Sebanyak enam seniman dan budayawan dari berbagai kabupaten/kota di Pulau Dewata menerima penghargaan Adi Sewaka Nugraha, sebagai anugerah tertinggi bagi pengabdi seni yang diberikan Pemerintah Provinsi Bali.
"Pemberian penghargaan didasari atas usulan dari pemerintah kabupaten/kota, lembaga seni, lembaga pendidikan, maupun instansi lainnya," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof Dr I Gede Arya Sugiartha di Denpasar, Minggu.
Kemudian nama-nama yang diusulkan tersebut diseleksi oleh tim penilai dan selanjutnya ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Bali.
Adi Sewaka Nugraha sekaligus merupakan bentuk perhatian dan apresiasi Pemerintah Provinsi Bali atas pengabdian dan dedikasi para seniman dan budayawan yang tanpa kenal lelah dan putus asa dalam hal pelestarian, pembinaan dan pengembangan seni budaya Bali.
Baca juga: Gubernur Bali harapkan seni budaya jadi media pembentuk kepribadian
Enam seniman penerima Adi Sewaka Nugraha yakni Ni Ketut Arini ( maestro tari) dari Denpasar; I Nyoman Sujena (seniman tari) dari Desa Antosari, Tabanan; dan I Wayan Suweca ( seniman karawitan) dari Gianyar.
Kemudian I Ketut Suarnadwipa (seniman tari) dari Desa Tejakula, Buleleng; Ida Nyoman Sugata ( seniman pedalangan) dari Karangasem dan I Ketut Gede Rudita (seniman karawitan) dari Kabupaten Badung.
Penghargaan Adi Sewaka Nugraha telah diserahkan secara langsung oleh Gubernur Bali Wayan Koster, di sela-sela penutupan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke 43 pada Sabtu (10/7) malam.
"Dengan penghargaan ini kami harapkan dapat menggelorakan semangat beraktivitas para seniman maupun generasi selanjutnya untuk menggali, melestarikan, membina dan mengembangkan seni budaya Bali yang adiluhung. Selanjutnya penciptaan karya-karya seni yang pada akhirnya memberikan dampak terhadap kesejahteraan masyarakat," ujar Arya Sugiartha.
Mantan Rektor ISI Denpasar itu menambahkan, dengan anugerah tersebut juga menunjukkan betapa para penerima telah memberikan gambaran kepada kita mengenai perjalanan berkesenian yang telah dilakoni serta semangat "ngayah" dalam berkesenian.
Penerima Adi Sewaka Nugraha untuk tahun 2021 yang berjumlah enam orang ini diberikan piagam penghargaan dan uang tunai masing-masing sebesar Rp50 juta.
Baca juga: "Taksu Ubud" jadi ekspresi seniman/budayawan Ubud di masa pandemi
Adapun profil singkat penerima anugerah yakni Ni Ketut Arini, seniman kelahiran Banjar Lebah, Desa Sumerta Kaja, Kota Denpasar, pada 15 Maret 1943 ini dikenal sebagai salah seorang maestro tari Bali, khususnya Tari Condong.
Kemudian nama I Nyoman Sujena terkenal memerankan tokoh Bima dalam Sendratari Mahabharata dan sangat terkenal bagi pecinta kesenian Bali 1980-an hingga 1990-an.
Selanjutnya, I Wayan Suweca justru terkenal sebagai seniman karawitan. Walaupun sejak kecil ia ikut mematung, namun ia lebih condong menyukai seni pertunjukan, yakni tari dan tabuh.
Berikutnya, Ketut Suarnadwipa, seniman dari Tejakula, Kabupaten Buleleng. Seniman kelahiran 31 Desember 1960 ini tidak saja terlibat aktif menari wayang wong untuk ritual di Desa Tejakula, juga telah mementaskannya keliling Bali, mengenalkan ke tingkat nasional, bahkan hingga keluar negeri.
Kemudian Ida Nyoman Sugata dari Kabupaten Karangasem dikenal luas sebagai seorang dalang seniman alam hingga kini.
Terakhir, I Ketut Gede Rudita merupakan seniman karawitan yang telah melahirkan berbagai karya, baik dalam gamelan gong kebyar, bleganjur, angklung dan gamelan Bali lainnya.
