Sejumlah pelaku perjalanan mengaku bingung dengan penerapan tes COVID-19 di Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Bali, baik saat masuk maupun keluar dari pulau tersebut. Mereka berharap GeNose.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, pelaku perjalanan terkesan diarahkan untuk memilih rapid test antigen yang lebih mahal, dibandingkan dengan GeNose yang lebih murah.
"Setahu saya pelaku perjalanan bisa memakai GeNose, rapid antigen maupun PCR," kata Juru Bicara Satgas COVID-19 Jembrana dr I Gusti Agung Putu Arisantha saat dikonfirmasi, di Negara, Kabupaten Jembrana, Kamis.
Disinggung kemungkinan ada oknum yang mengarahkan pelaku perjalanan untuk memilih produk tertentu deteksi dini COVID-19 tersebut, ia mengaku tidak tahu.
Baca juga: Sertifikat vaksin tidak berlaku untuk masuk Bali
Saat ini di pintu keluar dan masuk Bali, ada pos bagi pelaku perjalanan untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini COVID-19, baik lewat rapid antigen maupun GeNose.
Namun dari beberapa pelaku perjalanan diperoleh informasi, saat akan memilih untuk melakukan tes lewat GeNose yang lebih murah, dikatakan produk tersebut sudah habis.
"Kami tidak keberatan melakukan tes COVID-19, tapi biarkan kami memilih yang lebih murah. Kami tidak menolak rapid demi kesehatan, tapi kalau rapid antigen terlalu mahal," kata salah seorang pelaku perjalanan asal Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur.
Mereka berharap, tes COVID-19 di Gilimanuk hanya menggunakan GeNose yang harganya lebih murah, sehingga tidak memberatkan pelaku perjalanan. "Stasiun dan bandara sudah pakai GeNose, mestinya di pelabuhan juga, Pemprov Bali memikirkan masyarakat," katanya.
Dengan adanya dua jenis tes yaitu GeNose dan rapid antigen, mereka curiga ada persaingan antara dua produk tersebut agar laku, yang membuat pelaku perjalanan menjadi korbannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
Informasi yang dihimpun menyebutkan, pelaku perjalanan terkesan diarahkan untuk memilih rapid test antigen yang lebih mahal, dibandingkan dengan GeNose yang lebih murah.
"Setahu saya pelaku perjalanan bisa memakai GeNose, rapid antigen maupun PCR," kata Juru Bicara Satgas COVID-19 Jembrana dr I Gusti Agung Putu Arisantha saat dikonfirmasi, di Negara, Kabupaten Jembrana, Kamis.
Disinggung kemungkinan ada oknum yang mengarahkan pelaku perjalanan untuk memilih produk tertentu deteksi dini COVID-19 tersebut, ia mengaku tidak tahu.
Baca juga: Sertifikat vaksin tidak berlaku untuk masuk Bali
Saat ini di pintu keluar dan masuk Bali, ada pos bagi pelaku perjalanan untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini COVID-19, baik lewat rapid antigen maupun GeNose.
Namun dari beberapa pelaku perjalanan diperoleh informasi, saat akan memilih untuk melakukan tes lewat GeNose yang lebih murah, dikatakan produk tersebut sudah habis.
"Kami tidak keberatan melakukan tes COVID-19, tapi biarkan kami memilih yang lebih murah. Kami tidak menolak rapid demi kesehatan, tapi kalau rapid antigen terlalu mahal," kata salah seorang pelaku perjalanan asal Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur.
Mereka berharap, tes COVID-19 di Gilimanuk hanya menggunakan GeNose yang harganya lebih murah, sehingga tidak memberatkan pelaku perjalanan. "Stasiun dan bandara sudah pakai GeNose, mestinya di pelabuhan juga, Pemprov Bali memikirkan masyarakat," katanya.
Dengan adanya dua jenis tes yaitu GeNose dan rapid antigen, mereka curiga ada persaingan antara dua produk tersebut agar laku, yang membuat pelaku perjalanan menjadi korbannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021