Luar biasa. Seminggu, ada tiga menteri melakukan serangkaian kegiatan strategis di Bali yakni Menkop/UKM Teten Masduki (7-8/6), Menparekraf Sandiaga S Uno (10-12/6), dan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (11/6).
Pekan lalu itu, Presiden Joko Widodo juga sempat membuka Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-43 secara virtual, Sabtu (12/6). "Kita tunjukkan pada dunia bahwa Bali adalah destinasi wisata yang sangat aman dikunjungi," ucapnya dalam video yang ditayangkan Sekretariat Presiden.
Kepala Negara mengatakan kunci utama dari pemulihan ekonomi Bali ialah kemampuan bangsa dalam menangani pandemi dengan berdisiplin terhadap protokol kesehatan, melaksanakan vaksinasi COVID-19 secara cepat dan masif, serta menerapkan PPKM mikro berbasis banjar dan desa adat di Bali untuk mencegah penularan.
Presiden mengapresiasi upaya pemerintah daerah, para seniman, dan seluruh masyarakat Bali yang mampu untuk terus berkarya, mengekspresikan seni, dan terus mengembangkan estetika dan tradisi adiluhung kebudayaan Bali dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan terukur.
"Penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali ke-43 ini merupakan bukti bahwa dalam tekanan pandemi yang sangat berat, kreativitas dan produktivitas masyarakat Bali tetap tumbuh dan tampil dengan cara-cara baru untuk terus mewarnai panggung seni dunia," ujarnya.
Arahan Presiden bahwa pariwisata di Bali kedepan harus menggunakan cara-cara baru itu menjadi catatan dalam Rakor Persiapan Pembukaan Pariwisata Bali yang dipimpin Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno di Badung, Jumat (11/6).
"Kita terus siapkan, sekarang (persiapan pembukaan pariwisata Bali bagi wisatawan mancanegara) mencapai angka 85-90 persen dan tentunya ini akan bergerak terus, bisa turun bisa naik tergantung dari pada keseriusan kita untuk menghadirkan prakondisi-prakondisi," ujar Menparekraf.
Baca juga: KSP kawal pemulihan sektor pariwisata di Bali
Prakondisi yang menjadi barometer penyiapan pembukaan pariwisata Bali tersebut di antaranya pengendalian kasus COVID-19, program vaksinasi, penyiapan travel corridor arrangement, peningkatan kepatuhan protokol kesehatan, dan langkah-langkah agar industri pariwisata di Bali mendapatkan bantuan berkaitan dengan kemampuannya untuk bertahan.
Pariwisata Bali, khususnya di tiga lokasi zona hijau percontohan yang diberi nama SUN yakni Sanur, Ubud, dan Nusa Dua, rencananya dibuka kembali bagi wisatawan mancanegara pada Juli 2021.
Menparekraf sudah meninjau di Nusa Dua sebagai kawasan yang prioritas untuk menerima wisatawan mancanegara. Pihaknya bersama sejumlah stakeholder dan pelaku pariwisata peserta rakor tersebut merasa optimistis.
"Ini proses yang panjang dan proses yang melibatkan begitu banyak pihak dan pada rakor tadi semuanya optimis, karena ekonomi Bali sudah lima kuartal ini terkontraksi secara luar biasa," ujar Menparekraf.
Optimisme itu sejauh ini merujuk Bali sebagai kawasan dengan jumlah tertinggi terkait jumlah hotel dan restoran yang telah tersertifikasi Cleanliness, Health, Safety dan Environment Sustainability (CHSE). Juli, program CHSE di Bali ditargetkan dua kali lipat dari 2020, jadi 1.200 destinasi wisata hotel dan restoran akan tersertifikasi CHSE.
Dalam hal vaksinasi, Menparekraf Sandiaga Uno menjelaskan Provinsi Bali juga merupakan salah satu provinsi terbaik dalam progres vaksinasi COVID-19 dari segi kecepatan penyelenggaraan vaksinasi.
