PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berhasil menutup tahun 2021 dengan mencetak laba Rp32,22 triliun atau tumbuh signifikan sebesar 75,53 persen jika dibandingkan tahun 2020 yang hanya senilai Rp18,65 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pencapaian laba bersih ditopang oleh kinerja kredit dan dana pihak ketiga (DPK) yang positif disertai penurunan biaya bunga, di saat bersamaan perseroan juga mampu mengelola portofolio mix serta kualitas aset, sehingga dapat meningkatkan imbal hasil atau yield daripada aset.
"Raihan laba ini membuktikan bahwa perseroan dapat terus menciptakan nilai ekonomi kepada seluruh pemangku kebijakan di tengah kondisi yang sangat menantang saat ini," kata Sunarso dalam Konferensi Pers Laporan Kinerja Keuangan Triwulan IV Tahun 2021 di Jakarta, Kamis.
Hingga akhir Desember 2021, kredit yang disalurkan oleh BRI (secara bank only) tumbuh 7,16 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year on year/yoy), lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan kredit secara perbankan nasional yakni 5,24 persen.
Baca juga: BRI perkuat digitalisasi untuk jadi "Most Valuable Banking 2025"
"Seluruh segmen nasabah di BRI itu kreditnya tumbuh secara positif, terutama drivernya ada di kredit segmen mikro," tegasnya.
Dari sisi manajemen risiko, BRI berhasil menjaga kualitas kredit yang disalurkan, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang terjaga di level 3,08 persen dengan NPL Coverage yang sangat memadai, yaitu sebesar 278,14 persen.
Sunarso menambahkan, kualitas kredit yang baik saat ini juga diiringi restrukturisasi kredit yang sudah menunjukkan kecenderungan untuk terus melandai hingga akhir tahun 2021, yakni mencapai Rp156,93 triliun.
Angka tersebut menurun dari restrukturisasi kredit BRI selama pandemi yang sempat mencapai Rp245,22 triliun.
BRI juga berhasil mencatat kinerja positif dalam menghimpun DPK sehingga berhasil tumbuh 7,14 persen (yoy), dengan dana murah (CASA) meningkat sebesar 11,18 persen (yoy).
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pencapaian laba bersih ditopang oleh kinerja kredit dan dana pihak ketiga (DPK) yang positif disertai penurunan biaya bunga, di saat bersamaan perseroan juga mampu mengelola portofolio mix serta kualitas aset, sehingga dapat meningkatkan imbal hasil atau yield daripada aset.
"Raihan laba ini membuktikan bahwa perseroan dapat terus menciptakan nilai ekonomi kepada seluruh pemangku kebijakan di tengah kondisi yang sangat menantang saat ini," kata Sunarso dalam Konferensi Pers Laporan Kinerja Keuangan Triwulan IV Tahun 2021 di Jakarta, Kamis.
Hingga akhir Desember 2021, kredit yang disalurkan oleh BRI (secara bank only) tumbuh 7,16 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year on year/yoy), lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan kredit secara perbankan nasional yakni 5,24 persen.
Baca juga: BRI perkuat digitalisasi untuk jadi "Most Valuable Banking 2025"
"Seluruh segmen nasabah di BRI itu kreditnya tumbuh secara positif, terutama drivernya ada di kredit segmen mikro," tegasnya.
Dari sisi manajemen risiko, BRI berhasil menjaga kualitas kredit yang disalurkan, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang terjaga di level 3,08 persen dengan NPL Coverage yang sangat memadai, yaitu sebesar 278,14 persen.
Sunarso menambahkan, kualitas kredit yang baik saat ini juga diiringi restrukturisasi kredit yang sudah menunjukkan kecenderungan untuk terus melandai hingga akhir tahun 2021, yakni mencapai Rp156,93 triliun.
Angka tersebut menurun dari restrukturisasi kredit BRI selama pandemi yang sempat mencapai Rp245,22 triliun.
BRI juga berhasil mencatat kinerja positif dalam menghimpun DPK sehingga berhasil tumbuh 7,14 persen (yoy), dengan dana murah (CASA) meningkat sebesar 11,18 persen (yoy).
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022