Pemerintah Kota Denpasar, Bali mengapresiasi tayangan film pendek berjudul "Lampah Solah" garapan Sanggar Pancer yang berkisah tetentang seorang penari cilik yang sukses menari hingga menjadi terkenal di masyarakat.

Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa, Kamis, mengatakan pihaknya berkesempatan menyaksikan tayangan film pendek tersebut pada kegiatan memperingati Hari Tari Sedunia.

"Tayangan filmnya sangat menarik dan mampu menginspirasi, mengedukasi serta juga menjadi spirit kita dalam melakoni sesuatu harus dengan keseriusan dan ketekunan,” ujarnya.

Wawali Kadek Agus menyampaikan bahwa titik keberhasilan tidak terlepas dari proses yang sangat panjang. Begitu pula diceritakan dalam film ini peran seorang anak yakni Yu Mas yang ingin menjadi seorang penari seperti orang tuanya ibunya. Yu Mas menjalani sebuah proses latihan yang panjang dan melelahkan sehingga mampu menjadi sosok penari yang hebat.

Kadek Agus juga menyampaikan bahwa film ini mampu menginspirasi bahwa untuk mencapai sukses dalam bekerja, berkarya maupun dalam bidang lainnya selalu butuh tahapan proses.

Baca juga: Film "Tjoet Nya' Dhien" (1988) tayang lagi di bioskop

Keberadaan Dharma Negara Alaya (DNA) Kreatif Hub sebagai ruang kreatif di Kota Denpasar pada khususnya, dan Bali pada umumnya, mampu mengakomodasi karya-karya insan kreatif anak muda Bali dan Denpasar.

Contohnya garapan Film “Lampah Solah” yang dipersembahkan Pancer Langit sebagai sebuah kreativitas yang memfilmkan bagaimana sosok penari hebat itu tercipta.

Ruang kreatifitas yang ada di Dharma Negara Alaya dapat dimanfaatkan bersama dalam meningkatkan kreativitas.

 "Seperti pada bulan ini sudah beberapa film yang tayang di ruang audiovisual DNA Denpasar, hal ini menjadi sebuah kebanggaan bagi insan penggiat karya film yang ada,” ujarnya.

Baca juga: "Istiqlal" jadi pilihan film pendek untuk ngabuburit

Dr. Anak Agung Gede Agung Rahma Putra pendiri Yayasan Pancer Langit sekaligus penanggung jawab film yang didampingi sutradara film Anak Agung Mas Sudarningsih menyampaikan film "Lampah Solah" menceritakan tentang proses perjalanan seseorang menjadi seorang penari.

“Film ini kami persembahkan kepada para penari dalam memperingati Hari Tari Sedunia yang diperingati setiap 29 April,” ujarnya.

Rahma Putra mengatakan film ini mengangkat proses mendidik atau mengajar seorang penari dalam menerima latihan hingga menjadi penari yang baik. Dari peran Yu Mas yang menggambarkan perjalanan seorang penari kecil yang dihadang banyak kesulitan yang menimpanya.

Pesan yang disampaikan dalam film ini, menjadi seorang penari bukan hanya sekadar melentikan atau menggetarkan jari jemari, namun penari membutuhkan proses panjang untuk menghidupkan maupun membawakan sebuah tarian yang akan ditarikan.

Baca juga: Film remaja "Kau dan Dia" siap tayang

Perempuan yang juga memerankan tokoh ibu dalam film ini menceritakan Yu Mas (diperankan Ni Putu Arditha Cahya Maharani) ingin meneruskan mimpi ibunya jadi penari hebat. Ada rasa sakit, sedih, masalah yang dia hadapi untuk mencapai tujuan. Ia berlatih menari di bawah bimbingan guru yang diperankan Ida Ayu Suarningsih, sedih karena ia gagal saat seleksi.

Namun, dia akhirnya mendapat kesempatan untuk tampil. Dalam perjalanan menuju lokasi pentas, ia terjatuh dan bermimpi bertemu ibunya yang memberikan dorongan semangat untuk menjadi penari.

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021