Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan kunjungan kerja ke industri kecil menengah (IKM) di Bali dalam upaya memberi dukungan menghadapi persaingan di tengah pandemi COVID-19.
"Pandemi COVID-19 telah membawa dampak perekonomian di semua sektor mengalami penurunan. Namun demikian, bagi industri kecil berupaya agar mampu bangkit dari kondisi ini. Karena itulah saya ke Bali untuk memberi semangat para IKM agar bangkit lagi," kata Menperin Agus Gumiwang di sela kunjungan kerja ke IKM pengolahan cokelat di Kabupaten Tabanan Bali, Senin.
Agus Gumiwang juga didampingi Ketua Komisi VI DPR Gde Sumarjaya Linggih memberi apresiasi dan dukungan kepada IKM agar bangkit lagi. Bahkan Kemenperin memberikan bantuan tambahan modal dan peralatan produksi.
Menperin mengunjungi IKM PT Delicacao Bali yang memproduksi cokelat premium dengan bahan baku biji kakao berkualitas, berasal dari petani mitra di wilayah KabupatenTabanan. Kemitraan antara IKM Delicacao Bali dengan petani di wilayah Tabanan akan memberikan jaminan akan ketersediaan, kualitas dan keterjangkauan harga bahan baku biji kakao yang tentunya akan berdampak kepada kualitas dan standar cokelat yang dihasilkan.
Saat ini produk yang dihasilkan antara lain chocolate bar dengan berbagai varian rasa, di antaranya milk chocolate, dark chocolate juga berbagai pilihan kandungan, dan morron chocolate yang merupakan kombinasi kakao dan gula aren. Selain itu, Delicacao juga memproduksi nibs yang merupakan potongan biji kakao yang dapat dijadikan cemilan sehat.
Agus Gumiwang mengatakan di tengah imbas pandemi COVID-19, PT Delicacao Bali dan para pelaku IKM pengolahan cokelat lainnya dihadapkan pada permasalahan penurunan penjualan hingga lebih dari 50 persen. Namun dengan kegigihan dan tekad, para pelaku IKM pengolahan secara perlahan dapat bangkit dari keterpurukan, melalui inovasi pemasaran melalui penjualan online.
Pada kesempatan yang sama, Menperin juga berdialog dengan IKM peserta program Indonesia Food Innovation (IFI) tahun 2020, yaitu juara 1 kategori pangan, produsen keju CV Rosalie Kalyana Bali dan penerima fasilitasi pembinaan dalam tahapan food business scale–up, IKM pengolahan teh Karsa Abadi.
"Setelah mengikuti program IFI, kedua IKM ini mendapatkan fasilitasi bimbingan, pendampingan, dan sertifikasi hazard analysis and critical control points (HACCP)," ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Dirjen IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih.
Menurut dia, IFI merupakan program akselerasi bisnis yang ditujukan bagi IKM pangan terpilih dengan keunggulan inovasi produk dan/atau proses, dan menggunakan sumber daya lokal sebagai bahan baku utama, sehingga IKM siap untuk meningkatkan skala bisnis menuju IKM modern yang marketable, profitable dan sustainable. Ini juga sejalan dengan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) yang dicanangkan oleh Presiden RI sejak Mei 2020.
Melalui pembinaan dan pendampingan intensif di sisi teknis dan bisnis oleh para pakar profesional, peserta program IFI diharapkan bisa menaikkan kapabilitasnya.
“Kami memahami bahwa nilai tambah suatu produk mempunyai andil besar dalam mendorong kemajuan IKM pangan di Indonesia. Eksistensi inovasi dapat menjadi alat yang tepat dalam penciptaan nilai tambah," ujar Gati.
Dikatakan, fasilitasi terhadap IKM pangan mendukung mereka untuk dapat menjaga kualitas produknya dan memberikan jaminan kepada konsumen. Dengan memiliki sertifikat HACCP, IKM akan lebih percaya diri dalam pengembangan akses pasar, terutama menembus pasar global.