Pihaknya mengapresiasi bahwa Bali sebagai provinsi yang mendapatkan persentase tertinggi dari targeted groups dan perintah Bapak Presiden itu enam juta dosis vaksin harus diselesaikan bulan Juli ini. Per Rabu (11/6), Gubernur Bali menyampaikan 50 persen lebih (vaksin terdistribusi).
"Tiga kunci"
Kendati Bali tidak bisa terlepas dari pariwisata, namun Anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad mengingatkan Bali ke depan agar mulai fokus dan serius menggarap sektor agro-ekonomi karena potensi sektor diluar pariwisata itu juga luar biasa, sedangkan kebangkitan pariwisata itu juga belum tentu akan kembali seperti sediakala.
"Ingat saat ini kita berhadapan dengan virus. Perekonomian Bali hingga kini juga masih mengalami kontraksi dibanding daerah lain di Indonesia," kata penggagas KAHMI-Preneur dalam diskusi yang diadakan Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MW KAHMI) Bali di Denpasar (4/6).
Baca juga: Menhub bahas kerja sama LRT Bali dengan Korea Selatan
Agaknya, pandangan politisi yang mantan aktivis itu seakan terjawab dari kedatangan tiga menteri di Bali yakni Menkop/UKM Teten Masduki (7-8/6), Menparekraf Sandiaga S Uno (10-12/6), dan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (11/6).
Artinya, "masa depan" Pulau Dewata bukan semata-mata bergantung pada sektor pariwisata yang terbukti sangat rentan, melainkan "tiga kunci" yakni pariwisata (berbasis protokol kesehatan), UKM (ekonomi kreatif), dan agro-ekonomi (pertanian berbasis teknologi).
"Salah satu cara menghidupkan ekonomi di Bali adalah dengan memaksimalkan potensi UMKM di sektor ekonomi kreatif. Bali merupakan gudangnya kreativitas yang memiliki akses global. Kewajiban kita untuk membantu perekonomian Pulau Dewata untuk bangkit," ujar Menkop/UKM Teten Masduki sesaat menjelang berangkat ke Bali (7/6).
Oleh karena itu, pihaknya menemui kalangan UMKM berbasis Ekonomi Kreatif di Bali, di antaranya mengunjungi sentra UKM berbasis kakao di Sanur, meninjau program pemberdayaan secara digital UKM Kabupaten Jembrana berbasis desa adat, berdiskusi dengan ekosistem pelaku UKM berbasis pertanian, dan berdiskusi dengan startup UKM berbasis digital.
Selain itu, melakukan kunjungan ke Pasar Klungkung yang merupakan sentra UKM kain Endek dan Songket, diskusi pemberdayaan UKM Bidang Ekonomi Kreatif, menyaksikan Pengukuhan Komite Kreatif Klungkung, dan MoU antara "Indonesia Creative Cities Network" (ICCN) dengan Bupati Klungkung, Bupati Jembrana, Bali Tourism Board, dan dengan STMIK Primakara.
Selain pariwisata yang berbasis protokol kesehatan dan UKM yang berbasis ekonomi kreatif, agaknya Pulau Dewata juga perlu fokus pada sektor agro-ekonomi atau pertanian yang berbasis teknologi, seperti program BNI di Kabupaten Buleleng yakni "Milenial Smartfarming", atau program PLN di kabupaten/kota di Bali, yakni "Electrifying Agriculture".
"Penerapan teknologi digital bisa memperkuat budidaya pertanian, sehingga pertanian berkembang secara modern dan menjadi penopang ekonomi di Bali yang akhirnya kita tidak perlu impor komoditas yang justru menjadi keunggulan kita," ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat menghadiri "Milenial Smartfarming" di Kabupaten Buleleng (11/6).
PT Bank Negara Indonesia (Persero) mendukung akses pembiayaan melalui program "Milenial Smartfarming" yang merupakan ekosistem pemberdayaan milenial melalui pembinaan dan pengembangan ekosistem pertanian digital (Internet of Things/IoT) dari hulu ke hilir serta meningkatkan inklusi keuangan desa.
