Denpasar (Antara Bali) - Usaha pembuatan tahu tempe di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, Balli, menampung sekitar 1.000-1.500 orang tenaga kerja, separuhnya untuk proses produksi.
"Separuhnya lagi untuk pemasaran dari tingkat pabrik sampai di pasar-pasar tradisional. Jika penyaluran tahu dan tempe sampai di konsumen bisa menampung pekerja dua kali lipat itu," kata Ketua Koperasi Pengusaha Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, Bali, Haji Sutrisno di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan setiap dua ton bahan baku kedelai menyerap 100 tenaga kerja untuk proses produksi hingga pemasaran sampai di tingkat penyalur, baik di pasar maupun ke warung-warung.
KOPTI Kota Denpasar beranggotakan 200 pengusaha tahu tempe dan memanfaatkan bahan baku kedelai sekitar 20 ton per hari, atau sekitar 600 ton per bulan.
Haji Sutrisno menambahkan dengan demikian Bali sedikitnya membutuhkan 7.200 ton kedelai setiap tahunnya, selama ini sangat tergantung dari produksi impor.
Pihaknya menangani pengadaan bahan baku kedelai itu sekitar 100-150 ton setiap bulan dengan mendatangkan kedelai itu dari Surabaya, Jawa Timur. Selebihnya ditangani oleh distributor yang siap memenuhi kebutuhan mereka.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Separuhnya lagi untuk pemasaran dari tingkat pabrik sampai di pasar-pasar tradisional. Jika penyaluran tahu dan tempe sampai di konsumen bisa menampung pekerja dua kali lipat itu," kata Ketua Koperasi Pengusaha Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, Bali, Haji Sutrisno di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan setiap dua ton bahan baku kedelai menyerap 100 tenaga kerja untuk proses produksi hingga pemasaran sampai di tingkat penyalur, baik di pasar maupun ke warung-warung.
KOPTI Kota Denpasar beranggotakan 200 pengusaha tahu tempe dan memanfaatkan bahan baku kedelai sekitar 20 ton per hari, atau sekitar 600 ton per bulan.
Haji Sutrisno menambahkan dengan demikian Bali sedikitnya membutuhkan 7.200 ton kedelai setiap tahunnya, selama ini sangat tergantung dari produksi impor.
Pihaknya menangani pengadaan bahan baku kedelai itu sekitar 100-150 ton setiap bulan dengan mendatangkan kedelai itu dari Surabaya, Jawa Timur. Selebihnya ditangani oleh distributor yang siap memenuhi kebutuhan mereka.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012