Sindikasi tiga bank internasional yaitu Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Societe Generale, dan Standard Chartered Bank siap mendukung pendanaan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata yang merupakan PLTS Terapung/Apung terbesar di Asia Tenggara dengan dana sekitar USD 140 juta.
"Pembangunan PLTS berkapasitas 145 MWAc yang ditargetkan beroperasi secara komersial (Commercial Operation Date/COD) pada November 2022 itu merupakan komitmen PT PLN (Persero) untuk meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT)," kata Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu.
Acara Deklarasi Financial Close yang berlangsung secara virtual di Jakarta (3/8) itu juga dihadiri secara virtual oleh Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Imam Soejoedi; Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Luky Alfirman; Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana; Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pahala Nugraha Mansury; Duta Besar Indonesia untuk Uni Emirat Arab H.E., Husin Bagis; dan Direktur Utama PT PJB Gong Matua Hasibuan.
Zulkifli Zaini menyampaikan pencapaian tahap financial close ini merupakan hasil dukungan penuh PLN sebagai pembeli listrik PLTS Cirata dan PT PJB (Pembangkitan Jawa Bali), selaku induk dari PT PJB Investasi (PJBI) dan Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi (PT PMSE).
"Kami optimistis pembangkit ramah lingkungan ini bisa beroperasi komersial sesuai jadwal pada akhir 2022. Kehadiran dari PLTS Terapung Cirata ini akan menjadi revolusi pengembangan EBT di dalam negeri, mengingat pembangkit listrik ini dapat mengimbangi 214.000 ton emisi karbon dioksida," katanya.
Baca juga: PLN Bali: 128 pelanggan PLTS atap di Bali
Pembangunan proyek strategis nasional yang juga masuk dalam pilar "GREEN" transformasi PLN ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pencapaian target bauran energi baru terbarukan nasional sebesar 23 persen pada 2025. "Keberhasilan pengembangan proyek ini, ke depannya diharapkan akan mendorong proyek-proyek terobosan di bidang EBT dengan harga yang kompetitif," kata Zulkifli.
Diketahui, harga tenaga listrik dari PLTS ini cukup kompetitif, yakni sebesar USD 5,8 Cent / kilowatt hour (kWh). Adapun, PLTS Terapung Cirata akan dijalankan oleh PMSE (Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi) yang merupakan Project Company hasil bentukan dari konsorsium cucu usaha PLN, yaitu PJBI dengan porsi saham 51 persen dengan perusahaan asal Uni Emirat Arab, Masdar, dengan porsi saham 49 persen.
Selain dari sisi pengembangan EBT, PLTS Terapung yang ditargetkan bisa menghasilkan energi 245 juta kWh per tahun itu akan memegang peranan penting dalam elektrifikasi dan sisi pengembangan Sumber Daya Manusia. Pembangkit yang menempati area seluas kurang lebih 200 hektare di Waduk Cirata ini akan memasok listrik untuk 50.000 rumah serta menyerap tenaga kerja hingga 800 orang.
Baca juga: PLN dukung Pemkab Karangasem bentuk Perusda untuk PLTS Kubu
Dalam kesempatan itu, Direktur Utama PT PJB Gong Matua Hasibuan, menyampaikan rasa bangganya atas kerja keras dari PJBI dan Masdar yang berkolaborasi dengan sangat baik, sehingga proses pendanaan atas proyek ini didapatkan dalam waktu yang tepat.
Dia juga menyampaikan rasa terima kasih untuk para stakeholder yang telah mendukung proyek ini, khususnya kepada kementerian terkait, pemerintah daerah setempat dan seluruh pihak yang telah terlibat.
"Kami optimistis sinergi yang sangat baik bersama para stakeholder dapat terus ditingkatkan, sehingga proyek ini mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam pengembangan bisnis EBT di Indonesia," ujar Gong Matua Hasibuan.
Dia berharap kehadiran proyek ini dapat menjadi pionir dan mampu menyulut pengembangan PLTS Terapung yang dapat dikembangkan di waduk lain di wilayah Indonesia.
Sejak penandatanganan kontrak jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) pada 12 Januari 2020, Proyek PLTS Apung terbesar di Asia Tenggara ini terus memperoleh dukungan dari berbagai stakeholder.
Baca juga: Pemerintah dorong swasta bangun PLTS
Sementara itu, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury mengatakan, sebagai proyek strategis nasional, PLTS Terapung Cirata diharapkan dapat menjadi percontohan untuk pengembangan pembangkit EBT di daerah lain, agar Indonesia dapat mencapai target bauran EBT 23 persen di 2025, serta mendukung upaya pengurangan emisi secara signifikan.
Selain kerja sama internasional, PLTS Terapung Cirata ini merupakan kerja sama pendirian perusahaan patungan antara BUMN Indonesia, PLN, dengan perusahaan milik negara Uni Emirat Arab, Masdar.
"Proyek ini semoga dapat menjadi pondasi dalam memperkuat kerja sama di antara kedua negara. Selain diharapkan dapat memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar dengan menciptakan lapangan kerja maupun mengangkat ekonomi regional. PLTS Terapung Cirata diharapkan dapat menjadi pembelajaran, transfer teknologi dalam pengembangan EBT, dari salah satu global leader pembangkit EBT dari Uni Emirat Arab," ungkap Pahala.
