Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengajak Gubernur Bali Wayan Koster beserta tokoh-tokoh masyarakat di Pulau Dewata untuk bersinergi menjaga rupiah sebagai simbol kedaulatan dan pemersatu bangsa.
"Berbicara mengenai rupiah di masyarakat, terdapat fenomena rupiah masih dipandang sebagai sebuah instrumen transaksi saja dan belum diimbangi dengan rasa cinta, bangga serta pemahaman mengenai rupiah secara seutuhnya," kata Trisno Nugroho di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Selasa malam.
Menurut dia, fenomena penggunaan selain rupiah sangat disayangkan karena tidak hanya mencederai kedaulatan negara, tetapi juga memberikan dampak kerentanan terhadap fundamental perekonomian.
"Mari seluruh hadirin di sini untuk dapat mencintai, bangga dan memahami rupiah. Mari mencintai rupiah dengan mengenali, merawat dan menjaganya dengan sepenuh hati. Mencintai dengan mengenal filosofi dan makna di balik desain uang rupiah," ucapnya dalam acara sosialisasi dan silahturahmi bertajuk Sinergi menjaga Rupiah sebagai Simbol Kedaulatan dan Pemersatu Bangsa.
Baca juga: BI: Permintaan uang tunai masyarakat Bali naik 48 persen
Bali, lanjut Trisno, memiliki tempat tersendiri pada rupiah karena pahlawan, kesenian dan pemandangan alam Bali telah menghiasi uang rupiah. Ini seharusnya diikuti dengan merawat dan memperlakukan uang dengan baik karena ada pahlawan dan budaya yang harus dihormati.
"Selanjutnya mari merawat dengan memperlakukan rupiah secara baik dengan menghindari uang dari terlipat, tercoret, basah dan robek. Menjaganya dengan mengetahui cara mengenali keasliannya sehingga bersama dapat menghentikan pengedaran rupiah palsu," ujarnya.
Kemudian, kata Trisno, bangga kepada rupiah dengan menggunakannya sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah, baik tunai maupun non tunai, karena rupiah adalah simbol kedaulatan bangsa dan pemersatu bangsa.
Pihaknya dalam kesempatan tersebut sengaja mengundang para tokoh masyarakat dan pemuka agama karena memiliki peranan strategis sebagai salah satu sumber informasi bagi masyarakat.
Sementara itu, Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan harus dipastikan bahwa seluruh transaksi diselesaikan dengan rupiah yang merupakan alat pembayaran yang sah dan simbol kedaulatan NKRI.
"Mari implementasikan Undang-Undang tentang Mata Uang secara baik dalam menjaga dan mengamankan seluruh sumber daya agar dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia khususnya Bali," ucapnya.
Koster menambahkan Bali dikenal sebagai tujuan wisata internasional yang mengundang minat wisatawan asing sehingga berpotensi pemanfaatan mata uang asing untuk kegiatan ekonomi di Bali.
"Untuk itu, agar sumber daya Bali benar-benar dapat dinikmati oleh masyarakat maka seluruh kegiatan ekonomi di Bali harus menggunakan mata uang rupiah sebagai simbol kedaulatan Indonesia," katanya.
Baca juga: BI fasilitasi 250 UMKM di Bali ikuti program "on boarding"
Dalam kesempatan itu, Gubernur Bali bersama tokoh masyarakat dan pemuka agama mendeklarasikan cinta, bangga dan paham rupiah.
"Ini penting di tengah perkembangan digitalisasi transaksi ekonomi sebagai salah satu langkah menuju pemulihan ekonomi Bali," ucap Koster.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Berbicara mengenai rupiah di masyarakat, terdapat fenomena rupiah masih dipandang sebagai sebuah instrumen transaksi saja dan belum diimbangi dengan rasa cinta, bangga serta pemahaman mengenai rupiah secara seutuhnya," kata Trisno Nugroho di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Selasa malam.
Menurut dia, fenomena penggunaan selain rupiah sangat disayangkan karena tidak hanya mencederai kedaulatan negara, tetapi juga memberikan dampak kerentanan terhadap fundamental perekonomian.
"Mari seluruh hadirin di sini untuk dapat mencintai, bangga dan memahami rupiah. Mari mencintai rupiah dengan mengenali, merawat dan menjaganya dengan sepenuh hati. Mencintai dengan mengenal filosofi dan makna di balik desain uang rupiah," ucapnya dalam acara sosialisasi dan silahturahmi bertajuk Sinergi menjaga Rupiah sebagai Simbol Kedaulatan dan Pemersatu Bangsa.
Baca juga: BI: Permintaan uang tunai masyarakat Bali naik 48 persen
Bali, lanjut Trisno, memiliki tempat tersendiri pada rupiah karena pahlawan, kesenian dan pemandangan alam Bali telah menghiasi uang rupiah. Ini seharusnya diikuti dengan merawat dan memperlakukan uang dengan baik karena ada pahlawan dan budaya yang harus dihormati.
"Selanjutnya mari merawat dengan memperlakukan rupiah secara baik dengan menghindari uang dari terlipat, tercoret, basah dan robek. Menjaganya dengan mengetahui cara mengenali keasliannya sehingga bersama dapat menghentikan pengedaran rupiah palsu," ujarnya.
Kemudian, kata Trisno, bangga kepada rupiah dengan menggunakannya sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah, baik tunai maupun non tunai, karena rupiah adalah simbol kedaulatan bangsa dan pemersatu bangsa.
Pihaknya dalam kesempatan tersebut sengaja mengundang para tokoh masyarakat dan pemuka agama karena memiliki peranan strategis sebagai salah satu sumber informasi bagi masyarakat.
Sementara itu, Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan harus dipastikan bahwa seluruh transaksi diselesaikan dengan rupiah yang merupakan alat pembayaran yang sah dan simbol kedaulatan NKRI.
"Mari implementasikan Undang-Undang tentang Mata Uang secara baik dalam menjaga dan mengamankan seluruh sumber daya agar dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia khususnya Bali," ucapnya.
Koster menambahkan Bali dikenal sebagai tujuan wisata internasional yang mengundang minat wisatawan asing sehingga berpotensi pemanfaatan mata uang asing untuk kegiatan ekonomi di Bali.
"Untuk itu, agar sumber daya Bali benar-benar dapat dinikmati oleh masyarakat maka seluruh kegiatan ekonomi di Bali harus menggunakan mata uang rupiah sebagai simbol kedaulatan Indonesia," katanya.
Baca juga: BI fasilitasi 250 UMKM di Bali ikuti program "on boarding"
Dalam kesempatan itu, Gubernur Bali bersama tokoh masyarakat dan pemuka agama mendeklarasikan cinta, bangga dan paham rupiah.
"Ini penting di tengah perkembangan digitalisasi transaksi ekonomi sebagai salah satu langkah menuju pemulihan ekonomi Bali," ucap Koster.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021