Program yang menggandeng forum Petani Muda Keren (PMK) di Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali, itu, mengusung konsep pertanian digital dengan pendekatan online melalui aplikasi Agree Suites untuk pendataan petani dan offtaker (penjamin ketersediaan bahan baku), serta pendekatan kecerdasan buatan (big data analitik) untuk menghasilkan produk unggul, presisi, efisien, dan berkelanjutan.
Lain halnya dengan program Electrifying Agriculture dari PLN untuk sektor pertanian yang ramah lingkungan dan hasilnya maksimal. PLN UID Bali mengajak petani beralih dari mesin berteknologi diesel menjadi teknologi mesin berbasis listrik untuk lebih meningkatkan produktivitas sektor pertanian yang mampu bertahan selama pandemi COVID-19.
"Kami saat ini mengikuti teknologi terbaru yakni memanfaatkan mesil dengan listrik untuk pengairan, kami menyadari solar dan oli yang digunakan untuk mesin diesel yang kami gunakan sebelumnya dapat mencemari danau," kata petani holtikultura di Songan Kintamani, Kadek Ruma.
Sementara itu, pengusaha beras dari Tabanan, I Kadek Sinar Suryaditya, mengaku selama ini memerlukan biaya BBM jenis solar untuk mesin penggilingan padinya sebesar Rp15 juta setiap bulan dan setelah beralih ke mesin berbasis listrik, dia menghemat sekitar Rp2,5 juta.
Ya, perekonomian Bali yang mengalami kontraksi yang cukup dalam sejak Maret 2020 hingga kuartal I-2021, tentu tidak boleh terulang lagi, karena itu Bali tidak boleh hanya memegang "satu kunci" yakni sektor pariwisata, melainkan "tiga kunci" yakni pariwisata (berbasis protokol kesehatan), UKM (ekonomi kreatif berbasis digital dan inovasi), dan agro-ekonomi (pertanian berbasis teknologi). Bali jangan terlalu fokus ke pariwisata, karena pariwisata itu rentan dengan bencana/bencana alam.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
Pekan lalu itu, Presiden Joko Widodo juga sempat membuka Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-43 secara virtual, Sabtu (12/6). "Kita tunjukkan pada dunia bahwa Bali adalah destinasi wisata yang sangat aman dikunjungi," ucapnya dalam video yang ditayangkan Sekretariat Presiden.
Kepala Negara mengatakan kunci utama dari pemulihan ekonomi Bali ialah kemampuan bangsa dalam menangani pandemi dengan berdisiplin terhadap protokol kesehatan, melaksanakan vaksinasi COVID-19 secara cepat dan masif, serta menerapkan PPKM mikro berbasis banjar dan desa adat di Bali untuk mencegah penularan.
Presiden mengapresiasi upaya pemerintah daerah, para seniman, dan seluruh masyarakat Bali yang mampu untuk terus berkarya, mengekspresikan seni, dan terus mengembangkan estetika dan tradisi adiluhung kebudayaan Bali dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan terukur.
"Penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali ke-43 ini merupakan bukti bahwa dalam tekanan pandemi yang sangat berat, kreativitas dan produktivitas masyarakat Bali tetap tumbuh dan tampil dengan cara-cara baru untuk terus mewarnai panggung seni dunia," ujarnya.
Arahan Presiden bahwa pariwisata di Bali kedepan harus menggunakan cara-cara baru itu menjadi catatan dalam Rakor Persiapan Pembukaan Pariwisata Bali yang dipimpin Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno di Badung, Jumat (11/6).
"Kita terus siapkan, sekarang (persiapan pembukaan pariwisata Bali bagi wisatawan mancanegara) mencapai angka 85-90 persen dan tentunya ini akan bergerak terus, bisa turun bisa naik tergantung dari pada keseriusan kita untuk menghadirkan prakondisi-prakondisi," ujar Menparekraf.
