Oleh I Ketut Sutika

Sosok pria berpenampilan sederhana itu dari wajahnya terpancar ketulusan yang memiliki telenta seni cukup tinggi, meskipun dalam kesehariannya lebih mengutamakan kegiatan sosial kemasyarakatan.

I Gusti Agung Ngurah Kresna Kepakisan (65), pria kelahiran perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, 11 November 1947 itu sejak kecil sudah menyenangi seni lukis.

Hidup dalam alam pedesaan yang masyarakat sekitarnya menggeluti aktivitas seni itu menjadikan dirinya akrab menggambar berbagai jenis objek, antara lain  wayang dengan tokoh Bima dan Anoman secara otodidak.

Prestasinya cukup menonjol dalam bidang seni hingga sekarang mengantarkan  ayah tiga putra putri itu sukses menggelar berbagai pameran, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional.

Pria sederhana itu mengawali aktivitas seni di atas kanvas tahun 1970-an, saat itu semua material diusahakan sendiri, karena  sulit mendapatkan kanvas, kuas maupun cat warna.

Dengan demikian kuas untuk melukis dibuatnya sendiri dari bambu, seiring dengan perkembangan, secara perlahan kebutuhan material dapat dipenuhi secara bertahap sehingga mampu menghasilkan karya-karya yang unik dan menarik.

Agung Kepakisan menjual karya lukis yang dihasilkan kepada wisatawan yang berliburan ke perkampungan seniman Ubud. Daerah itu dulunya hanyalah sebuah kerajaan kecil, dikitari sawah menghijau, air mengalir jernih di sungai, pesona desa yang indah.

Tuhan mentakdirkan kawasan itu sebagai tempat yang penuh kegemilangan, alamnya menyimpan kekuatan gaib serta memiliki "benang merah" terhadap perkembangan agama Hindu di Pulau Dewata.

Ubud dalam perkembangannya kini menjadi "satu titik desa dunia", tempat manusia-manusia dari berbagai ras di belahan dunia bertemu, merengguk keindahan dan tradisi yang hingga kini tetap lestari.

Ayah dari I Gusti Agung Agus Saputra itulah di tengah perkembangan Ubud yang pesat menekuni aktivitas sebagai seniman lukis dengan hasil karya yang unik dan menarik.

Hasil karyanyapun mulai diikut sertakan dalam pameran  di sejumlah hotel di kawasan Ubud, Museum dan beberapa kali pameran di tingkat nasional di Jakarta.      Kesenangannya terhadap seni kanvas terus diasah dengan sering bermain ke museum yang ada di kawasan tersebut.

Berkat kemauannya untuk belajar secara otodidak,  Ngurah Kresna Kepakisan akhirnya  memiliki keahlian dalam bidang seni lukis, bukan semata-mata untuk kepentingan  ekonomi untuk diperjual-belikan.

Dengan keahlian memainkan kuas dapat meningkatkan hubungan kekerabatan dalam pergaulan sosial kemasyarakatan di lingkungan tempatnya bermukim, terutama membuat karya-karya seni yang berkaitan dengan kegiatan ritual.

Penghargaan tertinggi

Sosok Agung Ngurah Kresna Kepakisan, beberapa karyanya pernah diikutsertakan dalam pameran lukisan di luar negeri antara lain ke Italia, Jerman, Belanda dan Australia.

Dari karya kanvas yang dipamerkan ke mancanegara itu mendapat  penghargaan di tingkat internasional. Keahlian dalam bidang seni lukis itu kini diwariskan kepada putra-putranya, bahkan menekuni dunia seni lukis secara sungguh-sungguh.

Berkat prestasi, dedikasi dan pengabdian dalam mengembangkan dan melestarikan seni budaya Bali, khususnya seni lukis, Ia mendapat anugrah Seni Dharma Kusuma, penghargaan tertinggi dalam bidang seni dari Pemerintah Propinsi Bali.

Kresna Kepakisan merupakan salah seorang dari 14 seniman Bal yang mempunyai prestasi gemilang dalam bidang seni yang pernah mengalami masa kejayaan memperoleh penghargaan bertepatan dengan puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-54 Pemprov Bali, 14 Agustus 2012.

Penghargaan berupa satya lencana emas sebesar 20 gram dan yang tunai sebesar Rp8 juta itu diserahkan Wakil Gubernur Bali. Drs Anak Agung Ngurah Puspayoga.

Kepala Seksi  Perfilman dan Perizinan pada Dinas Kebudayaan Provinsi Bali,  I  Wayan Dauh menjelaskan,  ke-14 seniman sebelumnya dinyatakan lolos seleksi oleh satu tim, beranggotakan  instansi terkait.

Ke-14 seniman itu dinilai berjasa dalam menggali, mengembangkan dan melestarikan seni budaya Bali hingga tetap kokoh dan eksis di tengah impitan budaya global hingga sekarang.

Penghargaan tertinggi dalam bidang seni itu diharapkan mampu menumbuhkan daya kreativitas masyarakat, khususnya budayawan dan seniman untuk lebih memacu prestasi dalam bidang seni, yang pada gilirannya berdampak positif terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat, harap Wayan Dauh.(LHS)   

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012