Jakarta (Antara Bali) - Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan meminta obat hepatitis dapat diproduksi seluruhnya di dalam negeri sehingga dapat menekan biaya mengingat biaya berobat penderita hepatitis saat ini yang masih cukup mahal.
"Kita harus produksi sendiri, mumpung saya jadi Menteri BUMN-nya. Saat ini Kimia Farma sudah mulai memproduksi dengan kerja sama dari India dengan harga yang lebih terjangkau," ujar Dahlan ketika memberikan testimoni dalam peringatan Hari Hepatitis Sedunia di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Sabtu.
Dahlan Iskan sendiri merupakan mantan penderita hepatitis dan telah mengalami transplantasi hati lima tahun yang lalu dan mengaku obat hepatitis yang dikonsumsinya menelan biaya hingga Rp800 ribu perbulannya.
Sedangkan produksi Kimia Farma disebutnya dapat menekan biaya obat itu menjadi hanya Rp146 ribu perbulannya, atau jauh lebih rendah dari sebelumnya.
Bahkan Dahlan menyebut Kimia Farma juga telah merencanakan untuk membangun rumah sakit khusus hepatitis, mengingat jumlah penderita hepatitis yang sangat banyak, diperkirakan di Asia Tenggara sendiri jumlah penderitanya mencapai 130 juta orang.
Indonesia juga merupakan negara dengan prevalensi tinggi yaitu lebih dari 8 persen untuk hepatitis B dengan tingkat endemisitas tinggi.(IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Kita harus produksi sendiri, mumpung saya jadi Menteri BUMN-nya. Saat ini Kimia Farma sudah mulai memproduksi dengan kerja sama dari India dengan harga yang lebih terjangkau," ujar Dahlan ketika memberikan testimoni dalam peringatan Hari Hepatitis Sedunia di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Sabtu.
Dahlan Iskan sendiri merupakan mantan penderita hepatitis dan telah mengalami transplantasi hati lima tahun yang lalu dan mengaku obat hepatitis yang dikonsumsinya menelan biaya hingga Rp800 ribu perbulannya.
Sedangkan produksi Kimia Farma disebutnya dapat menekan biaya obat itu menjadi hanya Rp146 ribu perbulannya, atau jauh lebih rendah dari sebelumnya.
Bahkan Dahlan menyebut Kimia Farma juga telah merencanakan untuk membangun rumah sakit khusus hepatitis, mengingat jumlah penderita hepatitis yang sangat banyak, diperkirakan di Asia Tenggara sendiri jumlah penderitanya mencapai 130 juta orang.
Indonesia juga merupakan negara dengan prevalensi tinggi yaitu lebih dari 8 persen untuk hepatitis B dengan tingkat endemisitas tinggi.(IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012