Selain proyek ini, masih cukup banyak proyek strategis yang dikembangkan oleh PLN dalam hal pengembangan EBT, termasuk upaya untuk melakukan perubahan pembangkit berbahan bakar fosil ke EBT. Tidak lupa, Pahala berharap setelah proses ini, implementasi ke depan lancar, sehingga stakeholder bisa melihat PLTS Terapung Cirata sebagai proyek strategis nasional yang dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Pembangunan PLTS berkapasitas 145 MWAc yang ditargetkan beroperasi secara komersial (Commercial Operation Date/COD) pada November 2022 itu merupakan komitmen PT PLN (Persero) untuk meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT)," kata Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu.
Acara Deklarasi Financial Close yang berlangsung secara virtual di Jakarta (3/8) itu juga dihadiri secara virtual oleh Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Imam Soejoedi; Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Luky Alfirman; Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana; Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pahala Nugraha Mansury; Duta Besar Indonesia untuk Uni Emirat Arab H.E., Husin Bagis; dan Direktur Utama PT PJB Gong Matua Hasibuan.
Zulkifli Zaini menyampaikan pencapaian tahap financial close ini merupakan hasil dukungan penuh PLN sebagai pembeli listrik PLTS Cirata dan PT PJB (Pembangkitan Jawa Bali), selaku induk dari PT PJB Investasi (PJBI) dan Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi (PT PMSE).
"Kami optimistis pembangkit ramah lingkungan ini bisa beroperasi komersial sesuai jadwal pada akhir 2022. Kehadiran dari PLTS Terapung Cirata ini akan menjadi revolusi pengembangan EBT di dalam negeri, mengingat pembangkit listrik ini dapat mengimbangi 214.000 ton emisi karbon dioksida," katanya.
Baca juga: PLN Bali: 128 pelanggan PLTS atap di Bali
Pembangunan proyek strategis nasional yang juga masuk dalam pilar "GREEN" transformasi PLN ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pencapaian target bauran energi baru terbarukan nasional sebesar 23 persen pada 2025. "Keberhasilan pengembangan proyek ini, ke depannya diharapkan akan mendorong proyek-proyek terobosan di bidang EBT dengan harga yang kompetitif," kata Zulkifli.
Diketahui, harga tenaga listrik dari PLTS ini cukup kompetitif, yakni sebesar USD 5,8 Cent / kilowatt hour (kWh). Adapun, PLTS Terapung Cirata akan dijalankan oleh PMSE (Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi) yang merupakan Project Company hasil bentukan dari konsorsium cucu usaha PLN, yaitu PJBI dengan porsi saham 51 persen dengan perusahaan asal Uni Emirat Arab, Masdar, dengan porsi saham 49 persen.
Selain dari sisi pengembangan EBT, PLTS Terapung yang ditargetkan bisa menghasilkan energi 245 juta kWh per tahun itu akan memegang peranan penting dalam elektrifikasi dan sisi pengembangan Sumber Daya Manusia. Pembangkit yang menempati area seluas kurang lebih 200 hektare di Waduk Cirata ini akan memasok listrik untuk 50.000 rumah serta menyerap tenaga kerja hingga 800 orang.
Baca juga: PLN dukung Pemkab Karangasem bentuk Perusda untuk PLTS Kubu
Dalam kesempatan itu, Direktur Utama PT PJB Gong Matua Hasibuan, menyampaikan rasa bangganya atas kerja keras dari PJBI dan Masdar yang berkolaborasi dengan sangat baik, sehingga proses pendanaan atas proyek ini didapatkan dalam waktu yang tepat.
Dia juga menyampaikan rasa terima kasih untuk para stakeholder yang telah mendukung proyek ini, khususnya kepada kementerian terkait, pemerintah daerah setempat dan seluruh pihak yang telah terlibat.
"Kami optimistis sinergi yang sangat baik bersama para stakeholder dapat terus ditingkatkan, sehingga proyek ini mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam pengembangan bisnis EBT di Indonesia," ujar Gong Matua Hasibuan.
Dia berharap kehadiran proyek ini dapat menjadi pionir dan mampu menyulut pengembangan PLTS Terapung yang dapat dikembangkan di waduk lain di wilayah Indonesia.
Sejak penandatanganan kontrak jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) pada 12 Januari 2020, Proyek PLTS Apung terbesar di Asia Tenggara ini terus memperoleh dukungan dari berbagai stakeholder.
Baca juga: Pemerintah dorong swasta bangun PLTS
Sementara itu, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury mengatakan, sebagai proyek strategis nasional, PLTS Terapung Cirata diharapkan dapat menjadi percontohan untuk pengembangan pembangkit EBT di daerah lain, agar Indonesia dapat mencapai target bauran EBT 23 persen di 2025, serta mendukung upaya pengurangan emisi secara signifikan.
Selain kerja sama internasional, PLTS Terapung Cirata ini merupakan kerja sama pendirian perusahaan patungan antara BUMN Indonesia, PLN, dengan perusahaan milik negara Uni Emirat Arab, Masdar.
"Proyek ini semoga dapat menjadi pondasi dalam memperkuat kerja sama di antara kedua negara. Selain diharapkan dapat memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar dengan menciptakan lapangan kerja maupun mengangkat ekonomi regional. PLTS Terapung Cirata diharapkan dapat menjadi pembelajaran, transfer teknologi dalam pengembangan EBT, dari salah satu global leader pembangkit EBT dari Uni Emirat Arab," ungkap Pahala.
Selain proyek ini, masih cukup banyak proyek strategis yang dikembangkan oleh PLN dalam hal pengembangan EBT, termasuk upaya untuk melakukan perubahan pembangkit berbahan bakar fosil ke EBT. Tidak lupa, Pahala berharap setelah proses ini, implementasi ke depan lancar, sehingga stakeholder bisa melihat PLTS Terapung Cirata sebagai proyek strategis nasional yang dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021