Sebuah pesan berantai dengan topik "12 Pertanyaan dan Jawaban Penting Sebelum Divaksinasi" telah tersebar luas di sejumlah jejaring media sosial serta aplikasi berbagi pesan WhatsApp, namun informasi itu terbukti salah. Demikian pula informasi singkat via WhatsApp terkait puluhan wartawan terkapar setelah vaksinasi COVID-19 adalah hoaks.
Andrew Lee, seseorang yang diklaim sebagai warga Singapura, membagikan pendapatnya tentang program vaksinasi dalam narasi berbentuk tanya-jawab. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah soal kekebalan tubuh setelah divaksin COVID-19.
Berikut potongan narasi yang beredar dan telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia:
"Jika saya divaksinasi, apakah saya akan kebal terhadap Covid?"
Pemerintah: "Mungkin. Kami tidak tahu persis, tapi mungkin tidak."
Namun, benarkah vaksin tidak buat tubuh kebal COVID-19?
Penelusuran ANTARA membuktikan bahwa narasi Andrew Lee itu salah. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menjelaskan vaksin COVID-19 ampuh melindungi tubuh dari paparan virus corona jenis baru tersebut.
Informasi laman resmi CDC melaporkan vaksinasi COVID-19 bekerja dengan mengajarkan sistem kekebalan Anda untuk mengenali dan melawan virus yang menyebabkan COVID-19, dan (vaksin) ini melindungi Anda dari COVID-19.
Baca juga: Vaksinasi COVID-19 akan dilakukan di lima destinasi wisata Bali
Menurut PublicHealth, vaksin bekerja dengan melatih sistem kekebalan mengenali dan memerangi patogen (virus maupun bakteri).
Untuk melatih kekebalan ini, molekul tertentu dari patogen, yakni antigen, harus dimasukkan ke dalam tubuh guna memicu respons imun.
Dengan menyuntikkan antigen ke dalam tubuh, sistem kekebalan belajar mengenali virus sebagai musuh, memproduksi antibodi, dan mengingatnya untuk masa depan.
Jika bakteri atau virus muncul kembali, antibodi akan segera mengenali antigen dan menyerang secara agresif sebelum patogen dapat menyebar dan menyebabkan penyakit.
CDC menambahkan vaksin COVID-19 membuat tubuh memiliki persediaan limfosit T "memori" serta limfosit B, yang akan mengingat cara melawan virus itu pada masa depan.
Biasanya, dibutuhkan waktu beberapa minggu bagi tubuh untuk memproduksi limfosit-T dan limfosit-B setelah vaksinasi.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia menuturkan vaksinasi COVID-19 membutuhkan dua kali dosis penyuntikan dalam rentang 14 hari-28 hari, karena imun perlu waktu untuk dapat terbentuk (Kontan).
Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (Komnas KIPI) Prof dr Hindra Irawan Satari juga menerangkan belum ada antibodi yang terbentuk setelah suntikan pertama vaksinasi.
"Kalau pun sudah terbentuk, masih pada tingkat sangat rendah. Kekebalan vaksinasi baru terbentuk setelah dua minggu atau 28 hari setelah suntikan kedua," katanya, Jumat (26/2/2021).
Oleh karena itu, Hindra menegaskan wajib bagi masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin, untuk tetap displin dalam melaksanakan protokol kesehatan.
Puluhan wartawan terkapar
Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menegaskan bahwa informasi yang tersebar di aplikasi pesan singkat WhatsApp terkait puluhan wartawan terkapar setelah vaksinasi COVID-19 adalah hoaks atau kabar bohong.
"Saya ingin klarifikasi terkait informasi yang beredar bahwa puluhan wartawan terkapar pascavaksinasi COVID-19, kami sampaikan informasi yang beredar di WhatsApp group atau media sosial itu adalah tidak benar," kata Nadia dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Jumat (26/2/2021).
Nadia mengatakan pada hari Jumat (26/2/2021) memang terdapat lima awak media yang diobservasi setelah menerima penyuntikan vaksin karena merasakan efek samping dari vaksinasi. Namun kelima awak media tersebut sudah kembali ke rumah masing-masing dalam kondisi sehat.
Baca juga: Menkes: vaksinasi COVID-19 tahap kedua tuntas Juni
Dalam pemeriksaan diketahui bahwa kelima awak media tersebut tidak sempat sarapan ataupun makan siang sebelum divaksinasi. Selain itu, kelima awak media itu diketahui tidak cukup istirahat pada malam hari sebelum divaksinasi.
Nadia mengimbau kepada seluruh awak media yang akan mendapatkan vaksinasi pada keesokan harinya untuk mempersiapkan diri seperti istirahat yang cukup pada malam harinya, serta menyempatkan sarapan atau makan siang sebelum mendatangi lokasi vaksinasi.
