Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Made Mangku Pastika mengatakan pengelolaan program Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) secara tepat dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani di Provinsi Bali.
"Selain indukan sapi yang tiap tahun bisa beranak, petani juga dapat memperoleh tambahan pendapatan dari pengolahan kotoran dan urine sapi," kata Pastika di Denpasar, Rabu.
Program Simantri atau yang kini disebut dengan program Sistem Pertanian Terpadu (Sipadu), merupakan salah satu program unggulan Mangku Pastika ketika menjabat sebagai Gubernur Bali periode 2008-2018.
Selama memimpin Bali dua periode, ada 800 kelompok Simantri yang telah terbentuk di berbagai kabupaten/kota di Pulau Dewata.
Baca juga: Anggota DPD RI ajak warga Jatiluwih cintai pertanian
Setiap gabungan kelompok tani (gapoktan) penerima program Simantri mendapatkan bantuan dari Pemprov Bali untuk pembelian 20 ekor sapi, lengkap dengan unit pengolahan kotoran ternak, urine sapi dan biogas.
Untuk melihat langsung perkembangan Simantri, Pastika sebelumnya telah mengunjungi salah satu unit Simantri di Kelurahan Lukluk, Kabupaten Badung dan pada Selasa (4/1) juga mengunjungi Simantri 548 di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan.
"Satu induk sapi setiap hari menghasilkan urine rata-rata lima liter. Selain itu, juga ada tambahan penghasilan pupuk organik dari pengolahan kotoran sapi," ucap anggota Komite 2 DPD RI itu.
Berdasarkan informasi dari sejumlah petani, hingga saat ini Bali juga masih "mengimpor" kotoran ayam dan ternak dari Pulau Jawa karena jumlah yang tersedia belum mencukupi.
Terlebih, kata Pastika, jika dapat terbentuk lebih dari 1.000 unit, sekian persen dari kebutuhan pupuk organik bisa terpenuhi dan lama-lama Bali bisa menjadi Pulau Organik.
"Cita-cita besarnya ya ingin mewujudkan Bali sebagai Pulau Organik dan Pulau yang Sehat. Tidak banyak yang bisa seperti itu," ujarnya.
Baca juga: Anggota DPD ajak tokoh pariwisata Bali tetap optimistis
Oleh karena itu, Mangku Pastika meminta gapoktan penerima program Simantri agar tetap intensif mengembangkan ternak sapinya, sehingga bisa menambah pendapatan petani. "Ini sudah sangat bagus, yang penting konsisten merawat agar sapi-sapi ini terus berkembang biak," ucapnya.
Ia akan rutin melihat perkembangan unit Simantri, sehingga ketika dijumpai permasalahan di lapangan bisa segera dicarikan solusi dan dibahas dengan pemerintah daerah ataupun dengan Kementerian Pertanian.
Sementara itu, Ketua Gapoktan Simantri 548 Nyoman Oka didampingi sejumlah anggota kelompok mengatakan rata-rata setiap tahun lahir satu anak dari induk betina, kecuali ada beberapa sapi yang mandul.
Saat ini, ada puluhan sapi yang dipelihara Gapoktan Simantri 548 yang telah terbentuk pada tahun 2016.
"Kami dalam pemeliharaan tidak ada masalah. Namun, pengolahan kotoran ternak masih konvensional, sehingga hasilnya belum maksimal. Kotoran sapi semua termanfaatkan dengan baik," ujar Nyoman Oka.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Selain indukan sapi yang tiap tahun bisa beranak, petani juga dapat memperoleh tambahan pendapatan dari pengolahan kotoran dan urine sapi," kata Pastika di Denpasar, Rabu.
Program Simantri atau yang kini disebut dengan program Sistem Pertanian Terpadu (Sipadu), merupakan salah satu program unggulan Mangku Pastika ketika menjabat sebagai Gubernur Bali periode 2008-2018.
Selama memimpin Bali dua periode, ada 800 kelompok Simantri yang telah terbentuk di berbagai kabupaten/kota di Pulau Dewata.
Baca juga: Anggota DPD RI ajak warga Jatiluwih cintai pertanian
Setiap gabungan kelompok tani (gapoktan) penerima program Simantri mendapatkan bantuan dari Pemprov Bali untuk pembelian 20 ekor sapi, lengkap dengan unit pengolahan kotoran ternak, urine sapi dan biogas.
Untuk melihat langsung perkembangan Simantri, Pastika sebelumnya telah mengunjungi salah satu unit Simantri di Kelurahan Lukluk, Kabupaten Badung dan pada Selasa (4/1) juga mengunjungi Simantri 548 di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan.
"Satu induk sapi setiap hari menghasilkan urine rata-rata lima liter. Selain itu, juga ada tambahan penghasilan pupuk organik dari pengolahan kotoran sapi," ucap anggota Komite 2 DPD RI itu.
Berdasarkan informasi dari sejumlah petani, hingga saat ini Bali juga masih "mengimpor" kotoran ayam dan ternak dari Pulau Jawa karena jumlah yang tersedia belum mencukupi.
Terlebih, kata Pastika, jika dapat terbentuk lebih dari 1.000 unit, sekian persen dari kebutuhan pupuk organik bisa terpenuhi dan lama-lama Bali bisa menjadi Pulau Organik.
"Cita-cita besarnya ya ingin mewujudkan Bali sebagai Pulau Organik dan Pulau yang Sehat. Tidak banyak yang bisa seperti itu," ujarnya.
Baca juga: Anggota DPD ajak tokoh pariwisata Bali tetap optimistis
Oleh karena itu, Mangku Pastika meminta gapoktan penerima program Simantri agar tetap intensif mengembangkan ternak sapinya, sehingga bisa menambah pendapatan petani. "Ini sudah sangat bagus, yang penting konsisten merawat agar sapi-sapi ini terus berkembang biak," ucapnya.
Ia akan rutin melihat perkembangan unit Simantri, sehingga ketika dijumpai permasalahan di lapangan bisa segera dicarikan solusi dan dibahas dengan pemerintah daerah ataupun dengan Kementerian Pertanian.
Sementara itu, Ketua Gapoktan Simantri 548 Nyoman Oka didampingi sejumlah anggota kelompok mengatakan rata-rata setiap tahun lahir satu anak dari induk betina, kecuali ada beberapa sapi yang mandul.
Saat ini, ada puluhan sapi yang dipelihara Gapoktan Simantri 548 yang telah terbentuk pada tahun 2016.
"Kami dalam pemeliharaan tidak ada masalah. Namun, pengolahan kotoran ternak masih konvensional, sehingga hasilnya belum maksimal. Kotoran sapi semua termanfaatkan dengan baik," ujar Nyoman Oka.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022