Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengharapkan agar para pemilik hotel di Bali memikirkan ulang dan mengkaji dampak yang ditimbulkan karena telah menjual aset properti mereka ke market place.
“Jangan sampai para pengusaha dalam negeri justru menjadi pihak yang dirugikan karena melakukan obral aset. Akibatnya, lapangan pekerjaan di Indonesia akan berkurang,” ungkap Sandiaga dalam virtual Weekly Press Briefing di Jakarta, Senin.
Menparekraf menyebutkan bahwa Bali menjadi salah satu provinsi yang paling terdampak akibat pandemi COVID-19, karena sekitar 54 persen perekonomian Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata.
Baca juga: Menparekraf apresiasi rebranding hotel promosikan kearifan lokal
Hal tersebut juga berdampak pada tingkat keterhunian atau okupansi hotel, sehingga pelaku industri hotel terpaksa menjual aset mereka.
Karena itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk mencari solusi yang tepat agar dapat meringankan kesulitan yang dihadapi pelaku hotel, sehingga mereka tidak perlu menjual asetnya masing-masing.
Dia memaparkan, pihaknya telah mengajukan dana sebesar Rp300 miliar ke Komite Penanganan COVID-19 Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) untuk menggulirkan program dukungan akomodasi dan fasilitas pendukung lainnya bagi tenaga kesehatan.
Program ini dikatakan akan melibatkan sejumlah hotel sebagai fasilitas tenaga kesehatan.
“Semoga dalam waktu dekat bisa kita realisasikan,” tutur dia.
Baca juga: Hotel bergaya Jepang di Bali siap buka dengan prokes ketat
Selain itu, dia menilai bahwa alangkah baiknya jika terjalin kemitraan potensi-potensi investasi di sektor pariwisata dari investor luar negeri dengan mitra di Indonesia. Sehingga, dapat menggerakkan kembali sektor pariwisata dan membuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya.
Menurut dia, jual beli aset adalah sebuah kelaziman dalam setiap krisis. Biasanya, para para pemilik maupun investor akan melakukan penyesuaian portofolio bisnisnya dan sebagian memutuskan menjual asetnya.
Di tengah keterpurukan tersebut, biasanya masih ada saja investor-investor lain yang tertarik untuk membelinya.
“Saya menerima banyak email dari kolega dan relasi di luar negeri, banyak peminat untuk membeli aset-aset di Indonesia,” tutur dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021