"Sekali lagi kami tegaskan informasi yang mengatakan puluhan awak media terkapar adalah tidak benar," tegas Nadia.
Sebelumnya tersebar informasi adanya puluhan wartawan yang terkapar usai divaksinasi COVID-19 dan dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Pesan tersebut tersebar di grup WhatsApp dan media sosial.
Berikut isi pesan tersebut:
"Teman-teman, barusan saya ditelepon jubir Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmidzi. Atas izin Banghab, punten saya menyampaikan pesan beliau ya:
dr Nadia melapor hari ini puluhan wartawan terkapar setelah divaksin. Ada yang pusing keliyengan dan mual-mual sampai pingsan.
Kemenkes kemudian langsung gerak, dan mereka dibawa ke RS untuk diobservasi. Dicek di sejumlah rumah sakit dan ditemukan sejumlah penyebab terkait ini:
1. Banyak wartawan begadang, tidur di atas jam 22.
Hal ini sangat berpengaruh ke metabolisme tubuh seseorang yang mau divaksin. Ini juga berpengaruh ke tensi dan kadar darah seseorang. Bahkan ada yang ditensi sampai 160 atau 170.
Jadi, buat temen temen yang 2 pekan lagi terima suntikan kedua, ataupun temen temen yang akan divaksin pertama DIMOHON UNTUK TIDAK BEGADANG sehari sebelum vaksinasi ya..
2. Banyak wartawan tidak sarapan proper.
Keinginan cepat datang dan cepat selesai membuat banyak wartawan tidak sarapan dengan baik. Jenis sarapannya juga tidak bergizi dan ini juga sangat berpengaruh ke kondisi tubuh, terutama rendahnya GULA DARAH. Kebanyakan dari mereka yang terkapar ketika diinfus di rumah sakit beberapa jam kemudian langsung pulih. Jadi, mohon dibantu teman-teman untuk TIDAK LUPA SARAPAN PAGI yan proper ketika mau divaksin ya
3. Banyak wartawan ketakutan dan cemas saat mengantre
Hal ini juga memperparah kondisi tubuh seseorang. Dengan beban psikologis yang berat membuat sistem kekebalan tubuh menurun. Sementara kandungan SInovac mengharuskan kita untuk siap dari sisi tersebut. Hal ini selaras dengan data KIPI 64 persen peserta vaksinasi stres dan membuat mereka merasakan efek samping. Jadi, saran dari Bu Nadia adalah tetap kalem dan stay positif saat proses tersebut ya..
Demikian pesan dari beliau, kalaupun ada efek yang 1-2 hari ini masih dirasakan, seperti yang disampaikan Banghab silakan lapor ke kantor ya manteman...
Terimakasih banyak teman teman".
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
Andrew Lee, seseorang yang diklaim sebagai warga Singapura, membagikan pendapatnya tentang program vaksinasi dalam narasi berbentuk tanya-jawab. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah soal kekebalan tubuh setelah divaksin COVID-19.
Berikut potongan narasi yang beredar dan telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia:
"Jika saya divaksinasi, apakah saya akan kebal terhadap Covid?"
Pemerintah: "Mungkin. Kami tidak tahu persis, tapi mungkin tidak."
Namun, benarkah vaksin tidak buat tubuh kebal COVID-19?
Penelusuran ANTARA membuktikan bahwa narasi Andrew Lee itu salah. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menjelaskan vaksin COVID-19 ampuh melindungi tubuh dari paparan virus corona jenis baru tersebut.
Informasi laman resmi CDC melaporkan vaksinasi COVID-19 bekerja dengan mengajarkan sistem kekebalan Anda untuk mengenali dan melawan virus yang menyebabkan COVID-19, dan (vaksin) ini melindungi Anda dari COVID-19.
Baca juga: Vaksinasi COVID-19 akan dilakukan di lima destinasi wisata Bali
Menurut PublicHealth, vaksin bekerja dengan melatih sistem kekebalan mengenali dan memerangi patogen (virus maupun bakteri).
Untuk melatih kekebalan ini, molekul tertentu dari patogen, yakni antigen, harus dimasukkan ke dalam tubuh guna memicu respons imun.
Dengan menyuntikkan antigen ke dalam tubuh, sistem kekebalan belajar mengenali virus sebagai musuh, memproduksi antibodi, dan mengingatnya untuk masa depan.
Jika bakteri atau virus muncul kembali, antibodi akan segera mengenali antigen dan menyerang secara agresif sebelum patogen dapat menyebar dan menyebabkan penyakit.
CDC menambahkan vaksin COVID-19 membuat tubuh memiliki persediaan limfosit T "memori" serta limfosit B, yang akan mengingat cara melawan virus itu pada masa depan.
Biasanya, dibutuhkan waktu beberapa minggu bagi tubuh untuk memproduksi limfosit-T dan limfosit-B setelah vaksinasi.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia menuturkan vaksinasi COVID-19 membutuhkan dua kali dosis penyuntikan dalam rentang 14 hari-28 hari, karena imun perlu waktu untuk dapat terbentuk (Kontan).
Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (Komnas KIPI) Prof dr Hindra Irawan Satari juga menerangkan belum ada antibodi yang terbentuk setelah suntikan pertama vaksinasi.
"Kalau pun sudah terbentuk, masih pada tingkat sangat rendah. Kekebalan vaksinasi baru terbentuk setelah dua minggu atau 28 hari setelah suntikan kedua," katanya, Jumat (26/2/2021).
Oleh karena itu, Hindra menegaskan wajib bagi masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin, untuk tetap displin dalam melaksanakan protokol kesehatan.
Puluhan wartawan terkapar
Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menegaskan bahwa informasi yang tersebar di aplikasi pesan singkat WhatsApp terkait puluhan wartawan terkapar setelah vaksinasi COVID-19 adalah hoaks atau kabar bohong.
"Saya ingin klarifikasi terkait informasi yang beredar bahwa puluhan wartawan terkapar pascavaksinasi COVID-19, kami sampaikan informasi yang beredar di WhatsApp group atau media sosial itu adalah tidak benar," kata Nadia dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Jumat (26/2/2021).
Nadia mengatakan pada hari Jumat (26/2/2021) memang terdapat lima awak media yang diobservasi setelah menerima penyuntikan vaksin karena merasakan efek samping dari vaksinasi. Namun kelima awak media tersebut sudah kembali ke rumah masing-masing dalam kondisi sehat.
Baca juga: Menkes: vaksinasi COVID-19 tahap kedua tuntas Juni
Dalam pemeriksaan diketahui bahwa kelima awak media tersebut tidak sempat sarapan ataupun makan siang sebelum divaksinasi. Selain itu, kelima awak media itu diketahui tidak cukup istirahat pada malam hari sebelum divaksinasi.
Nadia mengimbau kepada seluruh awak media yang akan mendapatkan vaksinasi pada keesokan harinya untuk mempersiapkan diri seperti istirahat yang cukup pada malam harinya, serta menyempatkan sarapan atau makan siang sebelum mendatangi lokasi vaksinasi.
"Sekali lagi kami tegaskan informasi yang mengatakan puluhan awak media terkapar adalah tidak benar," tegas Nadia.
Sebelumnya tersebar informasi adanya puluhan wartawan yang terkapar usai divaksinasi COVID-19 dan dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Pesan tersebut tersebar di grup WhatsApp dan media sosial.
Berikut isi pesan tersebut:
"Teman-teman, barusan saya ditelepon jubir Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmidzi. Atas izin Banghab, punten saya menyampaikan pesan beliau ya:
dr Nadia melapor hari ini puluhan wartawan terkapar setelah divaksin. Ada yang pusing keliyengan dan mual-mual sampai pingsan.
Kemenkes kemudian langsung gerak, dan mereka dibawa ke RS untuk diobservasi. Dicek di sejumlah rumah sakit dan ditemukan sejumlah penyebab terkait ini:
1. Banyak wartawan begadang, tidur di atas jam 22.
Hal ini sangat berpengaruh ke metabolisme tubuh seseorang yang mau divaksin. Ini juga berpengaruh ke tensi dan kadar darah seseorang. Bahkan ada yang ditensi sampai 160 atau 170.
Jadi, buat temen temen yang 2 pekan lagi terima suntikan kedua, ataupun temen temen yang akan divaksin pertama DIMOHON UNTUK TIDAK BEGADANG sehari sebelum vaksinasi ya..
2. Banyak wartawan tidak sarapan proper.
Keinginan cepat datang dan cepat selesai membuat banyak wartawan tidak sarapan dengan baik. Jenis sarapannya juga tidak bergizi dan ini juga sangat berpengaruh ke kondisi tubuh, terutama rendahnya GULA DARAH. Kebanyakan dari mereka yang terkapar ketika diinfus di rumah sakit beberapa jam kemudian langsung pulih. Jadi, mohon dibantu teman-teman untuk TIDAK LUPA SARAPAN PAGI yan proper ketika mau divaksin ya
3. Banyak wartawan ketakutan dan cemas saat mengantre
Hal ini juga memperparah kondisi tubuh seseorang. Dengan beban psikologis yang berat membuat sistem kekebalan tubuh menurun. Sementara kandungan SInovac mengharuskan kita untuk siap dari sisi tersebut. Hal ini selaras dengan data KIPI 64 persen peserta vaksinasi stres dan membuat mereka merasakan efek samping. Jadi, saran dari Bu Nadia adalah tetap kalem dan stay positif saat proses tersebut ya..
Demikian pesan dari beliau, kalaupun ada efek yang 1-2 hari ini masih dirasakan, seperti yang disampaikan Banghab silakan lapor ke kantor ya manteman...
Terimakasih banyak teman teman".
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021