lembaga donor Jepang) dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bali.
Iwan menyampaikan, dari penelitian itu didapatkan hasil bahwa krisis air tidak hanya terjadi pada kawasan subak yang jauh dari sumber air, di dekat mata air pun petani cukup sulit untuk memenuhi kebutuhan irigasi
Dicontohkan seperti yang dijumpai pada Subak Kulub di kawasan Tampak Siring, Gianyar."Walaupun posisinya berada di dekat Pura Mengening yang merupakan sumber mata air, petani harus menunggu untuk mendapatkan air, ataupun membagi air dengan sangat minim," ujarnya.
Pemerintah, harap dia, harus mengambil tindakan konkret untuk menyelamatkan air. Tidak bisa penyelamatan air secara parsial berdasarkan batas-batas administrasi.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
Ketua Yayasan Abdi Bumi I Made Iwan Dewantama, di Denpasar, Senin, memandang pentingnya langkah progresif karena berdasarkan berbagai penelitian sudah menunjukkan tanda-tanda Bali mengalami kekurangan air.
Ia menyampaikan, dari hasil surveinya dengan sampel 70 subak yang tersebar di semua kabupaten/kota di Bali, sekitar 70 persennya sudah mengalami krisis air.
"Survei tersebut kami lakukan pada Juli 2012 serangkaian penyusunan peta kerentanan pangan Bali," ujarnya sambil menyebut penelitian itu merupakan kerja sama antara JICA (lembaga donor Jepang) dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bali.
Iwan menyampaikan, dari penelitian itu didapatkan hasil bahwa krisis air tidak hanya terjadi pada kawasan subak yang jauh dari sumber air, di dekat mata air pun petani cukup sulit untuk memenuhi kebutuhan irigasi
Dicontohkan seperti yang dijumpai pada Subak Kulub di kawasan Tampak Siring, Gianyar."Walaupun posisinya berada di dekat Pura Mengening yang merupakan sumber mata air, petani harus menunggu untuk mendapatkan air, ataupun membagi air dengan sangat minim," ujarnya.
Pemerintah, harap dia, harus mengambil tindakan konkret untuk menyelamatkan air. Tidak bisa penyelamatan air secara parsial berdasarkan batas-batas administrasi.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012