Cirebon (Antara Bali) - Memasuki pekan ketiga bulan Ramadhan permintaan batik tulis khas Cirebon yakni motif mega mendung terus meningkat, sejumlah perajin mengaku kesulitan memenuhi pesanan batik tersebut.
"Kreasi seni batik tulis khas Cirebon dengan motif mega mendung, semakin diminati konsumen, meski harganya cukup tinggi dibandingkan batik cap. Bagi konsumen harga tidak jadi masalah yang penting kualitasnya. Kini perajin sulit penuhi pesanan mereka," kata Mur perajin batik di Trusmi, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis.
Ia mengatakan, biasanya pesanan batik tulis khas Cirebon dalam satu pekan hanya sekitar 20 bahan busana, kini bisa mencapai 70 kain batik. Sementara pembuatan batik tulis membutuhkan waktu antara tiga pekan hingga satu bulan, sebelumnya perajin sudah memiliki persediaan.
Mur menuturkan, sebelumnya penjualan batik tulis khas Cirebon mengalami kesulitan, selain kurang diperhatikan konsumen, minat menggunakan busana batik masih renda. Namun sekitar lima tahun terakhir kebutuhan batik semakin tinggi, mulai menyediakan untuk seragam sekolah hingga motif lainnya.
Perkembangan usaha batik, kata Mur, cukup menjanjikan karena permintaan dari konsumen setiap liburan dan Idul Fitri terus meningkat, hanya butuh kreasi perajin untuk mempertahankan kualitas dan corak batik supaya tetap diminati pelanggan.
Daryanto pedagang batik setempat mengaku, penjualan batik tulis khas Cirebon jelang Idul Fitri meningkat dibandingkan hari biasanya, sehingga kesulitan memenuhi pesanan karena pembuatan batik tulis beda dengan batik cap, di mana memerlukan waktu lebih lama.(IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Kreasi seni batik tulis khas Cirebon dengan motif mega mendung, semakin diminati konsumen, meski harganya cukup tinggi dibandingkan batik cap. Bagi konsumen harga tidak jadi masalah yang penting kualitasnya. Kini perajin sulit penuhi pesanan mereka," kata Mur perajin batik di Trusmi, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis.
Ia mengatakan, biasanya pesanan batik tulis khas Cirebon dalam satu pekan hanya sekitar 20 bahan busana, kini bisa mencapai 70 kain batik. Sementara pembuatan batik tulis membutuhkan waktu antara tiga pekan hingga satu bulan, sebelumnya perajin sudah memiliki persediaan.
Mur menuturkan, sebelumnya penjualan batik tulis khas Cirebon mengalami kesulitan, selain kurang diperhatikan konsumen, minat menggunakan busana batik masih renda. Namun sekitar lima tahun terakhir kebutuhan batik semakin tinggi, mulai menyediakan untuk seragam sekolah hingga motif lainnya.
Perkembangan usaha batik, kata Mur, cukup menjanjikan karena permintaan dari konsumen setiap liburan dan Idul Fitri terus meningkat, hanya butuh kreasi perajin untuk mempertahankan kualitas dan corak batik supaya tetap diminati pelanggan.
Daryanto pedagang batik setempat mengaku, penjualan batik tulis khas Cirebon jelang Idul Fitri meningkat dibandingkan hari biasanya, sehingga kesulitan memenuhi pesanan karena pembuatan batik tulis beda dengan batik cap, di mana memerlukan waktu lebih lama.(IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012