Oleh I Ketut Sutika

Kesehariannya cukup sederhana dan terkesan pendiam, namun pembawaan itu akan berubah, jika tampil di atas pangung, menabuh mengiringi olah gerak tari yang lincah.

Putu Geria (67), pria kelahiran Banjar Segah, Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, sebelum dinobatkan sebagai Jero Mangku, pemimpin upacara umat Hindu itu, dikenal sebagai seniman serba bisa, baik tabuh maupun tari.

Meskipun hanya mengenyam pendidikan formal setingkat sekolah dasar (SD), namun kemampuannya dalam bidang pengembangan seni budaya sangat mantap.

Suami dari Ni Made Suparti itu tercatat pernah melatih  puluhan sekaa (grup) kesenian tradisional Bali maupun sekaa gong di sejumlah banjar dan desa di Kecamatan Rendang,  Kabupaten Karangasem dan sekitarnya.

Pria yang cukup piawai memainkan semua alat musik tradisional Bali itu   dengan senang hati melatih  sekaa gong yang telah dilakoninya hampir setengah abad.

Sukses melatih sekaa gong dalam satu banjar, dilanjutkan ke banjar lainnya dan beberapa sekaa  antri menunggu giliran, sehingga jadwalnya untuk memberikan latihan untuk mencetak kader penerus seni budaya Bali itu cukup padat.

"Masuk banjar ke luar banjar pada malam hari untuk melatih sekaa gong, hasilnya hanya bisa dinilai dengan kepuasan oleh dirinya sendiri," tutur ayah dari  dua putra itu di Denpasar, akhir pekan lalu.

Kedua putranya itu terdiri atas I Putu Jati dan I Wayan Susandiyasa juga mewarisi keahlian dalam bidang tabuh dan tari Bali.

Pria yang tampak sehat bugar dalam usia  senja itu, selain melatih juga aktif sebagai penabuh  gamelan untuk kepentingan berbagai kegiatan, termasuk  kelengkapan kegiatan ritual.

Namun sejak dinobatkan menjadi Jero Mangku, keahlian yang dimilikinya itu hampir tidak pernah lagi dipraktekkan, kecuali hanya memberikan pembinaan dan latihan seni tabuh maupun seni tari.

Pria yang cukup enerjik dan senang bermasyarakat itu berawal dari tahun 1958, ketika berusia 13 tahun ikut menjadi anggota sekaa angklung di desa tempat kelahirannya.

Pembina

Putu Geria yang mempunyai banyak pengalaman dalam bidang tabuh, kemudian  bergabung dengan sekaa gong kebyar, sekaligus menjadi pembina sekaa tersebut hingga akhirnya meraih juara pertama tingkat Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangsem.

Selain itu juga belajar sebagai dalang wayang kulit, hingga akhirnya sering pentas untuk menghibur masyarakat, sekaligus untuk kelengkapan kegiatan ritual.

Sosok  Jero Mangku Putu Geria juga memiliki keterampilan membuat bade, kerangka pengusungan jenazah untuk keperluan upacara ngaben, membuat banten,  sarana keperluan kegiatan ritual berskala besar.

Darah seni Jero Mangku Putu Geria kini  mengalir  kepada putra-putranya  dan puluhan kader yang berhasil dicetak sebagai generasi penerus seni budaya Bali.

Semua itu berkat kesenangannya sejak kecil terhadap tabuh dan tari Bali. Teknik tabuh dan tari Bali yang dipelajarinya dapat dikuasasinya dengan baik.

Hal itu menjadi modal baginya dalam membina dan melatih sekaa-sekaa gong dan kesenian di sejumlah desa di Kabupaten Karangasem.

Berkat kesungguhan dan keseriusan itu mampu mengantarkan dirinya sebagai sosok seorang seniman yang tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan seni kerawitan Bali umumnya.

Berkat prestasi, dedikasi dan pengabdian dalam mengembangkan dan melestarikan seni budaya Bali, khususnya di Kabupaten Karangasem, sosok Jero Mangku Putu Geria masuk nominasi penerima Dharma Kusuma, penghargaan tertinggi dalam bidang seni dari Pemerintah Provinsi Bali, tutur Kepala Seksi  Perfilman dan Perizinan pada Dinas Kebudayaan Provinsi Bali  I  Wayan Dauh.

Pemerintah Provinsi Bali membentuk satu tim untuk menyeleksi 24 seniman yang diusulkan Pemkab dan Pemkot di daerah ini untuk mendapat Dharma Kusuma terkait HUT ke-54 Pemprov Bali yang jatuh 14 Agustus 2012.

Tim beranggotakan dari instansi terkait antara lain Listibia, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Dinas Pendidikan, Biro Kesra dan Dinas Kebudayaan melakukan penilaian menyangkut berbagai aspek tentang jasa dan pengabdian dalam mengembangkan dan melestarikan seni budaya Bali.

Tim melakukan seleksi secara ketat terhadap 24 seniman yang diusulkan oleh ke delapan kabupaten dan satu kota di Bali, dan 12 orang diantaranya, termasuk Jero Mangku Geriaakan  menerima penghargaan tertinggi dalam bidang seni itu, tutur Wayan Dauh.

Penghargaan dalam bidang seni yang diberikan secara berkesinambungan setiap tahun kepada mereka yang berhak menerimanya, sebagai wujud pengakuan atas jasa, prestasi dan  karya seni.

Upaya itu merupakan salah satu bentuk pembinaan, pengembangan dan  pelestarian nilai-nilai budaya Bali, sehingga tetap kokoh dan eksis, sekaligus mampu menumbuhkan daya kreativitas masyarakat untuk lebih memacu prestasi dalam bidang seni, ujar Wayan Dauh.(LHS/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012