Baca juga: KSP kawal pemulihan sektor pariwisata di Bali
Prakondisi yang menjadi barometer penyiapan pembukaan pariwisata Bali tersebut di antaranya pengendalian kasus COVID-19, program vaksinasi, penyiapan travel corridor arrangement, peningkatan kepatuhan protokol kesehatan, dan langkah-langkah agar industri pariwisata di Bali mendapatkan bantuan berkaitan dengan kemampuannya untuk bertahan.
Pariwisata Bali, khususnya di tiga lokasi zona hijau percontohan yang diberi nama SUN yakni Sanur, Ubud, dan Nusa Dua, rencananya dibuka kembali bagi wisatawan mancanegara pada Juli 2021.
Menparekraf sudah meninjau di Nusa Dua sebagai kawasan yang prioritas untuk menerima wisatawan mancanegara. Pihaknya bersama sejumlah stakeholder dan pelaku pariwisata peserta rakor tersebut merasa optimistis.
"Ini proses yang panjang dan proses yang melibatkan begitu banyak pihak dan pada rakor tadi semuanya optimis, karena ekonomi Bali sudah lima kuartal ini terkontraksi secara luar biasa," ujar Menparekraf.
Optimisme itu sejauh ini merujuk Bali sebagai kawasan dengan jumlah tertinggi terkait jumlah hotel dan restoran yang telah tersertifikasi Cleanliness, Health, Safety dan Environment Sustainability (CHSE). Juli, program CHSE di Bali ditargetkan dua kali lipat dari 2020, jadi 1.200 destinasi wisata hotel dan restoran akan tersertifikasi CHSE.
Dalam hal vaksinasi, Menparekraf Sandiaga Uno menjelaskan Provinsi Bali juga merupakan salah satu provinsi terbaik dalam progres vaksinasi COVID-19 dari segi kecepatan penyelenggaraan vaksinasi.
Pihaknya mengapresiasi bahwa Bali sebagai provinsi yang mendapatkan persentase tertinggi dari targeted groups dan perintah Bapak Presiden itu enam juta dosis vaksin harus diselesaikan bulan Juli ini. Per Rabu (11/6), Gubernur Bali menyampaikan 50 persen lebih (vaksin terdistribusi).
"Tiga kunci"
Kendati Bali tidak bisa terlepas dari pariwisata, namun Anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad mengingatkan Bali ke depan agar mulai fokus dan serius menggarap sektor agro-ekonomi karena potensi sektor diluar pariwisata itu juga luar biasa, sedangkan kebangkitan pariwisata itu juga belum tentu akan kembali seperti sediakala.
"Ingat saat ini kita berhadapan dengan virus. Perekonomian Bali hingga kini juga masih mengalami kontraksi dibanding daerah lain di Indonesia," kata penggagas KAHMI-Preneur dalam diskusi yang diadakan Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MW KAHMI) Bali di Denpasar (4/6).
Baca juga: Menhub bahas kerja sama LRT Bali dengan Korea Selatan
Agaknya, pandangan politisi yang mantan aktivis itu seakan terjawab dari kedatangan tiga menteri di Bali yakni Menkop/UKM Teten Masduki (7-8/6), Menparekraf Sandiaga S Uno (10-12/6), dan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (11/6).
Artinya, "masa depan" Pulau Dewata bukan semata-mata bergantung pada sektor pariwisata yang terbukti sangat rentan, melainkan "tiga kunci" yakni pariwisata (berbasis protokol kesehatan), UKM (ekonomi kreatif), dan agro-ekonomi (pertanian berbasis teknologi).
"Salah satu cara menghidupkan ekonomi di Bali adalah dengan memaksimalkan potensi UMKM di sektor ekonomi kreatif. Bali merupakan gudangnya kreativitas yang memiliki akses global. Kewajiban kita untuk membantu perekonomian Pulau Dewata untuk bangkit," ujar Menkop/UKM Teten Masduki sesaat menjelang berangkat ke Bali (7/6).
