Denpasar (Antara Bali) - Kesenian Gambuh yang merupakan salah satu seni langka menarik perhatian ratusan penonton di Kalangan Angsoka, arena Pesta Kesenian Bali (PKB) ke 34 di Taman Budaya Denpasar.

"Kesenian Gambuh ini sudah kami lakoni sejak turun temurun dan kami perkirakan sudah ada sejak abad ke 14," kata Penanggungjawab Kelompok Gambuh, Wayan Sukerta, Kamis.

Tari Gambuh itu dibawakan apik oleh sembilan orang penari dan 12 penabuh atau pengiring musik tradisional Kelompok Gambuh Manca Gita Lestari, Desa Pakraman Karang, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.

Penampilan 'sekaa' atau kelompok gambuh itu mengusung tema Raden Panji Misepati yang menceritakan pertempuran antara tokoh protagonis yakni seorang raja bernama Raja Panji dari Kerajaan Deha dengan Raja Duryadana yang berperilaku jahat dari Kerajaan Ketiban.

Dikisahkan Raja Panji yang sedang bertapa di Gunung Indrakila itu mendapat gangguan dari Raja Duryadana.
    
Raja jahat itu kemudian menantang Raja Panji, sebagaimana wahyu yang ia terima untuk mengalahkan Raja baik itu. Akhirnya pertempuranpun tak terhindarkan.

Para penonton yang memadati arena pertunjukkan pun seakan enggan meninggalkan arena pertunjukkan. Mereka semakin tertarik dengan jalan cerita yang dibawakan apik para pemain dengan gerak tari dasar dan mimik misterius, diiringi alunan seruling dan kendang para penabuh.

Selama satu jam pementasan, cerita diakhiri dengan Raja Panji yang muncul sebagai pemenang.
    
Kisah itu membawa pesan moral kepada para penonton, bahwa kebaikan akan selalu menjadi pemenang meskipun dengan jalan yang cukup panjang.

"Saya baru pertama kali melihat seni tari gambuh itu, karena merupakan kesenian sakral dan langka. Pesan yang juga disampaikan sangat cocok dengan era sekarang," kata salah seorang penonton, Gede Armita. (DWA/T007)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012