Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas membuka secara resmi Seminar Nasional Sastra Saraswati Sewana 2022 yang diselenggarakan Yayasan Puri Kauhan Ubud di Museum Gunung Agung Batur, Bali, Rabu.

Berdasarkan siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu, seminar yang bertajuk Toya Uriping Bhuwana, Usadhaning Sangaskara (Air Sumber Kehidupan, Penyembuh Peradaban) ini membedah kajian akademik menuju rencana aksi pemuliaan air.

Kajian akademik itu dihasilkan dalam focus group discussion di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, STAHN Mpu Kuturan, Singaraja, UNHI Denpasar, dan Komunitas Lingkar Studi Batur.

Baca juga: Puri Kauhan Ubud Bali dan tiga universitas seminarkan pemuliaan air

Dalam sambutannya yang disampaikan secara virtual, Menteri Agama mengapresiasi seminar yang bertujuan untuk memacu aksi-aksi pemuliaan air ini.

Menurut Menteri Agama, tema ini sangat relevan di tengah banyaknya bencana kerusakan lingkungan.

Upaya-upaya pelestarian, pembersihan, dan penyucian air, kata dia, akan menyembuhkan peradaban dari penyakit, bencana, dan perilaku manusia yang tidak baik.

"Air yang bersih dan suci menjadi simbol keharmonisan alam atau jagat kerti," kata Menag.

Baca juga: Puri Kauhan Ubud bangkitkan kesadaran konservasi air dengan SSS II

Sementara itu, Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud A.A.G.N. Ari Dwipayana menyampaikan adanya tiga ranah penting dalam pemuliaan air, yang disebutnya sebagai Trisemaya Pemuliaan Air.

Pertama, yaitu ranah kebijakan dan implementasi kebijakan. Kedua, di lingkup komunitas di mana perlindungan dan pelestarian air harus melibatkan akar rumput, desa adat, subak, dadia, banjar. Ketiga, ranah edukasi untuk membangun kesadaran.

Ari menekankan pentingnya pemuliaan air sebagai transfer values dan transfer local wisdom melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan di keluarga dan komunitas.

Ari mengajak semua pihak untuk menjadikan kegiatan seminar sebagai pembuka jalan bagi bangkitnya gerakan kesadaran melalui penataan ekosistem secara holistik, terintegrasi yang dipusatkan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Oos.

Harapannya, kata dia, upaya ini dapat menjadi role model penataan ekosistem sungai berbasis kearifan lokal dan budaya Bali. Penataan yang menempatkan Segara-Wukir, laut dan gunung sebagai kesatuan yang tak terpisahkan.

Baca juga: Yayasan Puri Kauhan Ubud dorong kreativitas masyarakat dalam bersastra Bali

Pada kesempatan itu, Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Artha mengajak semua pihak untuk terus-menerus mencari dan menemukan jalan keluar dari labirin ketidakharmonisan relasi manusia dengan lingkungan, termasuk untuk mengatasi persoalan ketersediaan air bersih di Bali.

Dane Jero Gede Batur Duhuran selaku pembicara kunci pada seminar itu mengajak masyarakat untuk memberikan perhatian pada Danau Batur sebagai sumber air terbesar di Bali.

Ia mengingatkan kembali pentingnya mengimplementasikan nilai-nilai budaya luhur, yang diwariskan untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan alam melalui cerita rakyat, mitos, serta catatan tekstual dan praktik ritual.
 

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022