Festival perempuan persembahan Dadisiki Bali yang digagas oleh Ayu Laksmi, yakni Ibudaya Festival 2021, mengusung tema "Mula ka Mula" dengan menyelenggarakan kegiatan selebrasi budaya dan gelar wicara secara virtual di kawasan Buleleng, Bali.

Konseptor dan Direktur Ibudaya Festival Ayu Laksmi, dalam keterangan tertulisnya, Minggu, mengatakan, dalam Bahasa Bali Mula berarti menanam dalam dalam Bahasa Indonesia artinya awal. Sementara ka Mula dapat dimaknai ke asal-ke akar. Secara garis besar Mula ka Mula ialah ajakan untuk pulang ke asal untuk menanam.

"Jika dikaitkan dengan konteks pandemi COVID-19 yang sudah berjalan hampir dua tahun ini, manusia dihadapkan dengan berbagai pilihan, utamanya mereka yang dulu meninggalkan rumah untuk mencari penghidupan ke suatu tempat, secara sadar dituntut pulang. Berhenti sejenak, merenung, menghayati, kemudian memulai kembali," ujarnya.

Ia menjelaskan, Ibudaya Festival menuntun masyarakat untuk melihat ke Bali bagian utara atau Buleleng yang memiliki sejarah panjang yang perlu dicermati untuk membaca Bali secara holistik. Satu diantaranya ialah karena nama besar Pelabuhan Buleleng pada masa kependudukan Belanda.

Baca juga: Bali izinkan wisata alam dan budaya dibuka untuk uji coba (video)

Dahulu, pelabuhan tersebut menjadi pintu masuk utama Bali serta memiliki peran penting terhadap akulturasi kebudayaan yang terjadi di Buleleng terkait cara berpikir, bahasa tutur, kuliner, serta sistem sosio kulturalnya.

Pada periode 1950-1985 Buleleng menjadi ibu kota provinsi Sunda Kecil. Sunda Kecil meliputi Bali, Lombok, Bima, Flores, Timor (barat) dan Sumba serta pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Namun masa keemasannya mulai meredup saat Sunda Kecil dimekarkan menjadi tiga Provinsi yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur,  serta Ibu Kota Provinsi Bali dipindahkan,  dari Singaraja ke Denpasar tahun 1960.

Semenjak itu, segala hiruk pikuk yang terjadi secara tidak langsung berpindah ke Bali Selatan. Hal ini juga membawa dampak signifikan terhadap pembangunan serta kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi masyarakat Buleleng.

Berdasarkan pemahaman tersebut, Ayu Laksmi menjelaskan Ibudaya Festival 2021 menjadikan pusat semua kegiatannya di Bali Utara, dengan cara menyusur kembali ruang-ruang bersejarah, utamanya yang memancarkan energi spiritual.

Menurutnya, kegiatan itu menjadi cermin kasih seorang Ibu dalam menjaga tradisi yang luhur, termasuk tempat atau destinasi yang memiliki nilai sejarah di Buleleng.

"Gerakan ini masih kecil namun harus digaungkan secara perlahan agar semua orang tahu, bahwa Buleleng memiliki sejarah menarik yang semestinya menjadi rujukan penting untuk membangun Bali. Dari ibu kami merawat Bali, dari Buleleng kami merawat negeri," ungkapnya.

Baca juga: 23 Oktober-6 November, Festival Seni Bali Jani 2021 padukan pentas daring-luring

Ibudaya Festival 2021 yang didukung penuh oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dadisiki Bali, Antida Music Production, Matahari Bali Convex, Kitapoleng Bali, Svara Semesta, Klinik dr Tiwi.com, IWMS (Indonesia World Music Series) dan tatkala.co itu menampilkan sejumlah narasumber.

Narasumber itu diantaranya adalah Sandrina Malakiano, Ayu Weda, dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, SPA., MARS, dr. Luh Karunia Wahyuni, SP.KFR-K, Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik, Ana Anandi dan Luh Manis.

"Gelar Wicara disajikan dengan acara diskusi kontemplatif oleh spiritualis perempuan, pakar ilmu medis, psikolog, pelaku pariwisata dan inisiator perempuan di berbagai bidang. Diskusi ini diharapkan merangsang kerja kolektif dan menumbuhkan keinginan untuk bergerak dalam satu semangat bersama," ujar Ayu Laksmi.

Sedangkan Selebrasi Ibudaya disajikan dalam bentuk video art-pertunjukan dengan narasi, bahasa gambar yang puitik tanpa terlepas dari penggalian nilai-nilai budaya dalam semangat spiritual seorang perempuan. Selebrasi Ibudaya menampilkan pertunjukan tradisi dan kontemporer berupa musik, sastra, tari dan teater.

Sejumlah seniman penyaji yang terlibat diantaranya adalah Ni Luh Menek, Cok Sawitri, Ida Ayu Wayan Arya Setyani, Aryani Willems, Nyoman Tini Wahyuni, Heny Janawati, Echa Laksmi, Ida Ayu Nyoman Dyana Pani, Jasmine Okubo, Pranita Dewi, Alien Child, I Gusti Ayu Kusumayuni.

Sanggar Seni Palwaswari, Ni Nyoman Srayamurtikanti, Komunitas Mahima, Ipung Dancer, serta Womb Ibudaya beranggotakan Aik Krisnayanti, Sagung Novi, Claudia, Ida Ayu Wisanti, Ni Ketut Fenty, Jesica Winanda Leksono Putri, Kharissa Sadha, Maria Murwiki, Monique Anastasia Tindage.

"Kedua mata acara tersebut sepenuhnya melibatkan perempuan-perempuan yang mendedikasikan hidupnya pada disiplin ilmu masing-masing," kata Ayu Laksmi.

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021