Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mendorong Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kabupaten Klungkung untuk mempercepat inovasi pengolahan komoditas pangan yang kerap menjadi pemicu inflasi, sekaligus digitalisasi pembayaran dan pemasarannya.

"Misalnya saja inovasi untuk pengolahan cabai. Di Bali selama ini kami lihat harga cabai itu naik turun terlalu ekstrem," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho di Kantor Bupati Klungkung, di Semarapura, Jumat.

Trisno menyampaikan hal tersebut dalam rapat koordinasi Strategi Penyusunan Program Unggulan TPID Award 2022 yang juga dihadiri Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta dan jajaran TPID Kabupaten Klungkung.

Menurut dia, Kabupaten Klungkung dengan berbagai potensi unggulan yang dimiliki, sudah harus disiapkan mulai sekarang agar matang berkompetisi dalam ajang TPID Award 2022, bersaing dengan TPID lainnya di Tanah Air.

"Yang dinilai dalam ajang itu menyangkut proses dan output-nya. Dalam penilaian proses, diantaranya agar mendapatkan nilai tinggi, haruslah rapat-rapat TPID dihadiri langsung oleh kepala daerah," ucapnya.

Baca juga: BI Bali bantu beras untuk masyarakat Klungkung dan PHRI Bali

Sedangkan terkait output, itu menyangkut pula dengan inovasi yang dilakukan. Contohnya inovasi untuk komoditas cabai agar memberikan nilai tambah pada petani agar diolah menjadi cabai kering, bon cabe, atau saos cabai.

Selain itu pemasarannya juga dapat menggunakan koperasi yang sudah mengadopsi digitalisasi, sehingga bisa dipasarkan lebih luas hingga ke luar daerah.

Sementara itu, kata Trisno, terkait dengan elektronifikasi transaksi pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) bisa dimulai dari pedagang tenun endek di Pasar Klungkung agar menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

"Tidak mesti harus semuanya dan tidak harus sempurna dulu baru diluncurkan. Dengan digitalisasi, para pedagang juga bisa menjual hingga ke Jakarta tanpa harus bertatap muka," ucapnya.

Pihaknya pun mendukung rencana Pemkab Klungkung terkait digitalisasi pembayaran saat masuk destinasi wisata di Nusa Penida dengan sistem satu pintu masuk dan disiapkan sistem aplikasi khusus.

Baca juga: BI Bali dorong digitalisasi UMKM Denpasar dari hulu ke hilir

Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta menambahkan, sebelumnya TPID setempat sudah memiliki program yang disebut dengan Beli Mahal Jual Murah yang juga sempat masuk dalam penilaian TPID Award.

Melalui program tersebut, KUD membeli gabah dari petani dengan harga yang lebih tinggi agar petani bisa mendapatkan untung, kemudian menjual kepada konsumen dengan harga lebih rendah dibandingkan harga pasar.

"Dengan program ini harga beras di Klungkung menjadi paling stabil. Bahkan kami juga telah mendapatkan bantuan dari Kementerian Koperasi dan UKM dan BRI untuk KUD yang mengerjakan program tersebut," ucapnya.

Selain itu, pihaknya juga tengah merancang digitalisasi untuk 11 destinasi wisata yang ada di Nusa Penida. Dengan aplikasi ini nantinya, wisatawan hanya membayar ketika memang menikmati destinasi wisata, bukan hanya ketika baru masuk Nusa Penida.

"Sekarang akan kami proses penataan destinasinya dulu, tidak langsung dipungut dulu. Bagaimana gate-nya, toilet dan tempat selfie-nya, sehingga mereka bisa merasakan menikmati destinasi ketika harus membayar," ujar Suwirta.

Baca juga: BI bantu 500 tabung oksigen medis untuk penanganan COVID-19 di Bali

Sementara itu, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengatakan terkait komoditas pangan yang sering memicu inflasi, memang harus segera dicarikan solusi.

"Termasuk hilirisasi juga penting karena di saat musim hujan, seringkali sejumlah komoditas pangan harganya naik lagi. Mengenai TPID Award, karena merupakan sebuah kompetisi, tentu kita harus bisa melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki," katanya.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021