Bupati Bangkalan, Jawa Timur, Abdul Latif Amin Imron mengeluarkan surat edaran (SE), melarang warga Bangkalan yang tinggal di perantauan pulang kampung atau mudik saat Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah, karena lonjakan kasus COVID-19 di wilayah itu mengkhawatirkan.

"Kami minta kepada warga Bangkalan yang merantau di luar Bangkalan, sebaiknya tidak pulang, dan ini demi keselamatan kita semua, serta mencegah penyebaran COVID-19," katanya di Bangkalan, Kamis.

Baca juga: Satu lingkungan di Kota Mojokerto-Jatim "lockdown" akibat COVID-19

SE yang dikeluarkan Bupati Bangkalan ini berdasarkan SE Menteri Agama Nomor SE. 15 Tahun 2021 tentang Penerapan Protokol Kesehatan dalam Penyelenggaraan Shalat Hari Raya Idul Adha dan Pelaksanaan Qurban Tahun 1422 H/2021 Masehi.

"Malam takbiran menyambut Hari Raya Idul Adha pada prinsipnya dapat dilaksanakan di semua masjid atau mushalla, dengan ketentuan terbatas, paling banyak 10 persen dari kapasitas masjid/mushalla, dengan memperhatikan standar protokol kesehatan secara ketat, seperti menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menghindari kerumunan," terang Bupati seperti yang tertuang dalam surat edaran tersebut.

Selain itu, kegiatan takbir keliling dilarang untuk mengantisipasi keramaian atau kerumunan. Kegiatan takbiran dapat disiarkan secara virtual dari masjid dan mushalla sesuai ketersediaan perangkat telekomunikasi di masjid dan mushalla masing-masing.

Shalat Hari Raya Idul Adha pada 10 Dzulhijah 1442 Hijriah dilaksanakan di lapangan terbuka atau di masjid/mushalla. Sementara pada daerah zona merah dan oranye ditiadakan.

Apabila dalam hal Shalat Hari Raya Idul Adha dilaksanakan di lapangan terbuka atau di masjid, maka setiap jamaah harus membawa perlengkapan shalat masing-masing, seperti sajadah, mukena dan lain-lain.

Baca juga: Jumat pagi, Gubernur Jatim terkonfirmasi positif COVID-19

Khatib diharuskan memakai masker dan faceshield pada saat menyampaikan khutbah shalat Id, dan Seusai pelaksanaan shalat jamaah diminta untuk kembali ke rumah masing-masing dengan tertib dan menghindari berjabat tangan dengan bersentuhan secara fisik.

Untuk pelaksanaan Qurban, Bupati meminta panitia memperhatikan penyembelihan hewan qurban, berlangsung dalam waktu tiga hari, tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijah untuk menghindari kerumunan warga di lokasi pelaksanaan qurban.

Pemotongan hewan qurban dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan Ruminasia (RPH-R), dan dalam hal keterbatasan jumlah dan kapasitas RPH-R, pemotongan hewan qurban dapat dilakukan di luar RPH-R dengan protokol kesehatan yang ketat.

"Kegiatan penyembelihan, pengulitan, pencacahan daging dan pendistribusian daging Qurban kepada warga masyarakat yang berhak menerima wajib memperhatikan penerapan protokol kesehatan secara ketat, seperti penggunaan alat tidak boleh secara bergantian," katanya, menjelaskan.

Sedangkan, pendistribusian daging qurban dilakukan langsung oleh panitia kepada warga di tempat tinggal masing-masing dengan meminimalkan kontak fisik satu sama lain, demikian Bupati Abdul Latif Amin Imron.

Baca juga: Wagub Jatim: Penanganan COVID-19 tetap jalan meski Gubernur terpapar


Tiga Zona Merah
Sebelumnya (23/6), Satuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jawa Timur menyatakan bahwa Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Bangkalan, statusnya tiga daerah yang berada di zona merah atau risiko tinggi penularan virus corona.

"Pekan lalu hanya Bangkalan, tapi pekan ini bertambah dua kabupaten di Jatim yang statusnya zona merah," ujar anggota Satuan Tugas Kuratif COVID-19 Jawa Timur dr. Makhyan Jibril.

Menurut dia, salah satu indikasi yang digunakan untuk menentukan status risiko penularan virus corona adalah keterpakaian tempat tidur untuk pasien COVID-19 di rumah sakit.

Di tiga kabupaten tersebut, kata dia, saat ini menghadapi lonjakan kasus penularan COVID-19 sehingga tingkat keterpakaian tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) untuk pasien di rumah sakit di wilayah itu juga meningkat.

"Ponorogo dan Ngawi berubah statusnya karena selama sepekan terakhir kenaikan kasus aktifnya signifikan, bahkan bisa mencapai dua kali lipat dari pekan sebelumnya sehingga otomatis alarm zona merah muncul," ucapnya.

Baca juga: RSUD Soetomo Surabaya terima pasien COVID-19 rujukan dari Bangkalan

Di Ponorogo, jumlah kumulatif warga yang terserang COVID-19 hingga hari ini tercatat 4.548 orang dengan perincian 3.913 orang sembuh, 487 orang meninggal dunia, dan 148 orang adalah kasus aktif atau masih dirawat.

Di Ngawi, jumlah kumulatif warga yang terserang COVID-19 hingga hari ini tercatat 2.899 orang dengan perincian 2.505 orang sembuh, 297 orang meninggal dunia, dan 97 orang adalah kasus aktif atau masih dirawat.

Sedangkan, di Bangkalan jumlah kumulatif warga yang terserang COVID-19 hingga hari ini tercatat 3.094 orang dengan perincian 1.789 orang sembuh, 300 orang meninggal dunia, dan 1.005 orang adalah kasus aktif atau masih dirawat.

Sementara itu, status zona kuning (risiko penularan rendah) di Jatim juga mengalami perubahan, dari lima daerah pada pekan lalu, menjadi hanya satu daerah.

Pekan sebelumnya, zona kuning masing-masing Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang dan Kota Probolinggo.

"Sekarang hanya menyisakan Kabupaten Sumenep yang zona kuning, sedangkan empat daerah lain masuk zona oranye atau risiko penularan sedang," kata dr Jibril.

"Di daerah yang sebelumnya zona kuning, pekan ini rata-rata kasusnya naik 1-1,5 kali lipat sehingga berubah. Semua harus tetap waspada menerapkan protokol kesehatan ketat, agar dapat kuning kembali, bahkan hijau," tutur dia menambahkan.

Dengan demikian, zona oranye di Jatim saat ini jumlahnya 35 daerah.

Pewarta: Abd Aziz

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021