"Dengan implementasi HACCP, terbukti beberapa IKM binaan Kemenperin mengalami peningkan omzet sampai dengan 300 persen," kata Gati menjelaskan.
video oleh Pande Yudha
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Pandemi COVID-19 telah membawa dampak perekonomian di semua sektor mengalami penurunan. Namun demikian, bagi industri kecil berupaya agar mampu bangkit dari kondisi ini. Karena itulah saya ke Bali untuk memberi semangat para IKM agar bangkit lagi," kata Menperin Agus Gumiwang di sela kunjungan kerja ke IKM pengolahan cokelat di Kabupaten Tabanan Bali, Senin.
Agus Gumiwang juga didampingi Ketua Komisi VI DPR Gde Sumarjaya Linggih memberi apresiasi dan dukungan kepada IKM agar bangkit lagi. Bahkan Kemenperin memberikan bantuan tambahan modal dan peralatan produksi.
Menperin mengunjungi IKM PT Delicacao Bali yang memproduksi cokelat premium dengan bahan baku biji kakao berkualitas, berasal dari petani mitra di wilayah KabupatenTabanan. Kemitraan antara IKM Delicacao Bali dengan petani di wilayah Tabanan akan memberikan jaminan akan ketersediaan, kualitas dan keterjangkauan harga bahan baku biji kakao yang tentunya akan berdampak kepada kualitas dan standar cokelat yang dihasilkan.
Saat ini produk yang dihasilkan antara lain chocolate bar dengan berbagai varian rasa, di antaranya milk chocolate, dark chocolate juga berbagai pilihan kandungan, dan morron chocolate yang merupakan kombinasi kakao dan gula aren. Selain itu, Delicacao juga memproduksi nibs yang merupakan potongan biji kakao yang dapat dijadikan cemilan sehat.
Agus Gumiwang mengatakan di tengah imbas pandemi COVID-19, PT Delicacao Bali dan para pelaku IKM pengolahan cokelat lainnya dihadapkan pada permasalahan penurunan penjualan hingga lebih dari 50 persen. Namun dengan kegigihan dan tekad, para pelaku IKM pengolahan secara perlahan dapat bangkit dari keterpurukan, melalui inovasi pemasaran melalui penjualan online.
Pada kesempatan yang sama, Menperin juga berdialog dengan IKM peserta program Indonesia Food Innovation (IFI) tahun 2020, yaitu juara 1 kategori pangan, produsen keju CV Rosalie Kalyana Bali dan penerima fasilitasi pembinaan dalam tahapan food business scale–up, IKM pengolahan teh Karsa Abadi.
"Setelah mengikuti program IFI, kedua IKM ini mendapatkan fasilitasi bimbingan, pendampingan, dan sertifikasi hazard analysis and critical control points (HACCP)," ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Dirjen IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih.
Menurut dia, IFI merupakan program akselerasi bisnis yang ditujukan bagi IKM pangan terpilih dengan keunggulan inovasi produk dan/atau proses, dan menggunakan sumber daya lokal sebagai bahan baku utama, sehingga IKM siap untuk meningkatkan skala bisnis menuju IKM modern yang marketable, profitable dan sustainable. Ini juga sejalan dengan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) yang dicanangkan oleh Presiden RI sejak Mei 2020.
Melalui pembinaan dan pendampingan intensif di sisi teknis dan bisnis oleh para pakar profesional, peserta program IFI diharapkan bisa menaikkan kapabilitasnya.
“Kami memahami bahwa nilai tambah suatu produk mempunyai andil besar dalam mendorong kemajuan IKM pangan di Indonesia. Eksistensi inovasi dapat menjadi alat yang tepat dalam penciptaan nilai tambah," ujar Gati.
Dikatakan, fasilitasi terhadap IKM pangan mendukung mereka untuk dapat menjaga kualitas produknya dan memberikan jaminan kepada konsumen. Dengan memiliki sertifikat HACCP, IKM akan lebih percaya diri dalam pengembangan akses pasar, terutama menembus pasar global.
"Dengan implementasi HACCP, terbukti beberapa IKM binaan Kemenperin mengalami peningkan omzet sampai dengan 300 persen," kata Gati menjelaskan.
video oleh Pande Yudha
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021