Pelaku pariwisata di Pulau Bali nampaknya saat ini dapat sedikit tersenyum dengan melandainya kasus COVID-19 di daerah setempat, karena telah memberi angin segar bagi kedatangan wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara.

Meskipun setelah Bali dibuka secara resmi mulai 14 Oktober 2021 untuk penerbangan internasional belum ada satupun wisman yang datang, namun kunjungan wisatawan Nusantara atau domestik yang sangat rindu Bali sudah bergeliat.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa menyampaikan kedatangan wisdom ke Pulau Dewata pada Oktober ini cukup fluktuatif. 

Pada 1 Oktober, wisdom yang datang tercatat 6.991 orang. Sempat turun 5.975 orang pada 2 Oktober. Selanjutnya naik lagi menjadi 7.185 pada 3 Oktober dan seterusnya.

Kemudian, pada 14 Oktober wisdom yang datang sebanyak 8.845 orang. Bahkan setelah 14 Oktober  tiga kali berturut-turut kedatangan wisdom di atas 10.000 orang. 

Masing-masing 10.254 orang pada 15 Oktober, kemudian 10.258 orang pada 16 Oktober dan 10.553 orang pada 17 Oktober. Kembali turun menjadi 7.835 orang pada 18 Oktober dan 7.661 pada 19 Oktober. 

"Jika ditotal, sejak 14 Oktober hingga 19 Oktober saja, wisatawan domestik yang masuk ke Bali sebanyak 55.406 orang," ujar Astawa.

Pihaknya sangat berharap dengan awal yang sudah baik ini, sebagai bentuk persiapan Bali untuk menerima kunjungan wisatawan mancanegara.

Mengenai ketentuan yang harus dilaksanakan petugas dalam menangani wisatawan mancanegara yang akan datang ke Pulau Dewata, Pemerintah Provinsi Bali telah menerbitkan Buku Panduan Penanganan Wisatawan Mancanegara

Di dalam buku itu, mengatur standar operasional prosedur (SOP) mulai dari kedatangan di bandara, tiba di hotel tempat menginap sementara, SOP di tempat destinasi wisata, hingga SOP di isolasi terpusat.

Di Bali, ada 55 hotel di kawasan Nusa Dua, Kuta, Sanur dan Ubud yang telah disiapkan sebagai tempat penginapan sementara bagi wisman yang baru tiba.

Satgas Penanganan COVID-19 Provinsi Bali bersama satgas gabungan TNI-Polri juga akan mengawal pengawasan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Pulau Dewata, mulai dari keluar bandara hingga sampai di hotel yang dijadikan tempat menginap sementara selama masa karantina.

Putu Astawa mengingatkan pandemi COVID-19  saat ini belum selesai, sehingga meminta para stakeholder (pemangku kepentingan) khususnya stakeholder kepariwisataan untuk selalu berhati-hati dan waspada. 

"Jangan sampai ada peningkatan atau muncul klaster baru di sektor pariwisata. Ini yang tidak ingin kita harapkan," kata Astawa.

Promosi Prokes

Sementara itu VP of Market Management Accomodation & Experience Traveloka John Safenson mengatakan dengan penurunan level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan penurunan kasus COVID-19, telah meningkatkan jumlah pemesanan hotel-hotel di Bali yang mayoritas di memilih lokasi akomodasi di Seminyak, Legian dan Ubud.

"Secara umum konsumen masih ingin melakukan perjalanan ke Bali, tetapi mereka masih memilih harga yang sesuai kantong. Oleh karena itu, kebijakan diskon dan promosi menjadi penting," ucapnya dalam diskusi secara virtual yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali itu belum lama ini.

Bahkan pihak Traveloka juga sudah mendapatkan pemesanan akomodasi pariwisata di Bali dari sejumlah wisatawan domestik hingga Maret 2022.

John Safenson juga mengingatkan agar wisatawan Nusantara yang berkunjung ke Pulau Dewata agar tetap diberikan pelayanan yang terbaik sehingga mereka ini juga menjadi corong informasi dan promosi wisata.