Dalam dunia panggung, Rudita justru lebih sering tampil sebagai penari dengan nama Sokir. Namanya menjadi lebih kesohor karena kelihaiannya di dalam menjaga kualitas pentas sebagai penari bondres (lawak Bali).
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Pemberian penghargaan didasari atas usulan dari pemerintah kabupaten/kota, lembaga seni, lembaga pendidikan, maupun instansi lainnya," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof Dr I Gede Arya Sugiartha di Denpasar, Minggu.
Kemudian nama-nama yang diusulkan tersebut diseleksi oleh tim penilai dan selanjutnya ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Bali.
Adi Sewaka Nugraha sekaligus merupakan bentuk perhatian dan apresiasi Pemerintah Provinsi Bali atas pengabdian dan dedikasi para seniman dan budayawan yang tanpa kenal lelah dan putus asa dalam hal pelestarian, pembinaan dan pengembangan seni budaya Bali.
Baca juga: Gubernur Bali harapkan seni budaya jadi media pembentuk kepribadian
Enam seniman penerima Adi Sewaka Nugraha yakni Ni Ketut Arini ( maestro tari) dari Denpasar; I Nyoman Sujena (seniman tari) dari Desa Antosari, Tabanan; dan I Wayan Suweca ( seniman karawitan) dari Gianyar.
Kemudian I Ketut Suarnadwipa (seniman tari) dari Desa Tejakula, Buleleng; Ida Nyoman Sugata ( seniman pedalangan) dari Karangasem dan I Ketut Gede Rudita (seniman karawitan) dari Kabupaten Badung.
Penghargaan Adi Sewaka Nugraha telah diserahkan secara langsung oleh Gubernur Bali Wayan Koster, di sela-sela penutupan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke 43 pada Sabtu (10/7) malam.
"Dengan penghargaan ini kami harapkan dapat menggelorakan semangat beraktivitas para seniman maupun generasi selanjutnya untuk menggali, melestarikan, membina dan mengembangkan seni budaya Bali yang adiluhung. Selanjutnya penciptaan karya-karya seni yang pada akhirnya memberikan dampak terhadap kesejahteraan masyarakat," ujar Arya Sugiartha.
Mantan Rektor ISI Denpasar itu menambahkan, dengan anugerah tersebut juga menunjukkan betapa para penerima telah memberikan gambaran kepada kita mengenai perjalanan berkesenian yang telah dilakoni serta semangat "ngayah" dalam berkesenian.
Penerima Adi Sewaka Nugraha untuk tahun 2021 yang berjumlah enam orang ini diberikan piagam penghargaan dan uang tunai masing-masing sebesar Rp50 juta.
Baca juga: "Taksu Ubud" jadi ekspresi seniman/budayawan Ubud di masa pandemi
Adapun profil singkat penerima anugerah yakni Ni Ketut Arini, seniman kelahiran Banjar Lebah, Desa Sumerta Kaja, Kota Denpasar, pada 15 Maret 1943 ini dikenal sebagai salah seorang maestro tari Bali, khususnya Tari Condong.
Kemudian nama I Nyoman Sujena terkenal memerankan tokoh Bima dalam Sendratari Mahabharata dan sangat terkenal bagi pecinta kesenian Bali 1980-an hingga 1990-an.
Selanjutnya, I Wayan Suweca justru terkenal sebagai seniman karawitan. Walaupun sejak kecil ia ikut mematung, namun ia lebih condong menyukai seni pertunjukan, yakni tari dan tabuh.
Berikutnya, Ketut Suarnadwipa, seniman dari Tejakula, Kabupaten Buleleng. Seniman kelahiran 31 Desember 1960 ini tidak saja terlibat aktif menari wayang wong untuk ritual di Desa Tejakula, juga telah mementaskannya keliling Bali, mengenalkan ke tingkat nasional, bahkan hingga keluar negeri.
Kemudian Ida Nyoman Sugata dari Kabupaten Karangasem dikenal luas sebagai seorang dalang seniman alam hingga kini.
Terakhir, I Ketut Gede Rudita merupakan seniman karawitan yang telah melahirkan berbagai karya, baik dalam gamelan gong kebyar, bleganjur, angklung dan gamelan Bali lainnya.
Dalam dunia panggung, Rudita justru lebih sering tampil sebagai penari dengan nama Sokir. Namanya menjadi lebih kesohor karena kelihaiannya di dalam menjaga kualitas pentas sebagai penari bondres (lawak Bali).
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021