Oleh karena itu, pihaknya menemui kalangan UMKM berbasis Ekonomi Kreatif di Bali, di antaranya mengunjungi sentra UKM berbasis kakao di Sanur, meninjau program pemberdayaan secara digital UKM Kabupaten Jembrana berbasis desa adat, berdiskusi dengan ekosistem pelaku UKM berbasis pertanian, dan berdiskusi dengan startup UKM berbasis digital.
Selain itu, melakukan kunjungan ke Pasar Klungkung yang merupakan sentra UKM kain Endek dan Songket, diskusi pemberdayaan UKM Bidang Ekonomi Kreatif, menyaksikan Pengukuhan Komite Kreatif Klungkung, dan MoU antara "Indonesia Creative Cities Network" (ICCN) dengan Bupati Klungkung, Bupati Jembrana, Bali Tourism Board, dan dengan STMIK Primakara.
Selain pariwisata yang berbasis protokol kesehatan dan UKM yang berbasis ekonomi kreatif, agaknya Pulau Dewata juga perlu fokus pada sektor agro-ekonomi atau pertanian yang berbasis teknologi, seperti program BNI di Kabupaten Buleleng yakni "Milenial Smartfarming", atau program PLN di kabupaten/kota di Bali, yakni "Electrifying Agriculture".
"Penerapan teknologi digital bisa memperkuat budidaya pertanian, sehingga pertanian berkembang secara modern dan menjadi penopang ekonomi di Bali yang akhirnya kita tidak perlu impor komoditas yang justru menjadi keunggulan kita," ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat menghadiri "Milenial Smartfarming" di Kabupaten Buleleng (11/6).
PT Bank Negara Indonesia (Persero) mendukung akses pembiayaan melalui program "Milenial Smartfarming" yang merupakan ekosistem pemberdayaan milenial melalui pembinaan dan pengembangan ekosistem pertanian digital (Internet of Things/IoT) dari hulu ke hilir serta meningkatkan inklusi keuangan desa.
Program yang menggandeng forum Petani Muda Keren (PMK) di Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali, itu, mengusung konsep pertanian digital dengan pendekatan online melalui aplikasi Agree Suites untuk pendataan petani dan offtaker (penjamin ketersediaan bahan baku), serta pendekatan kecerdasan buatan (big data analitik) untuk menghasilkan produk unggul, presisi, efisien, dan berkelanjutan.
Lain halnya dengan program Electrifying Agriculture dari PLN untuk sektor pertanian yang ramah lingkungan dan hasilnya maksimal. PLN UID Bali mengajak petani beralih dari mesin berteknologi diesel menjadi teknologi mesin berbasis listrik untuk lebih meningkatkan produktivitas sektor pertanian yang mampu bertahan selama pandemi COVID-19.
"Kami saat ini mengikuti teknologi terbaru yakni memanfaatkan mesil dengan listrik untuk pengairan, kami menyadari solar dan oli yang digunakan untuk mesin diesel yang kami gunakan sebelumnya dapat mencemari danau," kata petani holtikultura di Songan Kintamani, Kadek Ruma.
Sementara itu, pengusaha beras dari Tabanan, I Kadek Sinar Suryaditya, mengaku selama ini memerlukan biaya BBM jenis solar untuk mesin penggilingan padinya sebesar Rp15 juta setiap bulan dan setelah beralih ke mesin berbasis listrik, dia menghemat sekitar Rp2,5 juta.
Ya, perekonomian Bali yang mengalami kontraksi yang cukup dalam sejak Maret 2020 hingga kuartal I-2021, tentu tidak boleh terulang lagi, karena itu Bali tidak boleh hanya memegang "satu kunci" yakni sektor pariwisata, melainkan "tiga kunci" yakni pariwisata (berbasis protokol kesehatan), UKM (ekonomi kreatif berbasis digital dan inovasi), dan agro-ekonomi (pertanian berbasis teknologi). Bali jangan terlalu fokus ke pariwisata, karena pariwisata itu rentan dengan bencana/bencana alam.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021