Sedangkan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan promosi bahwa Bali aman dikunjungi dengan penerapan standar Cleanliness (kebersihan), Health (kesehatan), Safety (keamanan), Environment (Ramah Lingkungan) yang ketat perlu lebih disebarluaskan ke konsumen.

Saat ini tercatat 1.576 tempat usaha termasuk Daerah Tujuan Wisata (DTW) telah mengantongi sertifikat CHSE. Selain itu, pelaku usaha di Pulau Dewata juga aktif menyukseskan program pemanfaatan aplikasi PeduliLindungi yang digencarkan pemerintah.

Menurut dia, banyak juga konsumen yang tidak paham mengenai CHSE ini padahal imerupakan bentuk kesiapan dan kelebihan akomodasi wisata di Bali dalam menyambut wisatawan.

Selain pentingnya penerapan protokol kesehatan, Tauhid mengharapkan supaya paket wisata yang ditawarkan agar "match" juga dengan daya beli konsumen dari kelompok menengah. "Paket-paket diskon penting juga untuk menunjang kebangkitan pariwisata Bali," katanya.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI)Provinsi Bali pun mendorong pemerintah daerah dapat menawarkan paket-paket wisata premium untuk wisatawan nusantara sebagai salah satu strategi dalam pemulihan pariwisata setempat di masa pandemi COVID-19

"Di masa pandemi dan pemulihan seperti sekarang, sebaiknya diarahkan ke wisnus dulu. Di samping Bali memang harus mendatangkan wisman," kata Deputi Kepala KPwBI Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda .

Menurut Rizki, paket wisata premium itu dapat ditujukan kepada wisatawan Nusantara yang memang kaya raya. Kalau bisa misalnya, mereka itu ketika ingin melihat tari Kecak, bisa melihat di hotel saja dengan langsung mendatangkan penarinya. Tidak perlu harus ke Uluwatu," ucapnya di samping juga ditawarkan paket wisata medis dan kebugaran.

Rizki mengutip hasil survei Dinas Pariwisata Provinsi Bali pada 2019, lama tinggal wisatawan nusantara (wisnus) atau domestik di Pulau Dewata yang rata-rata 4 hari, memang lebih singkat dibandingkan dengan wisatawan mancanegara yang lama tinggalnya 9,9 hari.

Demikian juga dengan spending (pengeluaran) perhari wisnus itu rata-rata Rp463 ribu perhari, sedangkan wisman mencapai 142 dolar AS.

"Jika dikalikan lama tinggal dengan pengeluaran, maka wisman di Bali spendingnya sekitar Rp20 juta, sedangkan wisnus hanya Rp1,9 juta. Itu artinya kekuatan wisman 10,8 kali kekuatan wisnus saat berkunjung ke Bali," ucapnya.

Demikian pula jika dikalikan dengan jumlah kunjungan pertahun, pengeluaran wisman mencapai Rp141,8 triliun, sedangkan wisnus sekitar Rp15 triliun.

Untuk menggairahkan wisatawan nusantara ke Bali, Rizki pun berharap agar persyaratan masuk Bali yang harus menunjukkan hasil swab PCR diturunkan cukup rapid antigen. Ataupun jika tetap PCR, supaya tarifnya turun dari yang saat ini sebesar Rp495 ribu.

Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19 Provinsi Bali, hingga Sabtu (23/10) jumlah kasus aktif COVID-19 di Pulau Dewata sebanyak 412 orang. 

Dari jumlah tersebut, yang dirawat di RS rujukan sebanyak 137 orang, di tempat isolasi terpusat sebanyak 216 orang dan yang menjalani isolasi mandiri sebanyak 59 orang.

Hingga saat ini terdapat 243 tempat isolasi terpusat dengan kapasitas total sebanyak 1.375 tempat tidur dan yang sudah terisi sebanyak 216 tempat tidur (15,71 persen).

"Meskipun kasus melandai, seluruh masyarakat Bali agar tetap mentaati dan melaksanakan protokol kesehatan serta menerapkan pola hidup sehat bebas COVID-19 dengan 6 M yakni memakai masker standar dengan benar, mencuci tangan, menjaga jarak, mengurangi bepergian, meningkatkan imun, dan mentaati aturan," kata Sekretaris Satgas Penanganan COVID-19 Provinsi Bali Made Rentin.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021